Hanna Rosiana H, 2015 PEMBELAJARAN SENI TARI BAGI NARAPIDANA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B
TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fenomena adanya aksi dan tindak kekerasan akhir-akhir ini sering kali terjadi dan disaksikan oleh masyarakat. Bahkan hal itu selalu menghiasi informasi media massa. Sebagai
contoh adalah terjadinya tawuran antar pelajar, penipuan, pemerkosaan, pembunuhan, perampokan, dan tindak anarki lainnya. Perilaku seperti tersebut di atas dapat menyebabkan
seseorang masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan pada dasarnya bukan sebagai muara akhir dari seluruh tindak kejahatan yang ditangani oleh Sistem Peradilan
Pidana Indonesia. Namun Lembaga Pemasyarakatan adalah sebuah lembaga yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk memberi wadah dan membina narapidana agar mereka
mempunyai cukup bekal guna menyongsong kehidupan setelah selesai menjalani masa pidana. Selain itu, Lembaga Pemasyarakatan merupakan suatu pengejawantahan keadilan yang
bertujuan untuk mencapai pemulihan satuan hubungan antara Warga Binaan Pemasyarakatan. Pembinaan terhadap narapidana dimaksudkan untuk memberi bekal kepada narapidana
sehingga kelak tidak mengulangi pelanggaran hukum serta dapat berguna bagi masyarakat. Kegiatan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan mencakup proses pembinaan kepribadian dan
pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian meliputi: Pembinaan kesadaran beragama, pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara, pembinaan kemampuan intelektual
kecerdasan, pembinaan estetika dan pembinaan mengintegrasikan dengan masyarakat. Adapun Pembinaan Kemandirian meliputi: Pembinaan untuk mendukung usaha-usaha sendiri, misalnya
kerajinan tangan, industri rumah tangga; keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri kecil, Keterampilan yang dikembangkan sesuai bakatnya masing-masing, misalnya
keterampilan seni musik, tari, rupa dan teater. Dalam hal ini, pembinaan yang bersifat pembelajaran seni tari bisa masuk kedalam
kedua kategori pembinaan tersebut diatas, yaitu kategori pembinaan kepribadian sekaligus pembinaan kemandirian. Pembelajaran Seni Tari dalam proses pembinaan Kepribadian bisa
sangat berkaitan dengan pembinaan intelektual kecerdasan dan pembinaan estetika. Sedangkan Pembelajaran Seni Tari dalam proses pembinaan Kemandirian berkaitan erat
dengan pembinaan keterampilan. Pembinaan narapidana ialah memperlakukan seseorang yang berstatus sebagai narapidana agar bangkit menjadi seseorang yang baik. Sasaran yang perlu
dibimbing adalah budi pekerti dan pribadi yang didorong untuk membangkitkan rasa harga diri sendiri dan orang lain, serta mengembangkan rasa tanggung jawab untuk menyesuaikan diri
Hanna Rosiana H, 2015 PEMBELAJARAN SENI TARI BAGI NARAPIDANA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B
TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
dengan kehidupan yang bahagia didalam masyarakat dan selanjutnya berpotensi untuk menjadi manusia yang berpribadi luhur dan bermoral tinggi.
Dalam usaha
membantu pembinaan
narapidana perempuan
di Lembaga
Pemasyaraakatan Kelas II B Tasikmalaya diberikan pembinaan pembelajaran Seni Tari oleh peniliti untuk mewadahi dan melengkapi kegiatan-kegiatan pembinaan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II B Tasikmalaya tersebut. Dalam kehidupan dan melaksanakan fungsi- sungsi kehidupan manusia tidak lepas dari pembelajaran karena proses pembelajaran berfungsi
untuk meningkatkan kualitas manusia baik individu maupun kelompok, baik jasmani, rohani, spiritual, material maupun kematangan berfikir, untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Proses pembelajaran Seni tari bagi narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II B Tasikmalaya diharapkan terciptanya suatu kegiatan yang memungkinkan para narapidana perempuan tersebut untuk mengalami proses belajar dari materi seni tari yang
diberikan, belajar dari informasi pengetahuan yang dibawa dalam seni tari, dan merasakan manfaat yang dirasakan bagi perubahan pola pikir, perasaan dan kesehatan fisik. Karena
narapidana perempuan terdiri dari usia yang berbeda dan perkembangan psikologis yang berbeda pula, pada proses pembelajarannya pengajarpeneliti akan menggunakan pendekatan-
pendekatan atau perlakuan yang disesuaikan dengan kebutuhan narapidana sebagai peserta didik sesuai dengan psikologis masing-masing narapidana.
