2. Sistem Klasifikasi Tanah AASTHO
Sistem klasifikasi ini dahulu disebut juga Bureau of Public Roads, sering dipakai secara ekslusif oleh beberapa departemen transportasi
negara bagian di Amerika Serikat dan Administrasi Jalan Raya Federal Federal Highway Administration dalam spesifikasi
pekerjaan tanah untuk lintas transportasi Bowles, 1984.
Sistem klasifikasi ini telah direvisi beberapa kali sejak 1920-an. Sistem ini mengklasifikasikan tanah ke dalam delapan kelompok, A-1
sampai A-8, dan awalnya membutuhkan data-data sebagai berikut : 1.
Analisis ukuran butiran. 2.
Batas cair dan batas plastis dan I
p
yang dihitung. 3.
Batas susut. 4.
Ekuivalen kelembaban lapangan, kadar lembab maksimum dimana satu tetes air yang dijatuhkan pada suatu permukaan yang kecil
tidak segera diserap oleh permukaan tanah. 5.
Ekuivalen kelembaban sentrifugal. Sebuah percobaan untuk mengukur kapasitas tanah dalam menahan air.
Tabel 2.3 Sistem Klasifikasi Tanah AASTHO.
Klasifikasi umum Tanah berbutir
35 atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200 Klasifikasi kelompok
A-1 A-3
A-2 A-1-a
A-1-b A-2-4
A-2-5 A-2-6
A-2-7 Analisis ayakan
lolos No.10
No.40 No.200
Maks 50 Maks 30
Maks 15 Maks 50
Maks 25 Min 51
Maks 10 Maks 35
Maks 35 Maks 35
Maks 35 Sifat fraksi yang lolos
ayakan No.40 Batas Cair LL
Indeks Plastisitas PI Maks 6
NP Maks 40
Maks 10 Min 41
Maks 10 Maks 40
Min 11 Min 41
Min 41
Tipe material yang paling dominan
Batu pecah, kerikil dan pasir
Pasir halus
Kerikil dan pasir yang berlanau atau berlempung Penilaian sebagai bahan
tanah dasar Baik sekali sampai baik
Klasifikasi umum Tanah berbutir
Lebih dari 35 dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200 Klasifikasi kelompok
A-4 A-5
A-6 A-7
Analisis ayakan lolos
No.10 No.40
No.200 Min 36
NNNNNN Min 36
Min 36 Min 36
Sifat fraksi yang lolos ayakan No.40
Batas Cair LL Indeks Plastisitas PI
Maks 40 Maks 10
Maks 41 Maks 10
Maks 40 Maks 11
Min 41 Min 11
Tipe material yang paling dominan
Tanah berlanau Tanah Berlempung
Penilaian sebagai bahan tanah dasar
Biasa sampai jelek
F. Tanah Lempung
Tanah Lempung adalah tanah dengan ukuran mikrokonis sampai dengan sub mikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun
batuan. Tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering, dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan. Permeabilitas lempung sangat rendah,
bersifat plastis pada kadar air sedang. Di Amerika bagian barat, untuk
lempung yang keadaan plastisnya ditandai dengan wujudnya yang bersabun atau seperti terbuat dari lilin disebut “gumbo”. Sedangkan pada keadaan air
yang lebih tinggi tanah lempung akan bersifat lengket kohesif dan sangat lunak Terzaghi, 1987.
Tanah Lempung adalah tanah yang sebagian besar penyusunnya terdiri dari partikel mikroskopis dan sub-mikroskopis tidak dapat dilihat dengan jelas
bila hanya dengan mikroskopis biasa yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung
clay mineral, dan mineral-mineral yang sangat halus lain. Tanah lempung sangat keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang.
Namun pada kadar air yang lebih tinggi lempung akan bersifat lengket kohesif dan sangat lunak. Kohesif menunjukan kenyataan bahwa partikel-
pertikel itu melekat satu sama lainnya sedangkan plastisitas merupakan sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu dirubah-rubah tanpa perubahan isi atau
tanpa kembali ke bentuk aslinya dan tanpa terjadi retakan-retakan atau terpecah-pecah Das, 1998.
