Diabetic Retinopathy Identifikasi Diabetic Retinopathy Melalui Citra Retina Menggunakan Modified K-Nearest Neighbor

BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penerapan metode Modified k-Nearest Neighbor untuk mengidentifikasi diabetic retinopathy.

2.1. Diabetic Retinopathy

Diabetic retinopathy merupakan salah satu komplikasi mikrovaskuler dari penyakit diabetes melitus. Penyakit ini menyerang pembuluh darah di retina yang dapat menyebabkan penurunan fungsi penglihatan hingga kebutaan pada penderita Khan et al., 2011. 2.1.1. Karakteristik diabetic retinopathy Karakteristik awal yang menandakan diabetic retinopathy adalah ditemukannya mikroaneurisma pada retina Singh, 2008. Mikroaneurisma merupakan area berbentuk kantung-kantung kecil menonjol pada pembuluh darah di retina. Karena berukuran kecil, mikroaneurisma sulit untuk dilihat secara langsung. Karakteristik lain yang muncul adalah vena pada retina mulai mengalami dilatasi berkelok-kelok dan adanya infiltrasi lipid ke dalam retina yang terlihat seperti bercak kekuningan yang disebut dengan eksudat. Pertumbuhan mikroaneurisma yang terjadi secara terus menerus menyebabkan pembuluh darah yang memberi nutrisi ke retina tersumbat. Sebagian pembuluh darah yang tersumbat pecah sehingga mengakibatkan munculnya titik atau bercak pendarahan pada retina haemorhages. Penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah membuat sebagian area retina kekurangan nutrisi. Area yang kekurangan nutrisi Universitas Sumatera Utara kemudian memberikan sinyal pada tubuh untuk membuat pembuluh darah baru agar nutrisi dapat didistribusikan kembali. Pembentukan pembuluh darah baru disebut dengan neovaskularisasi. Adapun pembuluh darah baru yang terbentuk bersifat abnormal, berukukan kecil dan tipis NEI, 2012. Diabetic retinopathy mempengaruhi fungsi penglihatan karena pembuluh darah abnormal yang baru terbentuk rentan pecah dan dapat mengakibatkan pendarahan. Jika pendarahan terjadi pada makula, yaitu bagian mata yang mengatur ketajaman penglihatan, maka makula akan mengalami pembengkakan dan ketajaman penglihatan akan terganggu. Kondisi ini dikenal dengan istilah macular edema. Tetapi jika pendarahan terjadi pada permukaan retina, maka akan muncul bintik atau area hitam yang menghalangi penglihatan. Pendarahan pada permukaan retina yang semakin meluas menyebabkan area yang menghalangi penglihatan juga akan semakin meluas, yang lama kelamaan akan menyebabkan kebutaan. Perbedaan penglihatan orang normal dan penderita diabetic retinopathy ditunjukkan pada Gambar 2.1. a b Gambar 2.1. a penglihatan orang normal; b penglihatan penderita diabetic retinopathy NEI, 2012 2.1.2. Faktor resiko diabetic retinopathy Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang terkena diabetic retinopathy adalah sebagai berikut. 1. Lamanya seseorang menderita diabetes melitus Semakin lama seseorang menderita diabetes melitus maka semakin besar resiko terkena diabetic retinopathy. Universitas Sumatera Utara 2. Tipe diabetes melitus Penderita diabetes melitus tipe 2 lebih beresiko terkena diabetic retinopathy jika dibandingkan dengan penderita diabetes melitus tipe 1. 3. Hipertensi Penderita diabetes melitus yang memiliki tekanan darah yang tinggi lebih beresiko terkena diabetic retinopathy. 4. Kehamilan Wanita hamil yang menderita diabetes melitus memiliki resiko yang lebih besar terkena diabetic retinopathy dibandingkan wanita yang tidak hamil. 5. Usia Penderita diabetes melitus yang berusia 13 hingga 50 tahun lebih beresiko terkena diabetic retinopathy. 6. Kolesterol Penderita diabetes melitus yang memiliki kolesterol tinggi lebih beresiko terkena diabetic retinopathy. 2.1.3. Gejala diabetic retinopathy Diabetic retinopathy tidak memiliki gejala yang signifikan hingga kerusakan terjadi pada retina. Adapun beberapa gejala yang muncul adalah sebagai berikut. 1. Penglihatan menjadi kabur. 2. Muncul objek-objek hitam yang menghalangi penglihatan. 3. Kehilangan sebagian atau keseluruhan fungsi penglihatan. 