7
III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT
3.1 Studi Literatur tentang Pengelolaan
Sampah di Beberapa Kota di Dunia Kajian ilmiah dengan metode riset operasi
tentang masalah pengangkutan sampah di kota besar di dunia sudah banyak dilakukan. Dari
hasil kajian tersebut setiap kota mempunyai masalah pengangkutan sampah yang berbeda.
Kajian yang dilakukan di kota Brussels merupakan kajian untuk menentukan lokasi
terbaik untuk mendirikan depot dan fasilitas transfer station yang baru dan mengevaluasi
transportasi sampah yang tersedia yaitu kereta api, kanal dan truk untuk mengangkut sampah
Kulcar, 1996. Dalam kajian tersebut, rute pengangkutan sudah ditentukan. Pemecahan
masalah pengangkutan sampah di Brussels dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama
mencari lokasi terbaik untuk pembangunan depot dan transfer station yang baru.
Sedangkan tahap kedua mengalokasikan rute pengangkutan sampah yang ada ke depot
terdekat. Model yang dibuat untuk masalah pengangkutan sampah di Brussels merupakan
masalah integer programming.
Sedangkan kajian yang dilakukan di kota Hanoi merupakan aplikasi model Vehicle
Routing and Scheduling Problem VRSP Dang dan Pinoi, 2000. Pengangkutan
sampah di Hanoi dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pagi dan malam hari. Adanya
pergantian shift pengangkutan dari pagi hari menjadi malam hari mengakibatkan time
window menjadi penting dalam formulasi masalah untuk membuat model menjadi lebih
mendekati dengan permasalahan yang sebenarnya terjadi Algoritme heuristic
digunakan untuk memecahkan masalah pengangkutan sampah di Hanoi. Hasil kajian
tentang pengangkutan sampah di Hanoi menunjukkan adanya pengurangan biaya
transportasi kendaraan bila sistem pengangkutan yang telah ditetapkan fixed
diubah menjadi fleksibel dimana setiap kendaraan dapat mengangkut sampah dari
selain TPS yang sudah ditetapkan.
Kajian terbaru tentang manajemen sampah dilakukan untuk kota-kota kecil di Cina. Nie
et al., 2004. Model optimal yang dibuat untuk penanganan sampah di Cina memenuhi
prinsip manajemen yang berlaku yaitu optimisasi regional, optimisasi jangka panjang
dan optimisasi lokasi pembuangan sampah. Kajian tentang masalah sampah di Cina tidak
difokuskan kepada rute angkutan, tetapi kepada masalah pengelolaan sampah yang
optimal. Sampah padat di Cina setiap tahun semakin bertambah seiring dengan
pertumbuhan penduduk yang semakin besar. Dari hasil kajian yang dilakukan di Cina,
sampah padat direkomendasikan lebih banyak untuk digunakan kembali recycle.
Disamping itu, hasil kajian juga mendukung rencana pemerintah untuk mengelola sampah
sampah padat menjadi energi. Sedangkan sampah yang tidak dapat diolah menjadi
energi dan sampah tidak dapat digunakan kembali baru dimusnahkan dengan cara
dibakar atau dikubur composting. Pilihan untuk melakukan composting lebih disarankan
karena jika sampah dibakar selain akan menambah banyak biaya juga menimbulkan
polusi udara. Perencanaan pengelolaan sampah di Cina sudah memperhitungkan
aspek ekonomis yaitu dengan cara merubah penanganan sampah yang tadinya hanya
menimbulkan biaya menjadi sumber pendapatan.
Di Indonesia kajian tentang penanganan sampah dengan metode riset operasi belum
banyak dilakukan. Kajian yang sering dilakukan lebih dititikberatkan kepada aspek
sosial dan kesehatan warga sekitar tempat pembuangan sampah. Pengelolaan sampah di
Indonesia belum seperti di Cina karena penanganan sampah lebih banyak masuk ke
fasilitas composting. Minimnya kajian ilmiah tentang masalah pengelolaan sampah di kota
di Indonesia memberikan daya tarik tersendiri untuk mengaplikasikan masalah riset operasi.
3.2
Masalah Pengelolaan Sampah di DKI Jakarta
Pengelolaan sampah di wilayah DKI Jakarta dilakukan oleh sebuah badan yang
dibentuk Pemerintah Daerah DKI Jakarta yaitu Dinas Kebersihan DKI Jakarta dan juga
oleh beberapa perusahaan swasta yang telah mendapat izin dari pemerintah. Dalam
struktur organisasi, Dinas Kebersihan membawahi lima suku dinas kebersihan yaitu
Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur, Suku Dinas Kebersihan Jakarta Selatan, Suku Dinas
Kebersihan Jakarta Barat, Suku Dinas Kebersihan Jakarta Utara dan Suku Dinas
Kebersihan Jakarta Pusat. Setiap suku dinas kebersihan di atas bertanggung jawab
menangani masalah pengangkutan sampah di wilayah kotamadya masing-masing.
