Citta Niyama Kelas 10 SMK Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Siswa

melayang-layang atau berjalan di angkasa, menyelam dalam tanah, memperbanyak diri, mengubah diri, mendengar suaran yang jauh atau dekat, melihat objek yang jauh atau dekat walaupun terhalang oleh dinding atau gedung maupun gunung, mengetahui pikiran orang lain, atau mengetahui kehidupan-kehidupan lampau, dan lain-lain. Citta berarti ”ia yang berpikir” perbuatan berpikir yang mengandung penger- tian: yang menyadari suatu objek. Juga berarti: menyelidiki atau memeriksa suatu objek. Lebih jauh lagi, citta dikatakan berbeda-beda bergantung pada berbagai bentuk pikiran atas objek. Hal ini dinyatakan dalam kitab Pali: ”Para bhikkhu, Aku tidak melihat hal lain yang sangat beraneka ragam seperti pikiran citta. Para bhikkhu, Aku tidak melihat kelompok nikaya lain yang sangat beraneka ra- gam seperti makhluk-makhluk alam rendah binatang, burung, dan seterusnya. Makhluk-makhluk alam rendah ini hanya berbeda dalam pikiran. Namun piki- ran, O para bhikkhu, lebih beraneka ragam dibandingkan makhluk-makhluk ini” Citten’eva cittikata. Samyutta-Nikaya, iii. 152. Pikiran menjadi lebih beraneka ragam berkaitan dengan hal-hal yang tidak baik dibandingkan dengan hal-hal yang baik sehingga dikatakan ”Pikiran menyenangi hal-hal yang buruk”. Oleh sebab itu, mahkluk-makhluk di alam rendah yang dibuat dan diciptakan oleh pikiran lebih beraneka ragam dibandingkan semua makhluk lainnya. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Dikatakan dalam kitab Pali: ”O, para bhik- khu, Aku akan menyatakan bagaimana dunia berasal, dan bagaimana dunia bera- khir. Apakah asal mula dunia itu, O para bhikkhu? Dikondisikan oleh mata dan objek-objek muncul kesadaran penglihatan. Ketiga hal ini disebut kontak. Karena kontak, muncul perasaan; karena perasaan, muncul keinginan.... Demikianlah asal mula seluruh tubuh yang berpenyakitan ini. Dikondisikan oleh telinga dan objek-objek... oleh hidung... oleh lidah... oleh tubuh, dan seterusnya... dikondisi- kan oleh indera pikiran dan benda-benda muncul kesadaran pikiran. Ketiga hal ini adalah kontak. Karena kontak, muncul perasaan; karena perasaan, muncul ke- inginan.... Demikianlah asal mula seluruh tubuh yang berpenyakitan ini. Inilah, O para bhikkhu, apa yang disebut asal mula dunia.” ”Apakah akhir dunia itu, O para bhikkhu? Dikondisikan oleh mata dan objek- objek muncul kesadaran pikiran. Ketiga hal ini disebut kontak. Karena kontak, muncul perasaan; karena perasaan.... Karena keinginan sepenuhnya berakhir, ketamakan berakhir; karena ketamakan berakhir, kemenjadian berakhir. Demiki- anlah akhir dari seluruh tubuh yang berpenyakitan ini. Demikian halnya juga ber- hubungan dengan telinga dan alat indra lainnya. Inilah, O para bhikkhu, apa yang disebut akhir dunia” Samyutta-Nikaya, iv 87. Di sini ungkapan ”dikondisikan oleh mata dan objek-objek muncul kesadaran mata, dan seterusnya” menunjukkan bahwa di dunia ini kesadaran dan proses pikiran orang-orang secara umum berbeda-beda dari momen ke momen dan menjadi sebab kelahiran kembali mereka dalam bentuk-bentuk yang berbeda dalam kehidupan berikutnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bentuk- 118 Kelas X SMASMK Sumber: viharatrimaharatna.blogspot.com Gambar 7.12 Buddha menunjukkan kesaktian bentuk yang berbeda pada kehidupan yang akan datang dibuat dan diciptakan oleh pikiran pada kehidupan sekarang. Karena perbedaan kesadaran, persepsi juga berbeda. Karena perbedaan persepsi, keinginan berbeda, dan karena hal ini berbeda, maka perbuatan kamma berbeda. Beberapa orang juga berpendapat bahwa karena kamma berbeda, kelahiran kembali di alam binatang beraneka ragam. Hukum psikis mengatur tentang pikiran atau kesadaran yang berbeda-beda dalam fungsi dan kejadian. Ini diulas dalam kitab Patthana pada bab ”Hubungan yang Berurutan”.

E. Dhamma Niyama

Dhamma Niyama adalah hukum universal tentang segala hal yang tidak dia- tur oleh keempat niyama tersebut di atas. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan Dhamma Sila, Samadhi, dan Panna yang diajarkan oleh Buddha setelah dite- mukanNya. Sehubungan dengan Dhamma ini, juga termasuk semua kejadian yang didasarkan pada gejala khusus atau khas. Misalnya: kejadian yang terjadi saat kelahiran Pangeran Siddharta dan kematian Parinibbana Buddha yaitu po- hon-pohon berbunga bukan pada musimnya, tiba-tiba pohon-pohon berbunga dan bebungaan itu berjatuhan menaburi tubuh Pangeran Siddharta atau Buddha. Begitu pula, Dhamma Niyama menyebabkan gempa bumi terjadi ketika Buddha menentukan kapan Beliau akan Parinibbana dan pada saat Parinibbana, padahal biasanya gempa bumi diatur oleh Utu Niyama. Demikian juga gempa bumi terjadi ketika seorang Bodhisatta turun dari surga Tusita memasuki rahim ibunya, dan lain-lain Digha-Nikaya II. 12. 119 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Di antara sutta-sutta, keseluruhan Mahanidana-Suttanta dan Nidana-samyutta membahas tentang Dhamma Niyama. Dalam salah satu sutta disebutkan: ”Karena