Feature Extraction Identifikasi Diabetic Retinopathy Melalui Citra Retina Menggunakan Modified K-Nearest Neighbor

3.4.4. Perkalian citra Perkalian citra antara citra negatif dengan citra hasil proses contrast stretching menghasilkan citra yang optic disc-nya telah dieliminasi. Adapun citra hasil eliminasi optic disc ditunjukkan pada Gambar 3.10. a b c Gambar 3.10. a citra negatif; b citra hasil proses contrast stretching; c citra hasil eliminasi optic disc

3.5. Feature Extraction

Setelah citra hasil eliminasi optic disc didapat, tahap selanjutnya adalah feature extraction menggunakan Gray Level Co-occurrence Matrix GLCM. Bagian citra yang digunakan dalam perhitungan matriks kookurensi hanya bagian retina. Background dan bagian optic disc yang telah dieliminasi tidak diikutkan dalam perhitungan. Untuk mengambil bagian retina pada citra, digunakanlah konsep masking. Masking merupakan citra biner yang digunakan untuk mengambil bagian tertentu dalam sebuah citra tergantung dari nilai piksel yang dimiliki oleh citra biner tersebut. Masking harus memiliki dimensi yang sama dengan citra yang ingin diambil sub citranya. Masking yang digunakan dalam perhitungan matriks kookurensi ditunjukkan pada gambar 3.11. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.11. Citra masking Gambar 3.11 merupakan citra masking yang digunakan hanya untuk memisahkan bagian retina dengan background. Untuk memisahkan bagian retina dengan optic disc yang telah dieliminasi, digunakan citra masking lain yaitu citra negatif seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.9. Jadi untuk menghitung matriks kookurensi pada citra digunakan 2 buah citra masking. Perhitungan matriks kookurensi dilakukan dengan cara memeriksa nilai piksel referensi dengan piksel tetangga di citra retina pada kedua citra masking. Jika nilai piksel referensi dan piksel tetangga pada kedua citra masking adalah 255 atau putih, maka piksel referensi dan piksel tetangga pada citra retina dapat diperhitungkan dalam perhitungan matriks kookurensi. Sebaliknya jika kedua nilai atau salah satu nilai pada piksel referensi dan piksel tetangga pada cita masking adalah 0 atau hitam, maka piksel referensi dan piksel tetangga pada citra retina tidak dapat diperhitungkan dalam perhitungan matriks kookurensi. Adapun langkah-langkah feature extraction menggunakan GLCM adalah sebagai berikut. 1. Menentukan nilai gray level untuk membentuk matriks framework. Gray level yang digunakan adalah 256. 2. Menentukan arah dan jarak antar piksel referensi dengan piksel tetangga. Jarak yang digunakan adalah 1 dan arah yang digunakan adalah 0 , 45, 90, dan 135. 3. Menghitung nilai kookurensi berdasarkan arah dan jarak yang sudah ditentukan. Nilai kookurensi dihitung menggunakan konsep masking. 4. Menambahkan matriks kookurensi dengan matriks transpose-nya agar matriks kookurensi menjadi simetris. Universitas Sumatera Utara 5. Menormalisasi matriks kookurensi yang sudah berada dalam bentuk simetris dengan cara membagi nilai kookurensi dengan jumlah semua nilai kookurensi yang ada, sehingga hasil penjumlahan semua nilai kookurensi adalah 1. 6. Menghitung fitur statistik. Fitur statistik yang digunakan berjumlah 6, yaitu contrast, homogenity, energy, entropy, variance, dan correlation. 6 fitur dihitung untuk masing-masing matriks kookurensi yang sudah dinormalisasi. Karena matriks kookurensi dihitung pada 4 arah dan 1 jarak, maka akan terdapat 24 fitur. Contoh fitur dari citra retina pada Gambar 3.10 ditunjukkan pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Fitur Haralick No. Fitur Arah Nilai Fitur 1. Contrast  29.32868 2. Contrast 45  41.13115 3. Contrast 90  24.163 4. Contrast 135  40.55288 5. Homogenity  0.2653 6. Homogenity 45  0.23661 7. Homogenity 90  0.27655 8. Homogenity 135  0.23694 9. Energy  0.00268 10. Energy 45  0.00236 11. Energy 90  0.00281 12. Energy 135  0.00237 13. Entropy  6.44244 14. Entropy 45  6.58184 15. Entropy 90  6.37543 16. Entropy 135  6.58285 17. Variance  340.12751 18. Variance 45  326.57561 19. Variance 90  342.09923 Universitas Sumatera Utara Tabel 3.4. Fitur Haralick lanjutan No. Fitur Arah Nilai Fitur 20. Variance 135  326.96121 21. Correlation  0.95689 22. Correlation 45  0.93703 23. Correlation 90  0.96468 24. Correlation 135  0.93799

3.6. Klasifikasi