Jumlah sampah yang dihasilkan dari setiap kotamadya DKI Jakarta tidaklah sama. Jumlah
8
sampah yang dihasilkan bergantung pada besar populasi dan luas wilayah kotamadya
masing-masing. Gambar berikut menjelaskan proporsi sampah yang dihasilkan dari masing-
masing kotamadya di DKI Jakarta.
Gambar 8 Proporsi sampah yang dihasilkan masing-masing kotamadya di DKI
Jakarta per hari. Pada umumnya pengangkutan sampah di
DKI Jakarta terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah pengangkutan sampah dari
sumber ke Tempat Pembuangan Sementara TPS dengan menggunakan gerobak. Pada
tahap kedua, sampah di setiap TPS diangkut dengan truk menuju ke Stasiun Peralihan
Antara SPA atau ke Tempat Pembuangan Akhir TPA. Tahap ketiga adalah
pengangkutan sampah dari setiap SPA
menuju ke TPA. Jadi, setiap sampah di TPS akan menuju ke TPA. Apabila sebuah truk
sampah sudah mengosongkan muatannya di SPA atau TPA, truk kembali menuju TPS
yang masih memiliki sampah. Setiap suku dinas kebersihan bertanggung jawab untuk
mengangkut sampah di wilayahnya masing- masing dari TPS ke SPA atau ke TPA.
Sedangkan, pengangkutan sampah dari SPA ke TPA merupakan tanggung jawab Dinas
Kebersihan DKI Jakarta.
Gambar berikut menjelaskan alur pengangkutan sampah yang dapat terjadi.
Gambar 9 Alur pengangkutan sampah. Selama ini DKI Jakarta hanya mempunyai
dua buah SPA dan sebuah TPA. TPA yang dimiliki pemerintah DKI Jakarta terletak di
daerah Bantar Gebang Bekasi, sedangkan untuk SPA masing-masing terletak di Sunter
Jakarta Utara dan Cilincing Jakarta Utara. SPA berfungsi sebagai stasiun pembuangan
sampah sementara sehingga truk sampah dapat melayani TPS lebih cepat.
TPA Bantar Gebang saat ini sudah hampir mencapai batas kemampuan untuk
menampung sampah yang masuk. Selain kapasitas yang sudah hampir penuh, penduduk
di sekitar TPA Bantar Gebang juga sudah tidak mau lagi wilayah mereka dijadikan
tempat pembuangan sampah. Akibat dua hal tersebut, TPA Bantar Gebang akan segera
ditutup. Penutupan TPA Bantar Gebang akan dilakukan jika fasilitas TPA yang baru sudah
didirikan.
Untuk menggantikan peranan TPA Bantar Gebang, pemerintah DKI Jakarta
merencanakan pembangunan beberapa buah fasilitas pengelolaan sampah yang baru. Hasil
perencanaan tersebut adalah membangun empat buah Intermediate Treatment Facility
ITF secara bertahap yang tersebar di wilayah Jakarta. Selain berfungsi sebagai SPA, ITF
juga berfungsi untuk mengolah sampah sebelum dikirim ke TPA sehingga sampah
yang akan dikirim ke TPA akan berkurang. Saat ini dua lokasi pembangunan ITF sudah
ditentukan yaitu di daerah Duri Kosambi Jakarta Barat dan di daerah Marunda
Jakarta Utara sedangkan dua daerah untuk pembangunan ITF lainnya masih dicari oleh
pemerintah. Selain ITF, pemerintah DKI Jakarta juga berencana mendirikan sebuah
TPA di daerah Nambo Bogor dan sebuah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST
di daerah Bojong Bogor. TPA Nambo dan TPST Bojong diharapkan mampu
menggantikan fungsi TPA Bantar Gebang.
Berikut adalah kapasitas maksimum sampah yang dapat ditangani per hari dari
masing-masing fasilitas pengelolaan sampah yang sudah dimiliki dan yang akan dibangun
oleh pemerintah DKI Jakarta.
Tabel 1
Kapasitas maksimum per hari fasilitas pengelolaan sampah
Nama Fasilitas Kapasitas
SPA Sunter 6.000 m
3
SPA Cilincing 6.000 m
3
ITF Duri Kosambi 6.000 m
3
ITF Marunda 6.000 m
3
TPST Bojong 10.000 m
3
TPA Nambo 10.000 m
3
TPA Bantar Gebang 30.000 m
3
TPS TPA
SPA ITF SUMBER
9
3.3 Masalah Pengangkutan Sampah di Jakarta Pusat