4.2.2 Analisis Bivariat Variabel Penelitian
Analisis bivariat merupakan analisis yang menghubungkan 2 variabel yang sekaligus juga sebagai penguji hubungan antara 2 variabel yang diteliti. Penelitian
ini menggunakan analisis Chi-square, dimana data penelitian dianalisis dengan terlebih dahulu menyajikannya dalam kategori. Uji Chi-square digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan variabel bebas dan variabel terikat. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil
analisis bivariat sebagai berikut:
4.2.2.1 Hubungan antara Kebersihan Rambut dan Kulit Kepala dengan Kejadian Penyakit Kulit di TPA Tanjung Rejo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus
Hasil uji statistik dengan Fisher, diperoleh hubungan antara kebersihan rambut dan kulit kepala dengan kejadian penyakit kulit Tabel 4.25.
Tabel 4.25. Hubungan antara Kebersihan Rambut dan Kulit Kepala dengan Kejadian Penyakit Kulit
Kebersihan Rambut dan Kulit Kepala Kejadian Penyakit Kulit
p-value Kasus
Kontrol N
N Buruk
6 27,3
3 13,6
0,457 Baik
16 72,7
19 86,4
Jumlah 22
100,0 22
100,0 Tabel 4.25 menunjukkan bahwa dari 22 responden kasus Penderita
penyakit kulit yang memiliki kebersihan rambut dan kulit kepalanya buruk sebanyak 6 orang 27,3 dan yang memiliki kebersihan rambut dan kulit
kepalanya baik sebanyak 16 orang 72,2. Sedangkan dari 22 responden kontrol bukan penderita penyakit kulit yang memiliki kebersihan rambut dan kulit
kepalanya buruk hanya 3 orang 13,6 dan yang memiliki kebersihan rambut dan kulit kepalanya baik sebanyak 19 orang 86,4.
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Fisher, diperoleh p value
sebesar 0,457. Karena p value 0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan
antara kebersihan rambut dan kulit kepala dengan kejadian penyakit kulit pada pemulung di TPA Tanjung Rejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.
4.2.2.2 Hubungan antara Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku dengan Kejadian Penyakit Kulit di TPA Tanjung Rejo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus.
Hasil uji statistik dengan Chi-square, diperoleh hubungan antara kebersihan tangan, kaki dan kuku dengan kejadian penyakit kulit Tabel 4.26.
Tabel 4.26. Hubungan antara Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku dengan Kejadian Penyakit Kulit
Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku
Kejadian Penyakit Kulit p-value
OR 95CI
Kasus Kontrol
N N
Buruk 19
86,4 10
45,5 1,732-
33,347 Baik
3 13,6
12 54,5
0,004 7,600
Jumlah 22 100,0
22 100,0
Tabel 4.26 menunjukkan bahwa dari 22 responden kasus penderita penyakit kulit yang memiliki kebersihan tangan, kaki dan kukunya buruk
sebanyak 19 orang 86,4 dan yang memiliki kebersihan tangan, kaki dan kukunya baik hanya 3 orang 13,6. Sedangkan dari 22 responden kontrol
bukan penderita penyakit kulit yang memiliki kebersihan tangan, kaki dan kukunya buruk sebanyak 10 orang 45,5 dan yang memiliki kebersihan tangan,
kaki dan kukunya baik sebanyak 12 orang 54,5.
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diperoleh p value
sebesar 0,004. Karena p value 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan
antara variabel kebersihan tangan, kaki dan kuku dengan kejadian penyakit kulit pada pemulung di TPA Tanjung Rejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Nilai
Odd Ratio OR = 7,600 OR1 dengan 95 CI = 1,732 – 33,347 menunjukkan
bahwa responden yang memiliki kebersihan tangan, kaki, dan kukunya buruk mempunyai risiko 7,600 kali lebih besar menderita penyakit kulit daripada
responden yang memiliki kebersihan tangan, kaki dan kukunya baik.
4.2.2.3 Hubungan antara Kebersihan Kulit dengan Kejadian Penyakit Kulit di TPA Tanjung Rejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus
Hasil uji statistik dengan Chi-square, diperoleh hubungan antara
kebersihan kulit dengan kejadian penyakit kulit Tabel 4.27. Tabel 4.27. Hubungan antara Kebersihan Kulit dengan Kejadian Penyakit Kulit
Kebersihan Kulit Kejadian Penyakit Kulit
p- value
OR 95CI
Kasus Kontrol
N N
Buruk 17
77,3 3
13,6 0,000
1 4,463-
103,900 Baik
5 22,7
19 86,4
21,533 Jumlah
22 100,0 22 100,0 Tabel 4.27 menunjukkan bahwa dari 22 responden kasus penderita
penyakit kulit yang memiliki kebersihan kulitnya buruk sebanyak 17 orang 77,3 dan yang memiliki kebersihan kulitnya baik sebanyak 5 orang 22,7.
