28 dan menghasilkan bisnis berdasar pada niat tulus guna memberi kontribusi yang
paling positif pada komunitas.
48
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami tanggung jawab sosial perusahaan
sebagai bagian dari komitmen perusahaan, suatu konsep bahwa organisasi khususnya perseroan harus memiliki tanggung jawab terhadap stakeholdersnya
dalam segala aspek operasional perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, dan perusahaan dalam
melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi
sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.
3. Dasar Hukum Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tujuan finansial dan tujuan sosial dalam tanggung jawab sosial perusahaan tidak berjalan dalam korelasi yang berimbang, tetapi lebih banyak menjadi relasi sebab
akibat dikarenakan adanya ongkos yang dikeluarkan untuk mendapatkan keuntungan. Akibatnya pemberlakuannya menjadi simbol bahwa perusahaan telah
menjalankan etika bisnis dan memiliki budi pekerti. Salah satu cara merubah simbolisasi menjadi implementasi yang mengarah pada
substansi program tanggung jawab sosial perusahaan adalah dengan monitoring pihak lain, sistem akuntabilitas yang ditingkatkan, dan transparansi. Tanggung
jawab perusahaan kepada publik secara keseluruhan di negara maju didekati dan diimplementasikan lewat hukum pelaporan perusahaan, bukan lewat pemaksaan
48
Reza Rahman, op. cit., hlm. 10.
29 pelaksanaan suatu kegiatan khusus yang disebut tanggung jawab sosial
perusahaan, sehingga klausul tanggung jawab sosial perusahaan jarang tampak ke permukaan dalam produk hukum, tetapi masuk dan diinternalisir lewat
mekanisme administratif yang jauh lebih substansial. Berbeda dengan pemerintah Indonesia yang mengambil inisiatif melakukan regulasi pelaksanaan tanggung
jawab sosial perusahaan. Ada dua instrumen hukum yang mewajibkan PT untuk melakukan tanggung jawab sosial perusahaan, yakni UUPM dan UUPT yang
disahkan pada tahun 2007. Sebagai sebuah konsep yang baru dimasukkan ke dalam UUPT, pemerintah
diharapkan tidak salah menafsirkan konsep tanggung jawab sosial perusahaan. Kontroversi yang terjadi dikalangan pengusaha sejak diwajibkannya pelaksanaan
tanggung jawab sosial bagi sebuah PT adalah ketidakpahaman sejumlah kalangan pengusaha dalam mengartikan tanggung jawab sosial perusahaan dan adanya
ketakutan bahwa pemerintah juga salah tafsir sehingga pada akhirnya perusahaan akan dirugikan melalui kewajiban pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.
Perdebatan tentang regulasi tanggung jawab sosial perusahaan terus bergulir. Pihak pro terhadap regulasi tanggung jawab sosial perusahaan, belum semua
perusahaan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan sehingga perlu ada payung hukum yang memaksa agar mereka mau melakukannya. Tidak hanya itu,
dengan adanya regulasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan, maka akan memberikan keseragamanstadardisasi dalam aplikasi tanggung jawab sosial
perusahaan. Pandangan ini dilatarbelakangi oleh beragamnya defenisi tanggung jawab sosial perusahaan, sehingga beragam aplikasinya di lapangan, dengan
adanya stadardisasi akan memudahkan pelaksanaan audit sosial perusahaan terhadap lingkungan internal dan eksternalnya.
49
49
Reza Rahman, op. cit., hlm. 104.
30 Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, substansi mengenai tanggung
jawab sosial perusahaan merupakan bagian dari kewajiban dan tanggung jawab penanam modal termasuk PMA, yang diamanatkan dalam Pasal 15 huruf b,
Pasal 16 huruf d dan huruf e, Pasal 17 UUPM. Selanjutnya ketentuan tersebut dipertegas dengan Pasal 34 Ayat 1 UUPM, yaitu:
badan usaha atau usaha perorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai
sanksi administratif berupa: a.
peringatan tertulis; b.
pembatasan kegiatan usaha; c.
pembekuan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal; atau d.
pencabutan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal.
Pasal 1 Angka 3 UUPT, tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
Sekalipun tidak dengan jelas dikemukakan namun dapat dipastikan bahwa yang dimaksudkan oleh pembuat undang-undang dengan tanggung jawab sosial dan
lingkungan tidak lain adalah apa yang di dalam bahasa Inggris disebut social and evironmental responsibility atau yang disebut juga dengan istilah Corporate
Social Responsibility yang pemahamannya adalah sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Pasal 66 Ayat 2 huruf c UUPT ditentukan laporan tahunan perseroan yang
disampaikan direksi kepada RUPS salah satunya harus memuat laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan
tahunan.
31 Menurut Pasal 74 UUPT ditentukan:
1 perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
2 tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud Ayat 1
merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya perseroan
yang pelaksanaannya
dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran. 3
perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. 4
ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial perusahaan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Menurut Penjelasan Pasal 74 UUPT Ayat 1 dan Ayat 2: 1 ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan perseroan yang
serasi dan seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Yang dimaksud dengan perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam adalah perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam. Yang
dimaksud dengan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam adalah perseroan yang tidak mengelola dan tidak
memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam.
2 yang dimaksud dengan “dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-un
dangan” adalah dikenai segala bentuk sanksi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan terkait.
