Tidak mengonsumsi minuman keras

Lebih jauh lagi bagi umat Buddha, tidak berbuat kejahatan di sini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu melalui perbuatan, ucapan, dan mentalpikiran. Dalam hal ini, tidak bebuat jahat melalui perbuatan adalah tidak membunuh, tidak men- gambil barang yang tidak diberikan, dan tidak berbuat asusila. Tidak berbuat jahat melalui ucapan berarti tidak berdusta, tidak bicara kasar, tidak memitnah, dan ti- dak omong kosong. Selanjutnya tidak berbuat jahat melalui mentalpikiran berarti tidak serakah, tidak benci, dan tidak bodohberpandangan salah.. Tugas Diskusi Bacalah pernyataan di bawah ini, kemudian isilah kolom kegiatan, alasan, dan akibat pada Tabel 9.1. Jawablah sesuai dengan alasan yang benar dan akibat yang timbul dari perbuatan tersebut. Kolom Perilaku : Berisi kegiatanperilaku yang terkadang dilakukan oleh sebagian orang. Kolom Alasan : Berisi alasan mengapa orang melakukan kegiatan tersebut. Kolom Konsekuensi : Berisi bentuk akibat dari perilaku yang dillakukan. Tabel 9.1 Penilaian diskusi kelompok. No. Perilaku Alasan Akibat 1 Melakukan pembunuhan 2 Melakukan pencurian 3 Perilaku asusila 4 Melakukan kebohongan 5 Minum minuman keras 146 Kelas X SMASMK Sumber: Dok. Kemdikbud Gambar 9.2 Orang yang melakukan pencurian dan orang yang menderma

B. Berbuatlah Kebajikan

Kebajikan adalah kualitas-kualitas baik dan mulia dalam diri seseorang yang memungkinkan ia melakukan perbuatan baik yang menuntun pada pengikisan keserakahan, kebencian, dan kebodohan, dan pada akhirnya, dengan mengikutsertakan kebijaksanaan meraih pencerahan. Kualitas-kualitas ini contohnya kedermawanan, belas kasih, kejujuran, kedisiplinan, ketekunan, dan lain-lain. Setelah kita mengetahui apa itu kebajikan, kita dapat mulai mengekspresikan- nya melalui perbuatan-perbuatan baik. Perbuatan baik adalah semua tindakan melalui pikiran, ucapan, atau perbuatan yang mengarah pada pengikisan loba, dosa, dan moha. Atau bisa juga dikatakan sebagai semua tindakan melalui pikiran, ucapan, atau pikiran yang tidak berakar pada loba, dosa, dan moha. Kita dapat memulai perbuatan baik dari lingkungan terdekat kita, dari hal-hal yang kecil, se- dikit demi sedikit. Sesungguhnya, seperti yang pernah disabdakan oleh Buddha untuk tidak memandang remeh perbuatan baik, tidak perbuatan baik yang remeh atau kecil, bila dilakukan sebagai kebiasaan, maka akan membuahkan kebahagia- an bagi diri kita dan orang lain. Motivasi setiap orang dalam berbuat baik bisa beraneka macam. Beberapa orang yang memiliki keyakinan tertentu mengatakan alasan mereka berbuat baik adalah untuk menaati perintah Tuhan, atau untuk mendapatkan pahala surgawi. Lainnya menyatakan mereka berbuat baik demi mendapatkan kebahagiaan dalam 147 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti kehidupan ini. Pamrih-pamrih seperti itu tidaklah buruk, mengharapkan sesuatu yang baik seperti pahala surgawi atau kebahagiaan dalam kehidupan adalah hal yang cukup wajar dan pantas. Tetapi, bagi seorang umat Buddha, tujuan dari per- buatan baik seharusnya menjadi hal yang lebih tinggi daripada sekadar pahala surgawi atau kebahagiaan dalam kehidupan. Dalam hal ini kita dapat meneladan Bodhisatta. Jadi, bagi seorang umat Buddha, motivasi termulia dalam berbuat baik seharusnya adalah untuk meraih pencerahan, kebebasan sejati. Untuk itu, dalam setiap perbuatan baik, kita dapat mengucapkan tekad, ”semoga perbuatan baik yang saya lakukan ini dapat membuahkan pencerahan sejati bagi saya, kebebasan sejati seperti yang telah Buddha dan para Arahat raih. Semoga saya tidak akan terlahir kembali di rahim mana pun.” Dengan demikian perbuatan baik yang dilakukan bukan didorong oleh kepentingan sendiri, tetapi juga atas dasar rasa belas kasih dan kepedulian bagi semua makhluk. Dalam hal ini, sekali lagi kita dapat menengok teladan yang telah diberikan oleh Bodhisatta. Beliau menyempurnaan parami-Nya untuk meraih pencerahan sempurna sebagai seorang Buddha. Sebagai makhluk yang terlahir di alam manusia, ada banyak sekali jenis kebajikan yang dapat dilakukan. Dalam Dhammapada 53, Buddha bersabda bahwa dari setumpuk bunga dapat dibuat banyak karangan bunga. Demikian pula, dengan terlahir sebagai manusia ada banyak jenis perbuatan baik yang dapat dilakukan. Di dalam ajaran Buddha, jenis-jenis perbuatan baik itu dirangkum dalam sepuluh jenis, yaitu: 1. Bermurah hati Dana 2. Mengendalikan diri Sila 3. Bermeditasi Bhavana 4. Menghormat Apacayana 5. Melayani Veyyavaca 6. Melimpahkan jasa Pattidana 7. Berbahagia atas jasa pihak lain Pattanumodana 8. Mendengarkan Dharma Dhammasavana 9. Mengajarkan Dharma Dhammadesana 10. Meluruskan pandangan salah Ditthujukamma Dana berarti memberi atau bermurah hati. Ada bermacam-macam jenis dana, yaitu dana dalam bentuk materi, nasihat, permintaan maaf, dan lain-lain, terma- suk dana dalam bentuk jiwa raga. Secara singkat dana bisa berupa materi maupun nonmateri. Sila berarti moralitas. Dalam agama Buddha, sila di sini berarti menjalankan lima aturan kedisiplinan. Secara umum dinyatakan bahwa sila lebih luhur dari danaderma. Untuk memahaminya dibutuhkan penjelasan serius. Di dunia ini, melindungi dan menjaga orang lain dari penderitaan merupakan suatu perbuatan mulia. Untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran orang lain juga merupakan perbuatan mulia. Dana membantu orang lain untuk sejahtera. Sila melindungi orang lain dari penderitaan. 148 Kelas X SMASMK