Definisi Sejarah Epidemiologi Gangguan Disforik Pra-Menstruasi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gangguan Disforik Pra-Menstruasi

Gangguan disforik pra-menstruasi GDPM merupakan gangguan mood yang dirasakan sekitar beberapa hari sebelum bahkan saat menstruasi berlangsung. Gejala ini dijumpai pada wanita sekitar usia 30 – 45 tahun. 11 Gangguan ini ditandai terutama dengan adanya gejala pada periode pra-menstruasi, bukan hanya terbatas pada kualitas hidup tetapi juga dapat mengganggu kegiatan mereka bekerja. 12,16 Wanita yang menderita GDPM akan mengalami gangguan mood yang parah, memiliki suatu keinginan yang lebih daripada biasanya, menginginkan asupan makanan yang tertentu dan menunjukkan gangguan kinerja kognitif selama fase luteal. GDPM dinyatakan juga sebagai paradigma psikosomatis ginekologi, yang melibatkan beberapa sistem seperti, sistem saraf, endokrin, pengaruh gizi dan faktor psikososial. Semua keluhan ini akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja, serta dapat juga menyebabkan masalah interpersonal, sosial dan hubungan keluarga. 12 12,19

2.1.1. Definisi

Gangguan disforik pra-menstruasi GDPM adalah pra-menstruasi dengan gejala yang lebih berat dan lebih mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari. GDPM dikenal sebagai gangguan mood yang ditandai oleh gejala-gejala depresi yang berat, mudah tersinggung, ketegangan yang sangat berat. Gejala-gejala tersebut memberat saat seminggu sebelum menstruasi tiba dan akan menghilang saat menstruasinya muncul. 1 Universitas Sumatera Utara GDPM mempengaruhi semua aspek kehidupan seorang perempuan, termasuk hubungannya dengan keluarga, teman, serta kemampuannya dalam bekerja dan bersekolah. 1,18,20

2.1.2. Sejarah

Nama GDPM relatif baru, namun sebetulnya penjelasan tentang kondisi tersebut sudah dikenal sejak zaman Hippocrates, seorang dokter bangsa Mesir yang hidup pada tahun 460-337 sebelum Masehi. Hippocrates menandai adanya pikiran bunuh diri dan beberapa gejala berat lain pada perempuan saat sebelum menstruasi. Tahun 1931 kumpulan gejala tersebut disebut sebagai Ketegangan Pra-menstruasi Premenstrual Tension, PMT. Pada tahun 1953, Dalton dari Inggris menyebut kondisi tersebut sebagai Premenstrual Syndrome PMS. 1,4 Pada tahun yan sama Green dan Dalton juga mengajukan ketidakseimbangan antara estrogen dan progesterone selama fase luteal sebagai penyebab biologi, dan progesterone digunakan sebagai pilihan therapeutic. Sindrom ini merupakan kondisi yang kompleks dan mencakup hingga 200 gejala, tetapi yang paling sering antara lain adalah iritabilitas, nyeri payudara dan disforik. Pada tahun 1987 dalam DSM-IIIR Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder disebutlah istilah LLPDD Late Luteal Phase Dysphoric Disorder atau gangguan disforik fase luteal akhir, yang kemudian pada tahun 1994 dalam DSM-IV Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, disebut sebagai Premenstrual Dysphoric Disorder PMDD sebagai kondisi yang lebih berat dari PMS. 12,20 1,4,13 Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Epidemiologi

Karena tidak adanya persetujuan bersama tentang kriteria diagnostik, epidemiologi gangguan disforik premenstruasi adalah tidak diketahui dengan pasti. Satu penelitian melaporkan bahwa kira-kira 40 persen wanita mengalami sekurangnya gejala ringan dari gangguan dan bahwa 2 sampai 10 persen memenuhi kriteria diagnostik lengkap untuk gangguan. 2,3 Gejala yang terjadi berulang-ulang selama fase luteal dari siklus premenstruasi diantara wanita yang berovulasi. Tingkat keparahan dan durasi dari gejala-gejala ini menentukan apakah seorang wanita memiliki sindrom klinis PMS atau GDPM. Gejala fase luteal ditemukan diantara wanita dari segala usia, tapi secara dalam praktek klinis mayoritas pada wanita dengan usia lebih dari 30 tahun. Tidak ada perbedaan prevalensi yang ditemukan berdasarkan rasetnis, sosial ekonomi, atau status pernikahan. 4,15 Berdasarkan studi epidemiologi cross-sectional tampak 80 atau lebih dari wanita yang berovulasi mengalami beberapa tingkat fase luteal dengan gejala yang merugikan. Mayoritas dengan gejala ringan hanya berlangsung beberapa hari dan tidak mengganggu, gejala ini disebut sebagai molimina. 4 4 Kemudian 5-10 wanita yang berovulasi mempunyai gejala yang berat dan hampir seluruh fase luteal akhir sekitar 2 minggu persiklus, kelompok ini sekarang akan dicirikan sebagai gangguan disforik pra- menstruasi sebagaimana yang dimaksudkan dalam DSM-IV-TR. Gejala GDPM ini belum dikaitkan dengan karakteristik demografi lainnya seperti reproduksi, panjang siklus haid, volume haid, ada atau tidaknya dismenore, sebelumnya menggunakan kontrasepsi atau tidak. 4 4 Tapi pada penelitian Treatment of Universitas Sumatera Utara premenstrual dysphoric disorder with a newdrospirenone-containing oral contraceptive formulation tahun 2005 oleh Teri dkk menunjukkan bahwa kontrasepsi oralkontrasepsi oral menggantitingkatfluktuasisteroidovariumendogen dengan tingkat hormon eksogen yang lebih stabil, mereka memiliki bukti pendukung yang telah digunakan untuk mengurangi gejala pra-menstruasi.Dalam studi acaksebelumnya, placebo-controlled yangdievaluasidiberikankontrasepsi oral selama 21hari diikuti denganpilinert untuk7hari, efek dari kontrasepsi oralinitidak lebih baik dariplasebountuk pengobatan gejala moderatsampai berat dari gangguan disforik pra-menstruasi. 7 Etiologi dari PMS dan GDPM sebagian besar tidak diketahui, tetapi konsensus saat ini tampaknya bahwa fungsi ovarium yang normal bukan ketidakseimbangan