Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD

mandiri. Dalam UU No. 15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan dijelaskan bahwa BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan Negara. Pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah oleh BPK bertujuan untuk memberikan pendapatopini atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Tingkat kewajaran laporan keuangan kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan didasarkan pada kriteria: kesesuaian dengan standar standar akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan adequate disclosures, kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan dan efektivitas sistem pengendalian intern. Sesuai dengan UU No. 15 Tahun 2014, yang dimaksud dengan opini adalah pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Hasil dari pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan LHP yang mengambarkan tingkat akuntabilitas LKPD yang secara keseluruhan dirangkum dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester IHPS yang dikeluarkan setahun dua kali tiap semester. Hasil pemeriksaan keuangan BPK atas LKPD disajikan dalam tiga kategori yaitu opini, Sistem Pengendalian Intern SPI, dan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan BPK, 2009. Terdapat lima jenis opini audit yaitu : 1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian WTP Opini wajar tanpa pengecualian merupakan opini tertinggi yang diberikan oleh BPK terhadap LKPD. Opini ini menjelaskan bahwa laporan keuangan telah diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material sehingga informasi dalam laporan keuangan tersebut dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan. 2. Opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas WTP-DPP Opini WTP-DPP dikeluarkan karena dalam keadaan tertentu auditor harus menambahkan suatu paragraf penjelasan dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporannya. Ada beberapa keadaan yang menyebabkan ditambahkannya paragraf penjelasan. Keadaan itu, misalnya, adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi, adanya keraguan tentang kelangsungan hidup lembaga pengelola keuangan. Salain itu, bisa juga karena auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan atau adanya penekanan atas suatu hal. 3. Opini Wajar Dengan Pengecualian Opini menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material, namun terdapat hal-hal tertentu yang dikecualikan. 4. Opini Tidak Wajar Opini tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material sehingga informasi keuangan dalam LKPD tidak dapat digunakan. 5. Tidak Memberikan Pendapat Opini tidak memberikan pendapat adalah opini terburuk yang dikeluarkan oleh BPK terhadap audit atas LKPD. Opini menyatakan menolak memberikan opini dan sekaligus menyatakan bahwa laporan keuangan tidak dapat diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan. Menurut BPK 2012a, opini terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD harus diberikan sebagai hasil penilaian kerja setiap pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan yang diamanatkan kepadanya, sedangkan tindaklanjut terhadap rekomendasi BPK merupakan bentuk pertanggungjawaban yang melekat pada kegiatan pengelolaan keuangan tersebut. Kepala Daerah mempunyai kewajiban untuk menindaklanjuti hasil rekomendasi temuan audit oleh BPK.

2.1.7 Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK

Dalam UU No. 15 Tahun 2014 dijelaskan rekomendasi adalah saran dari pemeriksa berdasarkan hasil pemeriksaannya, yang ditujukan kepada orang danatau badan yang berwenang untuk melakukan tindakan dan atau perbaikan. Sedangkan dalam Peraturan BPK No. 2 Tahun 2010, hasil pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian kebenaran, kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan datainformasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab

Dokumen yang terkait

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH DAN OPINI AUDIT BPK TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH.

1 2 32

PENGARUH PEMERIKSAAN DAN PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH Pengaruh Pemeriksaan Dan Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten

6 31 20

PENGARUH PEMERIKSAAN DAN PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH Pengaruh Pemeriksaan Dan Pengawasan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten

1 7 17

PENGARUH PERAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) TERHADAP TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BPK-RI PADA PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA.

0 0 19

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH, KEPALA DAERAH DAN TINDAK LANJUT HASIL TEMUAN AUDIT TERHADAP OPINI AUDIT BPK ( Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Seluruh Indonesia).

0 1 17

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH DAN HASIL PEMERIKSAAN AUDIT BPK TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH OTONOMI BARU DI INDONESIA.

0 0 14

opini bpk atas hasil pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah

0 0 1

LAPORAN PROMOSI atas HASIL PRODUKSI PERT (1)

0 0 23

PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL DAN KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

0 0 24

PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL DAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota di Sumatera) - UNIB Scholar Repository

1 1 84