Sedangkan dari 22 responden kontrol bukan penderita penyakit kulit yang memiliki kebersihan kulitnya buruk hanya 3 orang 13,6 dan yang memiliki
kebersihan kulitnya baik sebanyak 19 orang 86,4.
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diperoleh p value
sebesar 0,0001. Karena p value 0,05, maka Ho ditolak, artinya ada hubungan
antara variabel kebersihan kulit dengan kejadian penyakit kulit. Nilai Odd Ratio OR = 21,533 OR1 dengan 95CI = 4,463
– 103, 900 menunjukkan bahwa responden yang memiliki kebersihan kulitnya buruk mempunyai risiko 21,533
kali lebih besar menderita penyakit kulit daripada responden yang memiliki kebersihan kulitnya baik.
4.2.2.4 Hubungan antara Pemakaian Alat Pelindung Topi dengan Kejadian Penyakit Kulit di TPA Tanjung Rejo Kecamatan Jekulo Kabupaten
Kudus
Hasil uji statistik dengan Chi-square, diperoleh hubungan antara pemakaian alat pelindung topi dengan kejadian penyakit kulit Tabel 4.28.
Tabel 4.28. Hubungan antara Pemakaian Alat Pelindung Topi dengan Kejadian Penyakit Kulit
Pemakaian Alat Pelindung Topi Kejadian Penyakit Kulit
p-value Kasus
Kontrol N
N Kadang-Kadang atau Tidak Pernah Memakai 12
54,5 7
31,8 0,223
Selalu Memakai 10
45,5 15
68,2 Jumlah
22 100,0 22 100,0 Tabel 4.28 menunjukkan bahwa dari 22 responden kasus penderita
penyakit kulit yang kadang-kadang atau tidak pernah memakai alat pelindung topi sebanyak 12 orang 54,5 dan yang selalu memakai alat pelindung topi
sebanyak 10 orang 45,5. Sedangkan dari 22 responden kontrol bukan penderita penyakit kulit yang kadang-kadang atau tidak pernah memakai alat
pelindung topi sebanyak 7 orang 31,8 dan yang selalu memakai alat pelindung topi sebanyak 15 orang 68,2.
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diperoleh p value
sebesar 0,223. Karena p value 0,05, maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan
antara pemakaian alat pelindung topi dengan kejadian penyakit kulit pada pemulung di TPA Tanjung Rejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.
4.2.2.5 Hubungan antara Pemakaian Alat Pelindung Pakaian Panjang Baju Lengan Panjang dan Celana Panjang di TPA Tanjung Rejo
Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus
Hasil uji statistik dengan Chi-square, diperoleh hubungan antara pemakaian alat pelindung pakaian panjang baju lengan panjang dan celana
panjang dengan kejadian penyakit kulit Tabel 4.29. Tabel 4.29. Hubungan antara Pemakaian Alat Pelindung Pakaian Panjang Baju
Lengan Panjang dan Celana Panjang dengan Kejadian Penyakit Kulit Pemakaian Alat Pelindung
Pakaian Panjang Kejadian Penyakit Kulit
p-value OR 95CI Kasus
Kontrol N
N Kadang-Kadang atau Tidak
Pernah Memakai 12
54,5 4
18,2 0,012 5,400
1,372- 21,260
Selalu Memakai 10
45,5 18
81,8 Jumlah
22 100,0 22 100,0 Tabel 4.29 menunjukkan bahwa dari 22 responden kasus penderita
penyakit kulit yang kadang-kadang atau tidak pernah memakai alat pelindung pakaian panjang baju lengan panjang dan celana panjang sebanyak 12 orang
54,5 dan yang selalu memakai alat pelindung pakaian panjang baju lengan panjang dan celana panjang sebanyak 10 orang 45,5. Sedangkan dari 22
responden kontrol bukan penderita penyakit kulit yang kadang-kadang atau tidak
pernah memakai alat pelindung pakaian panjang baju lengan panjang dan celana panjang sebanyak 4 orang 18,2 dan yang selalu memakai alat pelindung
pakaian panjang baju lengan panjang dan celana panjang sebanyak 18 orang 81,8.
Dari hasil uji statistik menggunakan uji Chi-square, diperoleh p value
sebesar 0,012. Karena p value 0,05, maka Ho ditolak, artinya ada hubungan
antara variabel pemakaian alat pelindung pakaian panjang baju lengan panjang dan celana panjang pada pemulung di TPA Tanjung Rejo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus. Nilai Odd Ratio OR = 5,400 OR1 dengan 95CI = 1,372 – 21,260 menunjukkan bahwa responden yang kadang-kadang atau tidak pernah
memakai alat pelindung pakaian panjang baju lengan panjang dan celana panjang mempunyai risiko 5,400 kali lebih besar menderita penyakit kulit
daripada responden yang selalu memakai alat pelindung pakaian panjang baju lengan panjang dan celana panjang.
4.2.2.6 Hubungan antara Pemakaian Alat Pelindung Sarung Tangan Karet dengan Kejadian Penyakit Kulit di TPA Tanjung Rejo Kecamatan
Jekulo Kabupaten Kudus.
Hasil uji statistik dengan Fisher, diperoleh hubungan antara pemakaian alat pelindung sarung tangan karet dengan kejadian penyakit kulit Tabel 4.30.
4.30. Hubungan antara Pemakaian Alat Pelindung Sarung Tangan Karet dengan Kejadian Penyakit Kulit
Pemakaian Alat Pelindung Kejadian Penyakit Kulit p-value
Sarung Tangan Karet Kasus
Kontrol N
N Kadang-Kadang atau Tidak Pernah Memakai
21 95,5
21 95,5
Selalu Memakai 1
4,5 1
4,5 1,000
Jumlah 22 100,0 22 100,0
Tabel 4.30 menunjukkan bahwa dari 22 responden kasus penderita penyakit kulit yang kadang-kadang atau tidak pernah memakai alat pelindung
sarung tangan karet sebanyak 21 orang 95,5 dan yang selalu memakai alat pelindung sarung tangan karet hanya 1 orang 4,5. Sedangkan dari 22
responden kontrol bukan penderita penyakit kulit yang kadang-kadang atau tidak pernah memakai alat pelindung sarung tangan karet sebanyak 21 orang 95,5
dan yang selalu memakai alat pelindung sarung tangan karet hanya 1 orang 4,5.
Dari hasil uji statistik menggunakan uji Fisher, diperoleh p value sebesar
1,000. Karena p value 0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan
antara pemakaian alat pelindung sarung tangan karet dengan kejadian penyakit kulit pada pemulung di TPA Tanjung Rejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.
4.2.2.7 Hubungan antara Pemakaian Alat Pelindung Sepatu Boot dengan Kejadian Penyakit Kulit di TPA Tanjung Rejo Kecamatan Jekulo
Kabupaten Kudus
Hasil uji statistik dengan Chi-square, diperoleh hubungan antara pemakaian alat pelindung sepatu boot dengan kejadian penyakit kulit Tabel 4.31
Tabel 4.31. Hubungan antara Pemakaian Alat Pelindung Sepatu Boot dengan Kejadian Penyakit Kulit
Pemakaian Alat Pelindung Sepatu Boot
Kejadian Penyakit Kulit
p-value OR 95CI
Kasus Kontrol
N N
Kadang-Kadang atau Tidak Pernah Memakai
18 81,8 8
36,4 0,002 7,875
1,964- 31,574
Selalu Memakai 4
18,2 14
63,6 Jumlah
22 100,0 22 100,0 Tabel 4.31 menunjukkan bahwa dari 22 responden kasus penderita
penyakit kulit yang kadang-kadang atau tidak pernah memakai alat pelindung sepatu boot sebanyak 18 orang 81,8 dan yang selalu memakai alat pelindung
sepatu boot sebanyak 4 orang 18,2. Sedangkan dari 22 responden kontrol bukan penderita penyakit kulit yang kadang-kadang atau tidak pernah memakai
alat pelindung sepatu boot sebanyak 8 orang 36,4 dan yang selalu memakai alat pelindung sepatu boot sebanyak 14 orang 63,6.
Dari hasil uji statistik menggunakan uji Chi-square, diperoleh p value
sebesar 0,002. Karena p value 0,05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan
antara variabel pemakaian alat pelindung sepatu boot dengan kejadian penyakit kulit pada pemulung di TPA Tanjung Rejo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.
Nilai Odd Ratio OR = 7,875 OR1 dengan 95CI = 1,964
– 31,574 menunjukkan bahwa responden yang kadang-kadang atau tidak pernah memakai
alat pelindung sepatu boot mempunyai risiko 7,875 kali lebih besar menderita penyakit kulit daripada responden yang selalu memakai alat pelindung sepatu
boot.
4.3 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat