BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Pada tahun 1990-an kawasan pesisir di Desa Sei.Nagalawan mengalami abrasi pantai yang luar biasa, akibatnya bibir pantai tergerus oleh air laut dan
terjadi interusi air laut kelahan pertanian penduduk. Kerusakan ini diakibatkan oleh konversi hutan mangrove pada tahun 1980-an menjadi tambak udang yang
terjadi hampir diseluruh kawasan pesisir timur Sumatera Utara. Oleh karenanya kemudian sebagai salah satu desa pesisir, kawasan pantai desa SeiNagalawan juga
mengalami hal yang sama. Berdasarkan fakta, hampir sejauh 500 meter bibir pantai yang tergerus oleh air laut dan garis pantai hampir mencapai kepemukiman
penduduk. Situasi ini tidak hanya berakibat pada rusaknya kawasan pesisir akan tetapi berakibat pula dengan menurunnya hasil tangkapan nelayan tradisional
sebab hutan mangrove yang menjadi tempat berpijahnya biota laut sudah punah. Tahun 1992 masuklah sebuah Lembaga Swadaya masyarakat LSM yang
bergerak dibidang pengembangan desa khususnya masyarakat nelayan dengan nama WPAP Wadah Pengembangan Alternatif Pedesaan di desa Sei.Nagalawan
khususnya di dusun III sei.nipah. LSM ini mengembangkan berbagai kegiatan- kegiatan dengan membentuk kelompok perempuan nelayan dan membentuk
kelompok nelayan dengan program kerja konservasi kawasan pesisir dengan penanaman pohon bakau dan peningkatan ekonomi perempuan pesisir melalui
UBSP Usaha Bersama Simpan Pinjam kelompok.
Universitas Sumatera Utara
Kehadiran LSM ini sangat banyak membawa perubahan pola pikir masyarakat untuk mencintai lingkungankawasan pesisir sehingga walaupun LSM
ini tidak lagi bekerja di Sei.Nagalawan akan tetapi banyak meninggalkan kader- kader masyarakat yang peduli dan mencintai lingkungannya. Berbagai kegiatan
yang pernah dilakukan LSM ini bersama masyarakat adalah Pembuatan MINA Bakau dengan memelihara ikan dan menanam pohon bakau di kolam milik
angggota kelompok dan melakukan kegiatan penanaman pohon bakau pada tahun 1994 di kawasan yang termasuk didalam kawasan konservasi hutan mangrove.
Dari sekitar 10.000 batang bibit bakau yang ditanam hanya sekitar 0.5 persen saja yang mampu bertahan disebabkan proses abrasi lebih cepat terjadi dari pada
perkembangan tanaman bakau yang ditanam kelompok, sebahagian lagi punah karena tidak terawat dengan baik dan ditebang oleh masyarakat sekitar yang tidak
mengerti akan manfaatnya. Tahun 1998 setelah melalui proses yang cukup panjang beberapa
masyarakat yang merupakan bagian dari proses tersebut diatas ditambah dengan masyarakat yang peduli terhadap nelayan dan lingkungan pesisir membentuk
sebuah kelompok nelayan dibawah naungan Sarekat Nelayan Sumatera Utara SNSU dengan nama Kelompok Nelayan Kayuh Baimbai dan terbentuk kembali
sebuah kelompok perempuan nelayan pada tahun 2005 dengan nama kelompok perempuan MUARA TANJUNG.
Kelompok nelayan ini selain berkegiatan untuk meningkatkan produktifitas nelayan juga mendorong anggotanya untuk peduli terhadap kawasan
pesisir khususnya hutan mangrove. Bekerja sama dengan sebuah Jaringan LSM
Universitas Sumatera Utara
advokasi Nelayan di Medan yakni JALA jaringan Advokasi Nelayan Sumatera Utara dan Yayasan KEKAR kekuatan ekonomi rakyat Indonesia Tebing Tinggi
bekerjasama dengan Fakultas Pertanian USU Medan melakukan penanaman kembali pohon bakau dikawasan pesisir pada tahun 2004 dengan jumlah bibit
sekitar 10.000 batang pohon bakau. Selain mendapatkan dukungan bibit dari berbagai LSM, kelompok juga mengupaya sendiri bibit bakau dengan
memanfaatkan pohon induk sisa tanaman pada tahun 1994 yang lalu dengan membuat pembibitan mangrove secara swadaya.
Mengingat pentingnya menjaga kawasan hutan mangrove di pesisir desa sei.nagalawan maka kemudian kelompok mendorong Pemerintah Desa pada
tahun 2006 untuk menerbitkan regulasi tingkat desa dengan Surat Keputusan Kepala Desa Sei.Nagalawan Nomor : 67803SN2006 tanggal 17 Maret tahun
2006 Tentang Perlindungan Hutan Baku Seluas 2 Ha dan atau lahan-lahan kosong yang tidak dipergunakan yang ditanam dan dikelola Kelompok Nelayan
Kayuh Baimbai dan Kelompok Perempuan Nelayan Muara Tanjung Desa Sei.Nagalawan Kabupaten Serdang Bedagai.
Berdasarkan data BP Das Asahan Barumun dan SWT DAS Wampu Sei.Ular, hasil inventarisasi dan identifikasi Mangrove Tahun 2006, yang dikutip
oleh BPHM Wilayah II Medan di wilayah Kecamatan Perbaungan khususnya desa Sei.Nagalawan jumlah luasan kawasan Hutan Mangrove adalah seluas 219,
24 Ha kemudian diantara pembagian fisiknya, Rusak Berat 90,64 Ha Kondisi fisik Rusak sedang 128,6 Ha dan kondisi fisik tidak rusak 0 ha
Universitas Sumatera Utara
Situasi tersebut diatas tentunya merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi kelompok nelayan yang selama ini telah berjuang untuk melestarikan
kawasan hutan mangrove khususnya di Desa Sei.Nagalawan untuk terus melakukan aktifitas pelestarian hutan mangrove. Sehingga berangkat dari
kesadaran kritis masyarakat yang berhimpun didalam kelompok nelayan Kayuh Baimbai dan kelompok perempuan Muara Tanjung pada tahun 2009 membentuk
sebuah kelompok tani Hutan Mangrove yang di beri nama “Kelompok Konservasi Mangrove Muara Baimbai”.
Dalam perjalanan waktunya kelompok ini berkembang tidak lagi sekedar melakukan rehabilitasi hutan mangrove saja akan tetapi sudah mengarah untuk
bagaimana mengelola mangrove sebagai sarana produksi dan wisata edukasi yakni dengan memproduksi makanan dan minuman berbahan baku mangrove seperti
kerupuk jeruju, syirup buah prepatpidada dan pembuatan kerupuk ikan dan kerupuk teri. Kelompok juga memanfaatkan hutan mangrove sebagai sarana
wisata edukasi yang saat sekarang ini masih dalam proses perizinan di Bupati Serdang Bedagai. Selain itu juga mengelola hasil tangkapan nelayan yang menjadi
anggotanya. Berdasarkan hal tersebutlah kemudian gabungan kelompok nelayan dan perempuan nelayan ini kemudian bersepakat pada tanggal 17 Desember 2011
untuk membuat Koperasi Serba Usaha KSU yang di beri nama KSU MUARA BAIMBAI dimana pengurus koperasi serba usaha ini adalah ibu Jumiati dan pak
Sutrisno pada tahap awal beranggotakan 56 orang terdiri dari 39 orang laki-laki dan 17 orang perempuan nelayan.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha