Petruk Busana dan Atribut .I Semar

144 memakai kalung yang bermotif bintang berwarna biru Gambar : 4.126 sedangkan Gareng gaya Surakarta bermotif ceplok. Secara keseluruhan dari keempat gagrak tersebut tidak terdapat perbedaan yang terlalu mendasar. Gareng keempat gagrak di atas sama-sama memakai sarung dan atribut berupa kalung, gelang dan cincin. Perbedaan yang ada terdapat pada ornament masing-masing gagrak, ornament pada kalung dan anting dan juga senjata yang digunakan. Hanya Gareng gaya Pesisiran yang tidak mempunyai senjata. Jika diperhatikan secara seksama, meskipun bentuk, warna dan model kalung yang dipakai oleh Gareng beranekaragam, namun kalung tersebut adalah tetap kalung roda. Hanya saja telah diubah dan dieksplor oleh pembuat wayang Gareng tersebut sesuai dengan keinginan perajin wayang tersebut. Pada atribut berupa gelang tangan pada Gareng berbagai gagrak di atas memakai gelang dengan bentuk yang sama, hanya saja pada warnanya berbeda. Gareng gaya Surakarta koleksi museum RPS memakai gelang tangan dengan warna coklat kekuningan, sedangkan Gareng gaya lainnya memakai gelang tangan berwarna merah putih.

