Kontribusi Penelitian Luka Penyembuhan luka Tahapan penyembuhan luka

1999 mendapatkan bahwa fluticasone propionate dan budesonid adalah inhibitor yang lebih poten dari dexamethason dalam menghambat GM-CSF. 1.2. Perumusan Masalah Apakah penyembuhan luka dapat dipengaruhi dengan pemberian injeksi perilesi sediaan rhGM-CSF dan dexamethasone pada hewan percobaan tikus yang dibuat luka artifisial dan dapat menghambatnya? 1.3. Hipotesis Pemberian injeksi perilesi sediaan rhGM-CSF dapat mempercepat penyembuhan luka dengan menggalakkan pertumbuhan keratinosit dan neovaskularisasi, sedang dexamethason dapat menghambat penyembuhan pada hewan percobaan tikus. 1.4. Tujuan Penelitian Untuk melihat perbedaan kecepatan penyembuhan pada luka yang diberikan injeksi perilesi sediaan rhGM-CSF dengan yang tidak diberikan.

1.5. Kontribusi Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memahami fisiologi penyembuhan luka secara lebih baik sehingga dapat dilakukan usaha percepatan penyembuhan luka yang pada gilirannya angka morbiditas akibat luka dapat diturunkan . Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Luka

Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan sebagai akibat dari ruda paksa. Luka dapat merupakan luka yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu, seperti luka insisi pada operasi atau luka akibat trauma seperti luka akibat kecelakaan Hunt,2003; Mann ,2001.

2.2. Penyembuhan luka

Respon organisme terhadap kerusakan jaringanorgan serta usaha pengembalian kondisi homeostasis sehingga dicapai kestabilan fisiologis jaringan atau organ yang pada kulit terjadi penyusunan kembali jaringan kulit ditandai dengan terbentuknya epitel fungsional yang menutupi luka Regauer,Compton; 1990, Stricklin dkk,1994.

2.3. Tahapan penyembuhan luka

Tanpa memandang penyebab, tahapan penyembuhan luka terbagi atas : Fase koagulasi : setelah luka terjadi, terjadi perdarahan pada daerah luka yang diikuti dengan aktifasi kaskade pembekuan darah sehingga terbentuk klot hematoma. Proses ini diikuti oleh proses selanjutnya yaitu fase inflamasi. Fase inflamasi : Fase inflamasi mempunyai prioritas fungsional yaitu menggalakkan hemostasis, menyingkirkan jaringan mati, dan mencegah infeksi oleh bakteri patogen terutama bakteria. Pada fase ini platelet yang membentuk klot hematom mengalami Universitas Sumatera Utara degranulasi, melepaskan faktor pertumbuhan seperti platelet derived growth factor PDGF dan transforming growth factor ß βTGF, granulocyte colony stimulating factor G-CSF, C5a, TNFα, IL-1 dan IL-8. Leukosit bermigrasi menuju daerah luka. Terjadi deposit matriks fibrin yang mengawali proses penutupan luka. Proses ini terjadi pada hari 2-4. Fase proliperatif : Fase proliperatif terjadi dari hari ke 4-21 setelah trauma. Keratinosit disekitar luka mengalami perubahan fenotif. Regresi hubungan desmosomal antara keratinosit pada membran basal menyebabkan sel keratin bermigrasi kearah lateral. Keratinosit bergerak melalui interaksi dengan matriks protein ekstraselular fibronectin,vitronectin dan kolagen tipe I. Faktor proangiogenik dilepaskan oleh makrofag, vascular endothelial growth factor VEGF sehingga terjadi neovaskularisasi dan pembentukan jaringan granulasi. Fase remodeling : Remodeling merupakan fase yang paling lama pada proses penyembuhan luka,terjadi pada hari ke 21-hingga 1 tahun. Terjadi kontraksi luka, akibat pembentukan aktin myofibroblas dengan aktin mikrofilamen yang memberikan kekuatan kontraksi pada penyembuhan luka. Pada fase ini terjadi juga remodeling kolagen. Kolagen tipe III digantikan kolagen tipe I yang dimediasi matriks metalloproteinase yang disekresi makrofag, fibroblas, dan sel endotel. Pada masa 3 minggu penyembuhan, luka telah mendapatkan kembali 20 kekuatan jaringan normal Hunt,2003; Mann ,dkk;2001, Ting,dkk;2008. Universitas Sumatera Utara

2.4. Peranan Sitokin.