130
menganalisis bahwa terdapat beberapa hal yang mempengaruhi WPS dengan tempat VCT terakhir di rumah sakit untuk tidak melakukan VCT
ulang, antara lain : 1. Adanya paksaan dari pengurus resos kepada WPS untuk melakukan
VCT. Pengurus memerintahkan beberapa WPS saat mengikuti pembinaan di gedung resos, untuk pergi ke klinik VCT secara bersamaan.
2. Waktu tunggu yang relatif lama untuk menjalani konseling karena jumlah klien relatif banyak dan jumlah konselor yang ada terbatas.
B. KEYAKINAN MENGENAI KONSELING DAN TESTING HIV
Hasil uji statistik bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keyakinan tentang VCT dengan praktik VCT ulang pada
WPS. Uji statistik multivariat juga menunjukkan bahwa keyakinan tentang VCT merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling signifikan
terhadap praktik VCT ulang. Sebagian besar WPS yang mempunyai keyakinan kurang baik tentang
VCT tidak melakukan VCT ulang dalam 3 bulan terakhir. Dapat diartikan bahwa WPS di lokalisasi Sunan Kuning kurang merasakan manfaat yang
diperoleh jika melakukan VCT secara rutin. Variabel lain seperti evaluasi terhadap VCT, dorongan orang lain, motivasi mengikuti dorongan, praktik
organisasi dan lingkungan organisasi klinik VCT juga mempengaruhi WPS untuk tidak melakukan VCT ulang. Keyakinan seseorang dalam perilaku
mencakup peran variabel eksternal yang tidak muncul secara langsung. WPS tidak melakukan VCT ulang secara rutin tidak hanya didasari pertimbangan
kesehatan, tetapi dapat didasarkan atas alasan yang sama sekali berbeda.
15
131
Keyakinan sering disebut sebagai faktor yang berkaitan dengan motivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Keyakinan sebagian
besar WPS tentang VCT termasuk dalam kategori baik. WPS telah mempercayai bahwa kesehatan dirinya terancam dalam beberapa tahun
mendatang jika tidak melakukan VCT. Mereka juga telah meyakini keseriusan kondisi yang terjadi bila terinfeksi HIV. Kesadaran akan perlunya
tes HIV secara rutin sudah ada pada kelompok ini. Persepsi klien tentang risiko HIV dan pengetahuan tentang perilaku yang berisiko berhubungan
dengan tingkat penerimaan VCT yang lebih tinggi.
24
Kurangnya keyakinan menjadi penyebab tidak dilakukannya VCT ulang. Penelitian yang dilakukan oleh Kawichai dan kawan-kawan pada tahun 2002-
2003 menunjukkan bahwa alasan tidak mengikuti testing HIV diantaranya adalah tidak mempunyai risiko terinfeksi HIV dan tidak mengerti dengan jelas
tentang layanan VCT.
23
Masih terdapat beberapa keyakinan WPS yang salah tentang VCT. Diantaranya adalah banyaknya responden yang berkeyakinan bahwa
perilaku seksnya tidak berisiko mengidap HIV dan WPS mempunyai keyakinan bahwa dirinya masih dapat melindungi diri tanpa melakukan VCT.
Faktor penguat yang menyebabkan kurangnya keyakinan tentang VCT yang berasal dari lingkungan WPS adalah WPS masih melihat teman-teman WPS
yang tidak merubah perilaku seks berisiko setelah melakukan VCT. Keyakinan bahwa perilaku seks WPS tidak berisiko mengidap HIV terjadi
karena pengetahuan WPS tentang IMS termasuk HIV masih kurang. WPS tidak mengetahui secara jelas faktor-faktor risiko penyebab terjadinya
penularan virus HIV sehingga tidak sadar bahwa dirinya saat ini mempunyai
132
risiko tertular HIV. Persepsi yang salah ini akan menyebabkan WPS tidak melakukan VCT ulang secara rutin.
Disamping itu, masih terdapat WPS yang mempunyai keyakinan bahwa dirinya masih dapat melindungi diri tanpa melakukan VCT. Hal ini terjadi
karena kurangnya penyebarluasan informasi dan pemberian edukasi kepada kelompok risiko tinggi seperti WPS. Mobilitas WPS yang cukup tinggi dengan
berpindah-pindah lokalisasi juga dapat menyebabkan WPS kurang mendapatkan informasi yang benar tentang HIV karena WPS hanya
mendapatkan informasi yang terpotong-potong, yang memungkinkan terbentuknya keyakinan yang salah dalam diri WPS.
Beberapa WPS masih melihat teman-teman WPS yang tidak merubah perilaku seks berisiko setelah melakukan VCT. Karena pengaruh sesama
WPS cukup besar bagi individu, maka WPS yang mempunyai persepsi yang salah tentang VCT akan meniru perilaku yang kurang baik dari WPS lain.
C. NILAI JIKA MENGETAHUI STATUS HIV DIRINYA