Dalam terminologi ilmiah, lempung adalah mineral asli yang mempunyai sifat plastis saat basah, dengan ukuran butir yang sangat halus dan
mempunyai komposisi berupa hydrous aluminium dan magnesium silikat dalam jumlah yang besar. Batas atas ukuran butir untuk lempung umumnya
adalah kurang dari 2 μm 1μm = 0,000001m, meskipun ada klasifikasi yang menyatakan bahwa batas atas lempung adalah 0,005 m ASTM. Satuan
struktur dasar dari mineral lempung.terdiri dari silika tetrahedron dan aluminium oktahedron. Satuan-satuan dasar tersebut bersatu membentuk
struktur lembaran. Jenis-jenis mineral lempung tergantung dari komposisi susunan satuan struktur dasar atau tumpuan lembaran serta macam ikatan
antara masing-masing lembaran. Umumnya partikel-partikel lempung mempunyai muatan negatif pada
permukaannya. Hal ini disebabkan oleh adanya substitusi isomorf dan oleh karena pecahnya keping partikel pada tepi-tepinya. Muatan negatif yang lebih
besar dijumpai pada partikel-partikel yang mempunyai spesifik yang lebih besar. Jika ditinjau dari mineraloginya, lempung terdiri dari berbagai mineral
penyusun, antara lain mineral lempung kaolinite, montmorillonite dan illite group dan mineral-mineral lain yang mempunyai ukuran sesuai dengan
batasan yang ada mika group, serpentinite group Das, 1998.
G. Agregat
Agregat merupakan material yang menempati 70-75 dari total volume betonblock beton maka kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas
block beton. Dengan agregat yang baik, beton dapat dikerjakan workable, kuat, tahan lama durable dan ekonomis. Mengingat agregat lebih murah
daripada semen maka akan ekonomis bila agregat dimasukkan sebanyak mungkin selama secara teknis memungkinkan, dan kandungan semennya
minimum. Meskipun dulu agregat dianggap sebagai material pasif, berperan sebagai pengisi saja, kini disadari adanya kontribusi positif agregat pada sifat
beton, seperti stabilitas volume, ketahanan abrasi, dan ketahanan umum durability diakui. Bahkan beberapa sifat fisik beton secara langsung
tergantung pada sifat agregat, sepertu kepadatan, panas jenis, dan modulus elastis Nugraha, 2007.
Tabel 2.4 Pengaruh Sifat Agregat Pada Sifat Block Beton.
Sifat Agregat Pengaruh pada
Sifat Beton
Bentuk, Tekstur, Gradasi.
Block beton cair. Kelecakan.
Pengikat dan Pengerasan. Sifat fisik, sifat kimia,
sifat mineral. Block Beton keras.
Kekuatan, kekerasan, ketahanan durability.
Agregat atau granular material adalah material berbutir yang keras dan kompak. Istilah agregat mencakup antara lain batu bulat, batu pecah, abu
batu, dan pasir. Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam dalam perkerasan jalan. Daya dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian
besar oleh karakteristik agregat yang digunakan. Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi persyaratan akan sangat menentukan dalam keberhasilan
pembangunan atau pemeliharaan jalan.
Agregat yang diproses adalah batuan yang telah dipecah dan disaring sebelum digunakan. Pemecah agregat dilakukan karena tiga alasan yaitu :
1. Untuk merubah tekstur permukaan partikel dari licin ke kasar.
2. Untuk merubah bentuk partikel dari bulat ke angular.
3. Untuk mengurangi serta meningkatkan distribusi dan rentang ukuran
partikel. 4.
Khusus untuk batuan krakal yang besar, tujuan pemecahan batuan krakal ini adalah mendapatkan ukuran batu yang dapat dipakai Litbang, 2004.
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat dapat juga didefinisikan sebagai bahan
yang digunakan sebagai pengisi yang dipakai bersama dengan bahan perekat, dan membentuk suatu massa yang keras, padat bersatu, yang disebut adukan
betonblock beton. Di dalam beton, agregat halus dan kasar mengisi sebagian besar volume beton, yaitu antara 50 sampai 80, sehingga sifat-sifat dan
mutu agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat dan mutu beton.
Penggunaan agregat dalam pembuatan betonblock beton berfungsi untuk : 1. Menghemat penggunaan semen portland.
2. Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton. 3. Mengurangi susut perkerasan beton.
