7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. HIVAIDS
2.1.1 Definisi
Acquired Immunodeficiency Sindrom AIDS adalah suatu kumpulan gejala yang didapat akibat dari penurunan respon sistem kekebalan tubuh akibat infeksi virus
Human Immunodeficiency Virus HIV. Human Immunodeficiency Virus HIV adalah virus yang bereplikasi didalam sistem imun tubuh dan merupakan salah
satu retrovirus karena dapat mengubah urutan sistem rantai Deoxyribonucleic Acid
DNA
menjadi Ribonucleic Acid RNA setelah masuk ke dalam sel inang Price Wilson, 2006; Corwin, 2008; Pinsky Douglas, 2009.
2.1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya AIDS berasal dari infeksi virus HIV. Virus ini dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III Human T Lympotrophic Virus III
HTLV-III atau virus limfadenopati, adalah suatu retrovirus manusia dari famili lentivirus Price Wilson, 2006. Terdapat dua tipe virus HIV yang sudah
teridentifikasi berdasarkan susunan genom dan hubungan filogeniknya, yaitu HIV-1 dan HIV-2 yang keduanya memiliki penyebaran epidemiologis yang
berbeda. Virus HIV-1 merupakan tipe yang paling umum dan virulen menginfeksi manusia dimana sebanyak 90 kejadian infeksi HIV yang terjadi di dunia berasal
dari HIV-1 Phangkawira, dkk., 2009.
2.1.3 Patofisiologi
Virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui perantara darah, semen dan sekret vagina. Human Immunodeficiency Virus HIV tergolong retrovirus yang
mempunyai materi genetik RNA yang mampu menginfeksi limfosit CD4 Cluster Differential Four, dengan melakukan perubahan sesuai dengan DNA inangnya
Price Wilson, 2006; Pasek, dkk., 2008; Wijaya, 2010. Virus HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen CD4 terutama
limfosit T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Virus juga dapat menginfeksi sel
monosit makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel
mikroglia otak. Virus yang masuk kedalam limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu
sendiri Price Wilson, 2006; Departemen Kesehatan RI, 2003. Kejadian awal yang timbul setelah infeksi HIV disebut sindrom retroviral akut
atau Acute Retroviral Syndrome. Sindrom ini diikuti oleh penurunan jumlah CD4 dan peningkatan kadar RNA HIV dalam plasma. CD4 secara perlahan akan
menurun dalam beberapa tahun dengan laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada 1,5
– 2,5 tahun sebelum pasien jatuh dalam keadaan AIDS. Viral load jumlah virus HIV dalam darah akan cepat meningkat pada awal infeksi dan pada fase
akhir penyakit akan ditemukan jumlah CD4 200mm
3
kemudian diikuti timbulnya infeksi oportunistik, berat badan turun secara cepat dan muncul
komplikasi neurulogis. Pada pasien tanpa pengobatan ARV, rata-rata kemampuan
bertahan setelah CD4 turun 200mm
3
adalah 3,7 tahun Pinsky Douglas, 2009; Corwin, 2008. Secara ringkas, perjalanan virus HIV dapat dilihat di bagan
berikut:
Bagan 1
.
Patofisiologi HIVAIDS Sumber: Corwin, 2008; Pinsky Douglas, 2009
Berikut ini merupakan klasifikasi infeksi HIV menurut Centers for Disease Control and Prevention 2011 berdasarkan patofisiologi penyakit
:
Tabel 1
. Klasifikasi infeksi HIV yang didasarkan pada patofisiologi penyakit seiring memburuknya secara progresif fungsi imun
Kelas Kriteria
Grup I 1.
Infeksi akut HIV 2.
Gejala mirip influensa, mereda sempurna 3.
Antibodi HIV negatif HIV asimtomatik
Grup II 1.
Antibodi HIV positif 2.
Tidak ada indikator klinis atau laboratorium adanya imunodefisiensi
HIV simtomatik Grup III
1. Antibodi HIV positif
2. Limfadenopati generalisata persisten
Grup IV-A 1.
Antibodi HIV positif 2.
Penyakit konstitusional demam atau diare menetap, menurunnya BB 10 dibandingkan berat normal
Grup IV-B 1.
Sama seperti grup IV-A 2.
Penyakit neurologik demensia, neuropati, mielopati
Grup IV-C 1.
Sama seperti grup IV-B 2.
Hitung limfosit CD4+ kurang daripada 200µl Grup IV-D
1. Sama seperti grup IV-C
2. Tuberkolosis paru, kanker serviks, atau keganasan
lain Sumber: Centers for Disease Control and Prevention, 2011
2.1.4 Respon Perubahan terhadap Penyakit HIVAIDS