Bagian penjelasan Pasal 74 Ayat 1 UUPT sangat jelas menggambarkan latar
belakang dan tujuan pembentukan bagi PT, yaitu penciptaan suatu hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai masyarakat lokal,
norma masyarakat lokal, budaya masyarakat lokal. Jelas bahwa tujuan tanggung jawab sosial yang diatur dalam Pasal 74 UUPT tersebut mengadopsi dalam
penjelasan tanggung jawab sosial Pasal 15 huruf b UUPM, yang menegaskan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat
pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan
32 yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan nilai, norma, dan budaya
masyarakat setempat.
50
Penjelasan Pasal 74 Ayat 1 UUPT disebutkan bahwa kewajiban pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan bagi perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam tidak hanya
melihat pada bisnis inti perusahaan. Walaupun perusahaan tersebut tidak secara langsung melakukan eksploitasi sumber daya alam, tetapi selama kegiatan
usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam, maka perusahaan tersebut wajib melaksanakan tanggung jwab sosialnya. Hal ini berarti
bahwa baik itu perusahaan pertambangan, industri perkayuan, industri makanan, yang dalam kegiatan usahanya berhubungan langsung dengan sumber-sumber
daya alam, maupun rumah sakit, perusahaan telekomunikasi, perbankan, percetakan dan perusahaan-perusahaan lain yang walaupun tidak secara langsung
menggunakan sumber daya alam dalam kegiatan usahanya, wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
51
50
Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, op. cit., hlm. 98.
51
Widjaja Gunawan dan Yeremia Ardi Pratama, op. cit., hlm. 95. Mengacu kepada peraturan tanggung jawab sosial perusahaan dalam UUPM, jelas terlihat bahwa kewajiban tanggung jawab
sosial perusahaan bagi perusahaan penanaman modal yang tunduk pada dan kegiatan operasional dan investasinya diatur oleh UUPM tidak tergantung pada kegiatan usaha lini usaha yang
dilaksanakan perusahaan tersebut, jadi perusahaan yang bergerak di lapangan usaha produksi maupun jasa tetap diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, sedangkan
bagi perusahaan pada umumnya, yaitu perusahaan-perusahaan yang tidak tunduk pada UUPM tersebut, maka untuk mengetahui adanya kewajiban pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan pertama sekali harus mengacu pada ketentuan anggaran dasar perusahaan tersebut dan sepanjang relevan, juga izin usaha perusahaan tersebut guna mengetahui dan memastikan apakah
perusahaan bergerak di bidang sumber daya alam yaitu mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, seperti KLU Sisminbakum. Jika anggaran dasar danatau izin usaha perusahaan ternyata
tidak mencantumkan kegiatan usaha di bidang sumber daya alam, maka harus ditelaah secara cermat apakah kegiatan usaha perusahaan tersebut berdampak pada fungsi kemampuan sumber
daya alam. Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, 2009, loc. cit., hlm. 102-103.
33 Pasal 74 Ayat 2 UUPT disebutkan bahwa biaya pelaksanaan tanggung jawab
sosial perusahaan diperhitungkan sebagai salah satu komponen biaya perusahaan. Biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan
ini seharusnya pada akhir tahun buku diperhitungkan sebagai salah satu pengeluaran perusahaan, dan agar dapat dijadikan sebagai biaya pengurangan
penghasilan kena pajak maka rencana kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang akan dilaksanakan dan anggaran yang dibutuhkan wajib untuk dimasukkan
dalam rencana kerja tahunan. Selain itu dengan memperhatikan ketentuan pajak yang berlaku biaya tanggung jawab sosial perusahaan merupakan biaya yang
dikeluarkan perseroan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghsilan. Hal ini tidak berarti keuntungan perusahaan setelah pajak, dipotong lagi untuk
kewajiban pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, jadi seharusnya tidak menjadi pajak tambahan bagi perseroan. Mengenai besarnya anggaran dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran, dengan pengertian biaya-biaya tersebut harus diatur besarnya sesuai dengan manfaat yang hendak dituju dari
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri berdasarkan kemampuan keuangan perseroan, potensi risiko, dan besarnya tanggung jawab
yang harus ditanggung sesuai kegiatan usahanya.
52
Penjelasan Pasal 74 Ayat 3 UUPT, artinya sanksi yang dikenakan bukan karena
perusahaan tidak melakukan tanggung jawab sosial perusahaan menurut UUPT melainkan karena mengabaikan tanggung jawab sosial perusahaan sehingga
perusahaan tersebut melanggar aturan terkait di bidang sosial dan lingkungan.
53
52
Ibid., hlm. 96-97.
53
Ibid., hlm. 98.
34 Berdasarkan uraian di atas, konsekuensi hukum bagi PT berkaitan dengan
perumusan tanggung jawab sosial perusahaan menurut Pasal 74 UUPT adalah PT harus memiliki corporate identity. PT harus mampu merumuskan kegiatan
tanggung jawab sosial perusahaannya dengan memperhatikan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan bukan kegiatan kedermawanan philanthropy,
pelaksanaannya memerlukan keterlibatan dari stakeholders dan menuntut keterlibatan aktif perusahaan, dengan tujuan sustainability perusahaan,
lingkungan, dan sosial. Selanjutnya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan perusahaan
dan khususnya, peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yang berhubungan dengan masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan. PT diwajibkan
merumuskan tanggung jawab sosial perusahaannya dalam setiap rancangan kerja perusahaan dan melaporkannya dalam laporan tahunan perusahaan sesuai dengan
ketentuan Pasal 74 Ayat 2 UUPT. Selanjutnya, secara internal PT harus mensosialisasikan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan mereka kepada
seluruh stakeholders perusahaan agar setiap stakehoders dapat bersama-sama terlibat secara aktif dan berkesinambungan dalam mendukung kegiatan tanggung
jawab sosial perusahaan perusahaan.
4. Stakeholders Perusahaan