4. Mencapai susunan yang padat pada beton. Dengan gradasi agregat yang baik, maka akan didapatkan beton yang padat.
5. Mengontrol workability dalam adukan beton. Dengan gradasi agregat yang baik, maka akan didapatkan beton yang mudah dikerjakan atau memiliki
workability yang baik.
Semakin banyak bahan batuan agregat yang digunakan dalam pembuatan betonblock beton, maka akan semakin hemat dalam penggunaan semen
portland. Tetapi, dalam penggunaannya bahan batuan tersebut ada batasannya, sebab pasta semen diperlukan untuk pelekat butir-butir dalam
pengisi rongga-rongga halus dalam adukan beton. Karena bahan batuan tidak susut, maka susut pengerasan hanya disebabkan oleh adanya pengerasan
pasta semen. Semakin banyak agregat, semakin berkurang susut pengerasan betonnya.
Gradasi yang baik pada agregat dapat menghasilkan beton yang padat, sehingga volume rongga berkurang dan penggunaan semen portland
berkurang pula. Susunan beton yang padat dapat menghasilkan beton dengan kekuatan besar Samekto, 2001.
H. Pasir
Pasir merupakan agregat yang berasal dari penghancuran oleh alam dari batuan induknya, dan terdapat dekat atau sering kali jauh dari asalnya karena
terbawa oleh arus air atau angin, dan mengendap di suatu tempat. Pasir yang terbawa oleh arus air umumnya berbentuk bulat dan bentuk ini dianggap baik
sebagai agregat adukan. Dalam pemakaiannya untuk beton, agregat jenis ini memerlukan perhatian khusus, karena perubahan susunan butir agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat dari agregat itu Samekto,2001.
Pasir untuk paving block dapat berupa pasir alami hasil disintregasi alam dari batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu.
Menurut SK-SNI-S-04-1989-F syarat untuk agregat halus, yaitu agregat halus
terdiri dari butir-butir tajam, keras, kekal dengan gradasi yang beraneka ragam. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 dari
berat total agregat, bahan organik dan reaksi terhadap alkali harus negatif.
I. Air
Air merupakan bahan yang penting pada pembuatan betonblock beton. Air berfungsi untuk membuat terjadinya reaksi kimia dengan semen. Pada
dasarnya air yang layak minum dapat dipakai untuk campuran beton. Apaabila terjadi keraguan akan kualitas air untuk campuran beton, sebaiknya
dilakukan pengujian kualitas air atau diadakan trial mix untuk campuran dengan menggunakan air tersebut Sebayang, 2005.
Persyaratan air sebagai bahan bangunan untuk campuran beton harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Air harus bersih.
2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda-benda merusak lainnya
yang dapat dilihat secara visual. 3.
Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 grliter. 4.
Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton zat asam, zat organik, dan sebagainya lebih dari 15 grliter.
Kandungan khlorida Cl tidak lebih dari p.p.m dan senyawa sulfat tidak lebih dari 1000 p.p.m.
5. Bila dibandingkan dengan kuat tekan beton yang memakai air suling,
maka penurunan kekuatan kuat tekan beton yang memakai air yang diperiksa tidak boleh lebih dari 10 .
6. Air yang mutunya diragukan dianalisa secara kimia dan dievaluasi
mutunya.
J. Bahan Tambahan Admixtures
Penggunaan bahan tambah dapat dilakukan dengan maksud : 1.
Untuk kemudahan pekerjaan workability yang lebih tinggi 2.
Pengikat betonblock beton yang lebih cepat, agar penyelesaian akhir finishing, pembukaan acuan dan pembukaan jalur lalu lintas dapat
dipercepat. 3.
Pengikat yang lebih lambat, misalnya pada pembetonan yang lebih jauh.
Setiap bahan tambah yang digunakan harus memenuhi spesifikasi sebagai berikut:
a. SNI 03-2495-1991 Bahan tambah untuk beton block beton.
b. SNI 03-2496-1991 Spesifikasi bahan tambah pembentukan gelembung
udara. c.
ASTM C-618 Spesifikasi untuk fly ash atau Calcined Natural Pozzolan yang digunakan dalam beton semen portland.
d. AASTHO M 144-78 Spesifikasi untuk Calcium Chloride.
Beberapa jenis tambahan dan kegunaannya seperti diperlihatkan pada tabel.