4.2.2.3 Petruk

Busana yang dikenakan Petruk gaya Surakarta Koleksi Museum Radya Pustaka Surakarta sama dengan busana yang dikenakan oleh panakawan pada umumnya, yaitu sarung. Pada Petruk gaya Surakarta ini atribut yang digunakan adalah sejataparang, anting, gelang tangan, memakai kalung berbentuk lonceng. Busana dan atribut yang dikenakan Petruk sama dengan yang digunakan Gareng, jika Semar tidak memakai atribut seperti kalung dan senjata, tetapi ketiga anaknya 145 termasuk Gareng dan Petruk memakai keduanya. Ia juga memakai kain sarung bermotif yang berwarna merah, putih, biru dan kuning. Atribut yang dipakai adalah senjata berwarna merah yang terletak di tengah-tengah sarung gambar : 4.129. Senjata tersebut disarungkan di sabuk. Ia juga memakai anting berwarna coklat, memakai gelang tangan berwarna kuning kecoklatan Gambar : 4.128, dan juga memakai kalung berbentuk lonceng yang berwarna kuning kecoklatan Gambar : 4.128. Seperti busana Petruk gaya Surakarta koleksi museum RPS, busana yang dikenakan Petruk gaya Yogyakarta koleksi museum SBY berupa sarung. Atribut yang digunakan gelang, kalung genta, anting, senjata Gambar : 4.71. Busana Petruk gaya ini berupa kain sarung bermotif kotak-kotak. Pada setiap kotak terdiri dari empat segitiga yang berwarna hitam putih. Segitiga pada bagian atas dan bawah berwarna hitam, sedangkan bagian kiri dan kanan berwarna putih. Ornamen pada kain sarung ini berbeda dengan ketiga kain Petruk gagrak lainnya. Ornamen pada kain Petruk gaya ini motif segitiga yang digunakan terbentuk dari pembagian motif kotak-kotak yang dibagi menyilang menjadi empat bagian. Bagian atas dan bawah diberi warna yang sama, begitu juga bagian sisi kiri diberi warna yang sama dengan motif segi tiga bagian kanan Gambar : 4. 4.71. Motif ini sangat berbeda dengan motif sarung Petruk gaya Surakarta koleksi museum RPS. Selanjutnya busana dan atribut Petruk gaya Yogyakarta koleksi Museum WKY. Petruk gaya ini juga memakai busana sarung. Petruk mempunyai rambut hitam panjang dan dikuncir, memakai aksesoris berupa anting berwarna coklat, 146 dan memakai sepatu Gambar : 4.75. Hal ini yang membedakan Petruk dari panakawan lainnya. Sehingga membuat Petruk gaya ini terlihat lebih spesial karena panakawan lainnya tidak ada yang memakai sepatu. Agaknya Petruk gaya Yogyakata memang sering ditampilkan memakai sepatu, hal ini sama seperti pada Petuk gaya Yogyakarta yang dibuat Sagio, seperti yang tedapat pada Sagio dan Ir. Pambudi lihat lampiran II Gambar : 2.3. Petruk gaya ini terlihat lebih sederhana dalam berbusana dibanding kedua gagrak sebelumya. Ornament yang terdapat pada sarung Petruk Surakarta koleksi RPS lebih njlimet dengan warna merah, kuning, biru, putih dan didominasi warna kuning , Petruk gaya Yogyakarta koleksi museum SBY memakai sarung bermotif kotak-kotak hitam putih, Petruk gaya ini memakai sarung bermotif kawung Gambar : 4.134. Dalam memakai sarung, Petruk sama seperti Gareng gaya Yogyakarta koleksi museum WKY, yaitu lebih ke atas perut dan sangat pendek. Jika kedua gagrak sebelumnya yaitu Petruk gagrak Surakarta dan Petruk gaya Yogyakarta koleksi museum SBY kain bagian belakang menutupi lutut dan kain bagian depan di atas lutut, tidak begitu dengan Petruk gagrak Yogyakarta ini, Petruk gagrak ini kain bagian belakang menutupi lulut sedang kain bagian depan hanya sampai di pangkal paha. Sehingga bagian paha hingga ujung kaki terlihat Bahkan kaki Petruk bagian depan seperti telanjang. Sedangkan busana pada Petruk gaya Madya Surakarta koleksi museum WKY juga berupa sarung dengan motif segitiga. Atribut yang digunakan berupa kalung , gelang dan anting-anting. 147 Busana dan atribut Petruk gaya pesisiran koleksi Sudiharjo Jepara. Petruk gaya ini juga memakai sarung. Atibut yang digunakan adalah anting, kalung genta, gelang, dan senjata. Perbedaan yang tampak mencolok pada atribut Petruk gaya ini dibanding Petruk gaya lainnya adalah pada senjatanya. Senjata Petruk gaya ini pada gagangpeganggannya yang berbentuk kepala burung Gambar : 4.138. Sehingga membuat senjata Petruk gaya ini terlihat lebih unik dari senjata Petruk gaya lainnya. Ornamen yang terdapat pada sarung Petruk gaya Pesisiran berupa kain slobok, yaitu kain bercorak kotak-kotak dengan garis-garis diagonal dari sudut-sudutnya Gambar : 4.135. Secara keseluruhan Petruk berbagai versi tersebut memiliki perbedaan sekaligus persamaan. Perbedaan yang mendasar terdapat pada ornament sarung dan msing-masing atribut seperti anting, kalung, cincin dan senjata. Sedangkan atribut berupa gelang, hanya Petruk gaya Surakarta yang berbeda. Persamaan lainya Petruk berbagai versi di atas memakai busana berupa sarung. Meskipun sama-sama memakai sarung, namun sarung yang dipakai Petruk berbagai versi di atas tentu saja berbeda motif dan sunggingannya. Petruk berbagai versi ini sama- sama memakai kalung genta, meskipun bentuk, motif dan warnanya berbeda. Perbedaan yang paling mencolok adalah pada Petruk gaya Yogyakarta koleksi museum SBY, Petruk gaya ini memakai sepatu, padahal lazimnya sepatu hanya digunakan oleh pawa dewa dan jika ada tokoh Petruk memakai sepatu adalah pada saat ia menjadi raja dengan nama Prabu Durtawarna atau Gurnadur Jenderal Belgeduwel Beh Widodo, 1984 : 136. Selain tiu pada Petruk gaya Yogyakarta dalam Sagio dan Ir. Pambudi juga memakai sepatu.. Namun sampai 148 hasil penelitian ini dibuat, peneliti belum dapat mengetahui secara jelas mengapa Petruk gaya Yogyakarta koleksi museum WKY ini memakai sepatu.

4.2.2.4 Bagong