Proses belajar tersebut harus diiringi proses berpikir yang mempengaruhi pemahaman dan perilaku berkat pengalaman yang baru dan latihan yang dilalui. Dalam kegiatan
pembelajaran seni tari bagi narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B ini peneliti membimbing untuk terciptanya situasi belajar yang baik dan dianggap efektif untuk
penerapannya, proses pembinaan tersebut juga diharapkan mengobati rasa jenuh dan meningkatkan daya kreatifitas para narapidana ditengah keterbatasan kesempatan di lingkungan
LP selama masa pidana. Pada kesempatan kali ini para narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Tasikmalaya diberikan kesempatan dalam proses pembelajaran seni
tari yang diharapkan membawa dampak positif bagi pembinaan pribadi dan kemadirian mereka serta tercipta interaksi yang baik antar warga binaannarapidana dan lingkungannya.
Materi Tari yang diberikan bagi narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Tasikmalaya ini akan mempelajari salah satu tarian kreasi dengan lagu Manuk Dadali
, yang akan diiringi musiknya. Tari kreasi atau tari yang memiliki ciri gerak yang tidak lagi mengikuti pola-pola dan ramuan-ramuan yang menetap, tari kreasi berasal dari tari tradisional
yang sudah dikembangkan. Tari Kreasi dianggap tepat untuk proses pembelajaran bagi narapidana karena lebih
memungkinkan untuk digarap oleh narapidana sebagai peserta didik yang latar belakangnya
Hanna Rosiana H, 2015 PEMBELAJARAN SENI TARI BAGI NARAPIDANA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B
TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
sangat beragam, baik dari jenjang pendidikan, pekerjaan, dan usianya. Pada proses pembelajarannya peneliti memilih stimulus Lagu Manuk Dadali terkait seluruh narapidana
perempuan yang mengikuti pembelajaran berasal dari Jawa Barat, setidaknya mereka diharapkan mengenal dan melestarikan kesenian daerah Jawa Barat, Lagu yang masih populer
di Jawa Barat ini memiliki makna yang begitu dalam tentang rasa kebangsaan. Jika melihat terjemahan dari lagu ini, kita dapat menggambarkan begitu gagahnya burung garuda yang
merupakan simbol negara Indonesia. Burung garuda memegang teguh pancasila di tubuhnya, Pancasila memiliki 5 Sila yang menggambarkan kepribadian bangsa Indonesia. Dalam refrain
terdapat kata “Senang Bersatu, Rukun Semuanya”. Namun, jika dikaitkan dengan keadaan Indonesia hari ini, apakah kalimat tersebut masih berlaku, saat masih ditemukannya perpecahan
antar suku, adat dan agama. Dalam p aragrap terakhir terdapat kalimat “Hidup berhimpun tanpa
iri, saling menyayangi tak sungkan membela,”. Tapi, kini Manuk Dadali akan menangis saat melihat sebagian rakyat Indonesia berebut kekuasaan, kejahatan, kesejahteraan yang tidak
merata dan masih banyak ketidakadilan ditemukan. Dengan makna dari Lagu tersebut diharapkan para narapidana menemukan kembali
semangatnya dan memaknai pentingnya pancasila dan norma-norma yang harus ditaati agar menjadi manusia yang baik.
Pada penelitian ini objek penelitian pembelajaran seni tari bukan siswa-siswa di sebuah Sekolah atau Sanggar Tari tetapi para narapidana perempuan di Lembaga Pemasyarakatan
Tasikmalaya. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Tasikmalaya. Lembaga Pemasyarakatan disingkat LP atau LAPAS adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana
dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia.Sebelum dikenal istilah Lapas di Indonesia, tempat tersebut disebut dengan istilah penjara. Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana
Teknis dibawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia dahulu Departemen Kehakiman.