4. Sakit pada area mata. 2.1.4. Pemeriksaan diabetic retinopathy Pemeriksaan diabetic retinopathy dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu visual acuity test, tonometry, dan dilated eye exam NEI, 2006. Visual acuity test merupakan pengukuran kemampuan penglihatan standar menggunakan eye chart sedangkan tonometry merupakan pengukuran tekanan pada bagian dalam mata. Dilated eye exam merupakan pemeriksaan yang memberikan cairan ke mata untuk memperbesar pupil Universitas Sumatera Utara sehingga memungkinkan dokter mata untuk melihat keadaan bagian dalam mata, termasuk retina. Pemeriksaan lain yang dilakukan untuk mengidentifikasi diabetic retinopathy adalah menggunakan fundus photography, fluorescein angiography, dan optical coherence tomography OCT Mahesh, 2013. Fundus photography memanfaatkan pantulan sinar cahaya pada gelombang tertentu yang dipancarkan ke pupil mata. Citra yang didapat dari fundus photography memberikan informasi tentang keadaan retina seperti mikroaneurisma, eksudat, pendarahan, dan pembuluh darah. Citra hasil fundus photography ditunjukkan pada Gambar 2.2. Gambar 2.2. Fundus photography Citra fluorescein angiography terbentuk dari sejumlah foton yang dipancarkan dari zat pewarna fluorescein. Sebelum angiography dilakukan, zat pewarna fluorescein disuntikkan kepada penderita terlebih dahulu. Zat pewarna fluorescein akan beredar ke seluruh tubuh, termasuk retina. Ketika zat pewarna fluorescein berada di retina, maka proses angiography dilakukan. Citra fluorescein angiography dapat memberikan informasi tentang pembuluh darah, mikroaneurisma, makula, dan pendarahan pada retina secara lebih jelas jika dibandingkan dengan citra hasil fundus photography. Citra fluorescein angiography ditunjukkan pada Gambar 2.3. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3. Citra fluorescein angiography Optical Coherence Tomography OCT merupakan metode yang digunakan untuk menghitung ketebalan jaringan dengan cara mengukur waktu pembiasan dari satu lapisan jaringan ke lapisan jaringan berikutnya. OCT dapat dianalogikan sebagai ultrasonography yang menggunakan sinar cahaya, bukannya gelombang suara. Citra yang didapat dari OCT memberikan informasi mengenai saraf optik dan struktur retina. Citra OCT dapat digunakan untuk melihat lapisan retina, pembengkakan makula, kerusakan saraf optik, dan pembengkakan saraf optik. Citra OCT ditunjukkan pada Gambar 2.4. Gambar 2.4. Citra Optical Coherence Tomography OCT 2.1.5. Pencegahan diabetic retinopathy Semua penderita diabetes melitus, baik tipe 1 atau tipe 2, beresiko menderita diabetic retinopathy. Semakin lama seseorang menderita diabetes melitus, maka akan semakin besar pula resiko terkena diabetic retinopathy. Diabetic retinopathy biasanya ditemui Universitas Sumatera Utara pada seseorang yang telah menderita penyakit diabetes melitus selama lebih dari 15 tahun Klein et al., 1984. Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terkena diabetic retinopathy bagi penderita diabetes melitus adalah dengan cara mengontrol kadar gula dalam darah, tekanan darah, dan kolesterol darah. Deteksi dini diabetic retinopathy juga dapat dilakukan guna mencegah diabetic retinopathy. Deteksi dini yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes melitus adalah sebagai berikut. 1. Orang dewasa dan anak-anak berumur lebih dari 10 tahun yang menderita diabetes melitus tipe 1 harus menjalani pemeriksaan mata lengkap dalam waktu lima tahun setelah didiagnosis menderita diabetes melitus. 2. Penderita diabetes melitus tipe 2 harus segera menjalani pemeriksaan mata lengkap segera setelah didiagnosis menderita diabetes melitus. 3. Pemeriksaan mata bagi penderita diabetes melitus tipe 1 atau tipe 2 harus dilakukan secara rutin setiap tahun. 4. Frekuensi pemeriksaan mata dapat dikurangi bila satu atau beberapa hasil pemeriksaan menunjukkan hasil normal dan frekuensi pemeriksaan dapat ditingkatkan bila pada hasil pemeriksaan ditemukan tanda-tanda diabetic retinopathy. 5. Perempuan hamil yang menderita diabetes melitus harus menjalani pemeriksaan mata rutin sejak trisemester pertama hingga satu tahun setelah persalinan Fong, 2003. 2.1.6. Pengobatan diabetic retinopathy Terdapat beberapa pengobatan yang bisa dilakukan oleh penderita diabetic retinopathy. Bagi penderita dibetic retinopathy yang belum mengalami neovaskularisasi, pengobatan yang paling tepat adalah dengan mengontrol kadar gula dalam darah, tekanan darah, dan kolesterol. Sedangkan bagi penderita diabetic retinopathy yang sudah mengalami neovaskularisasi, pengobatan yang bisa dilakukan adalah menjalani bedah laser yang disebut dengan scatter laser treatment. Scatter laser treatment mampu mengurangi pembuluh darah abnormal pada permukaan retina sehingga dapat meningkatkan dan memperbaiki fungsi penglihatan. Akan tetapi scatter laser treatment memiliki efek samping, yaitu menurunnya kemampuan melihat Universitas Sumatera Utara warna dan kemampuan melihat di malam hari. Scatter laser treatment sebaiknya dilakukan saat pembuluh darah abnormal belum pecah. Jika pembuluh darah abnormal sudah pecah, maka dibutuhkan prosedur pembedahan yang disebut dengan vitrectomy. Vitrectomy berkerja dengan cara mengganti cairan vitreous mata dengan cairan yang disebut dengan salt solution NEI, 2012.

2.2. Citra