Pemetaan Penyakit Hewan Untuk Menentukan Status Wilayah Penyakit Hewan

Tabel.5.2. Jumlah sample Surveilance Epidemiologi AI yang diperiksa sebanyak 950 sample No KabKota Titer Antibodi pemeriksaan BPPV sampl e rusak Jumlah sampl e Ket Titr AB AB  16 AB  16 1. 2 3 Kab.Solok Selatan Kab. Pasaman Kab. Pes.Selatan 12964,5 25463,02 53294,66 2311,5 9924,56 2311,5 3417 3612,42 195,17 14 199 389 552 Jumlah 915 145 89 14 1163 Prosentase 93,18 3,21 3,15 0,45 100 Dari hasil pemeriksaan pada daerah yang dianggap belum tertular menunjukan adanya hasil Antibodi yang tinggi, yaitu diatas 16. Hal ini menunjukan bahwa daerah ini telah terpapar dengan penyakit Virus AIFlu Burung, dengan demikian daerah tersebut terdeteksi adanya virus Flu BurungAI. Oleh karena itu daerah tersebut perlu segera diwaspadai dengan melaksanakan Bio Securyti yang ketat dan melakukan vaksinasi serta Lalu Lintas ternak perlu diwaspadai.

2. Pemetaan Penyakit Hewan Untuk Menentukan Status Wilayah Penyakit Hewan

Hasil pengamatan penyakit hewan di Propinsi Sumatera Barat selama tahun 2007 dan daerah kantong penyakit adalah sebagai berikut : 1. Kasus penyakit Avian InfluenzaAI selama tahun 2007 hampir terjadi pada semua daerah kabKota, tapi hanya bersifat Sporadis dan tidak terjadi gejolak dan korban jiwa dan terjadinya hanya pada waktu musim penghujan serta tidak terjadi penularan secara besar besaran. Pada tahun ini setiap ada kasus kematian unggas yang mengarah kepada gejala Flu BurungAI lansung dimusnahkan pada area kejadian. Pada tahun 2007 ini dimusnahkan sebanyak 20.063 ekor2.122 KK. 2. Kasus penyakit Rabies hampir merata terjadi disetiap Kab.Kota di Sumatera Barat. Kab.Kota yang tertinggi kasus Rabies diantaranya Kab. Solok 93 kasus, disusul oleh Kab. Pasaman 54 kasus dan Kab. SwhSijunjung 37 kasus dan menyusul pada urutan keempat tertinggi pada Kab. Agam 33 Kejadian penyakit Rabies tertinggi selama tahun 2007 pada bulan Februari, Mei dan November. 3. Kasus penyakit Thelleriosis pada umumnya terjadi di Kab. Padang Pariaman hanya terjadi 5 kasus. 4. Kasus penyakit SE pada 2007 tidak ditemukan penyakit ini. 60 5. Kasus penyakit Anaplasmosis terjadi di Kab. Agam 6 kasus pada bulan Agustus 2007. 6. Kasus penyakit ND tidak banyak terjadi pada tahun 2007 ini,hanya terdapat di Kab. Pesisir Selatan sebanyak 1549 kasus. 7. Kasus penyakit Fascioliasis terjadi di Kab. Padang Pariaman, sebanyak 4 kasus. 8. Kasus penyakit hewan menular lainnya seperti Babesiosis pada ternak sapi di Kab. SawahluntoSijunjung dan Kota Sawahlunto, Cocsidiosis pada ternak sapi dan kerbau di Kab. Pesisir Selatan dan Kab. Agam, Salmonellosis pada ternak sapi di Kab. Pesisir Selatan, Scabies pada hewan kesayangan anjing di Kota Padang dan Bukittinggi. Selama tahun 2007 Sub Dinas Kesehatan Hewan telah melaksanakan pengamatan dini dengan memprioritaskan beberapa penyakit yang bersifat strategis dan ekonomis yakni penyakit Avian Influenza dan SE dan Penyakit Rabies di seluruh kab.kota terutama daerah “Lokal Area Specifik”. Kasus kejadian penyakit Avian InfluenzaAI, yang sangat marak- marak dan populer sekarang, terjadi hampir semua daerah KabKota di Sumatera Barat, dan tindak lanjut dari Dinas Peternakan dan Pemda KabKota sebagian daerah yang tertular telah melaksanakan vaksinasi dan bio securiti yang ketat, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pada daerah yang dinyatakan belum tertular, tindakan yang dilakukan adalah pelaksanaan Bio securiti yang ketat dan pengawasan lalu lintas ternak yang ketat dari dari daerah tertular. Seluruh Kab.Kota di Propinsi Sumatera Barat sudah termasuk dalam Lokal Area Specifik penyakit Avian InfluenzaAI Penanganan kasus ini telah dilakukan dengan melaksanakan vaksinasi dan bio securiti dan lalu lintas ternak yang ketat. terhadap daerah yang belum tertular.

3. Standarisasi Laboratorium Kesehatan Hewan.