Saat mendengar kata tahanan atau narapidana, kebanyakan orang akan mendeskripsikan di dalam benaknya seseorang yang menakutkan, berperilaku buruk, kejam,
bengis, tidak punya rasa kasihan, penuh dosa, akan selalu berbuat kejahatan lagi dan berbagai atribut negatif lain. Anggapan itu menjadi sebuah realitas social yang sulit untuk dihilangkan
dalam waktu sekejap. Masyarakat menjadi juru pengadil yang lebih menakutkan daripada hakim atau jaksa. Cap dari masyarakat itu yang menjadikan para mantan tahanan tidak nyaman lagi
untuk hidup di lingkungan asalnya. Kondisi ini menjadi sangat menakutkan dan membebani mantan narapidana yang setiap hari berharap bisa menghirup udara bebas di lingkungan di luar
penjara rutan. Mereka merasa lebih berharga berada dengan sesama teman di dalam lingkungan rutan. Setiap langkah menuju rumah seakan membawa beban berat yang semakin
bertambah, setiap orang yang dikenal akan menjauhi, tatapan mata curiga menghampirinya,
Hanna Rosiana H, 2015 PEMBELAJARAN SENI TARI BAGI NARAPIDANA PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B
TASIKMALAYA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
kalaupun ada yang menyapa hanya karena rasa kasihan, bahkan ada mantan narapidana yang tidak mudah untuk diterima oleh anak-anaknya yang menganggap ayah ibunya membuat malu.
Persoalan inilah yang menyebabkan mantan penghuni rutan menjadi bimbang, mereka bisa saja kemudian “bersahabat” lagi dengan teman se”profesi” dan menyurutkan langkah untuk hidup
kembali di lingkungan yang normal. Namun demikian penerimaan dan dukungan dari masyarakat tidak berguna bila narapidana tidak ada niat untuk berubah.
Kehidupan di penjara seharusnya bisa menjadi semacam penyadaran para penghuninya tentang pentingnya sebuah kebebasan, pentingnya menghormati norma-norma hukum yang ada
di masyarakat, pentingnya berperilaku sehat dan mengendalikan emosi, begitu berharganya keluarga dan orang-orang yang berperan dalam kesehariannya, begitu nikmatnya menatap
kehidupan di masa depan. Pikiran dan niat positif tersebut akan mengarahkan seseorang untuk berperilaku positif dalam keseharian nantinya. Image negative, cap stigma negatif dari
masyarakat akan menghilang dengan sendirinya seiring perubahan pikiran, sikap dan perilaku menuju kebaikan. Oleh karena itu kesiapan untuk bisa kuat dan bertahan dalam kehidupan
sebenarnya bagi para mantan narapidana harus disiapkan sejak dini agar penjara tidak lagi dipenuhi oleh orang-orang yang sebenarnya tidak ingin berbuat jahat, tapi situasi dan
kesempatan yang menekan mereka untuk bertindak kejahatan. Dengan pembelajaran seni tari bagi Narapidana Perempuan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II B Tasikmalaya diharapkan bisa membuka wawasan, mempengaruhi perasaan, dan perbuatan sehingga membawa dampak positif bagi kehidupannya. Pembelajaran
tari membawa banyak pengetahuan dan sangat efektif bagi pelepasan tekanan-tekanan perasaan atau kekakuan tubuh yang dialami sesorang, seseorang akan lebih memaknai hidupnya dengan
cara yang indah dan tenang juga optimis dengan perasaan yang tercurahkan dengan baik apalagi mendapat apresiasi dari lingkungannya. Kegiatan tari dapat dijadikan media pendidikan, seperti
mendidik seseorang untuk bersikap dewasa dan menghindari tingkah laku yang menyimpang. Nilai-nilai keindahan dan keluhuran pada seni tari dapat mengasah perasaan seseorang.
Disamping itu Seni tari adalah kolektif, artinya penggarapan tari melibatkan beberapa orang. Oleh karena itu, kegiatan tari dapat berfungsi sebagai sarana pergaulan antar Warga Binaan
Pemasyarakatan atau narapidana. Kegiatan tari, seperti latihan tari atau penggarapannya dilakukan bersama, hal tersebut adalah sarana pergaulan yang baik apalagi bagi narapidana
perempuan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B yang merasa jenuh karena belum ada kegiatan pembinaan yang khusus bagi mereka.
B. Identifikasi Masalah Penelitian