Menetapkan Karakteristik Kualitas CTQ Kunci. Control Pengendalian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap-tahap dalam Six Sigma mempresentasikan 5 lima tahap yaitu DMAIC. Tahap DMAIC merupakan langkah-langkah yang perlu dilakukan secara berurutan dan berguna untuk mencapai hasil yang diinginkan. Akronim DMAIC dalam metodologi six sigma, yaitu Pendefinisian Define, Pengukuran Measure, Analisa Analysis, Perbaikan Improve, dan Pengendalian Control.

4.1 Menetapkan Karakteristik Kualitas CTQ Kunci.

Penetapan karakteristik kualitas kunci CTQ berdasarkan jenis produk yang telah ditetapkan pada tahap Define, yaitu Sepatu boot. Karakteristik kualitas CTQ kunci pada produk tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tepi Atas Sepatu Tidak Sama TTS Merupakan jumlah cacat yang disebabkan oleh tepi atas sepatu tidak sama. 2. Logo Produk Tidak Jelas LTJ Merupakan jumlah cacat yang disebabkan oleh pemberian logo yang kurang jelas. 3. Kain Nylon Bagian Dalam Sobek KNS Merupakan jumlah cacat yang disebabkan oleh kain nylon bagian dalam sepatu sobek . 4. Penomoran Tidak Ada Tidak Jelas PTA Merupakan jumlah cacat yang disebabkan karena didapatkannya sepatu tanpa nomor berdasarkan ukurannya. 52 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 5. Sol Sepatu Tidak Rata STR Merupakan jumlah cacat yang disebabkan oleh tidak ratanya sol sepatu bagian bawah. Jadi terdapat lima type CTQ yang menyebabkan produk tersebut gagal untuk diserahkan kepada pelanggan.

4.2 Pengumpulan Data

Data yang akan diolah adalah data total defect pada bulan April 2011 hingga September 2011 untuk produk Sepatu Boot. Tabel 4.1 Jumlah produk dan defect pada sepatu boot Bulan Total Produk pasang Total Defect pasang April 2011 640 56 Mei 2011 663 38 Juni 2011 893 62 Juli 2011 675 33 Agustus 2011 502 41 September 2011 687 47 JUMLAH 4.060 277 Sumber : Data Internal Perusahaan Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa total produksi yang paling tinggi terjadi pada bulan Juni 2011 dengan total produksi sebesar 893 pasang. Sedangkan untuk total defect yang terkecil terjadi pada bulan Juli 2011 dengan total kecacatan sebesar 33 pasang. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 4.2 Data defect jenis CTQ pada Sepatu Boot Bulan TTS LTJ KNS PTA STR Jumlah April 2011 10 16 7 14 9 56 Mei 2011 9 14 5 4 6 38 Juni 2011 17 12 8 15 10 62 Juli 2011 8 6 4 5 10 33 Agustus 2011 10 6 8 5 12 41 September 2011 16 7 5 12 7 47 Jumlah 70 61 37 55 54 277 Sumber: Data Internal Perusahaan Keterangan :  Tepi Atas Sepatu Tidak Sama TTS  Logo Produk Tidak Jelas LTJ  Kain Nylon Bagian Dalam Sobek KNS  Penomoran Tidak Ada Tidak Jelas PTA  Sol Sepatu Tidak Rata STR Gambar 4.1 Jumlah jenis defect Sepatu Boot. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dari data pada tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah defect kadang- kadang naik juga turun tiap bulannya. Pada bulan Agustus jumlah produk yang dihasilkan turun secara signifikan hal ini disebabkan diantaranya karena beberapa hal misalnya permintaan bulan Agustus menurun.

4.2.1 Menentukan defect terbesar

Tabel 4.3 Prosentase defect pada Sepatu Boot Bulan Jumlah Defect Persen defect Komulatif April 2011 56 20,22 20,22 Mei 2011 38 13,72 33,94 Juni 2011 62 22,38 56,32 Juli 2011 33 11,91 68,23 Agustus 2011 41 14,80 83,03 September 2011 47 16,97 100 Jumlah 277 Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat, jumlah defect terbesar terjadi pada bulan Juni 2011 sebesar 22,38. Adapun diagram pareto prosentase defect adalah sebagai berikut : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. DIAGRAM PARETO 56 38 62 33 41 47 20,22 33,94 56,32 68,23 83,03 100 10 20 30 40 50 60 70 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 20 40 60 80 100 120 Gambar 4.2 Diagram Pareto defect pada Sepatu Boot Berdasarkan data defect yang ada pada tabel 4.2 dan 4.3 maka dapat diurutkan jumlah defect dari yang terbesar sampai terkecil seperti tabel 4.4 dibawah ini. Tabel 4.4 Prosentase jenis defect pada sepatu boot Jenis Defect Jumlah Defect Persen defect Komulatif Tepi atas tidak rata TTS 70 25,27 25,27 Logo tidak jelas LTJ 61 22,02 47,29 Penomoran tidak ada jelas PTA 55 19,86 67,15 Sol tidak rata STR 54 19,49 86,64 Kain nylon lubang sobek KNS 37 13,36 100,00 Jumlah 277 Berdasarkan tabel 4.4 diatas maka dapat dilihat, jenis defect terbesar adalah jenis cacat Tepi atas tidak rata TTS. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 70 61 55 54 37 25,27 47,29 67,15 86,64 100 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 10 20 30 40 50 60 70 80 TTS LTJ PTA STR KNS Diagram Pareto Gambar 4.3 Diagram Pareto jenis defect pada Sepatu Boot Dari tabel 4.3 diatas,diketahui jenis cacat yg terbesar selama bulan April-September 2011 adalah sebesar 70 pasang dengan prosentase 25,27

4.2.2 Menentukan Karakteristik Kualitas CTQ

Tabel 4.5 : Jumlah dan persentase defect bulan April – September 2011 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis cacat yang terbesar selama bulan April – September 2011 terjadi pada jenis cacat Tinggi Sepatu Tidak Sama TTS dengan jumlah kecacatan sebanyak 70 pasang. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

A. Presentase defect Sepatu Boot jenis cacat TTS

Tabel 4.6 : Data presentase defect Sepatu Boot jenis cacat TTS TTS Bulan Jumlah defect Persen defect Komulatif April 10 14,29 14,29 Mei 9 12,86 27,14 Juni 17 24,29 51,43 Juli 8 11,43 62,86 Agustus 10 14,29 77,14 September 16 22,86 100 Jumlah 70 Dari data Tabel 4.6 diatas, selanjutnya bisa dibuat diagram pareto Gambar 4.5 sebagai berikut: DIAGRAM PARETO 10 9 17 8 10 16 14,29 27,14 51,43 62,86 77,14 100 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 20 40 60 80 100 120 Gambar 4.4 Diagram Pareto defect sepatu boot jenis defect TTS Dari gambar 4.4 di atas, dapat diketahui jenis defect TTS terbesar yang terjadi selama bulan April 2011- September 2011 adalah pada bulan Juni 2011 dengan jumlah kecacata sebesar 17 pasang. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

B. Prosentase defect Sepatu Boot jenis cacat LTJ

Tabel 4.7 : Presentase defect Sepatu Boot jenis cacat LTJ LTJ Bulan Jumlah defect Persen defect Komulatif April 16 26,23 26,23 Mei 14 22,95 49,18 Juni 12 19,67 68,85 Juli 6 9,84 78,69 Agustus 6 9,84 88,52 September 7 11,48 100 Jumlah 61 Dari data Tabel 4.7 diatas, selanjutnya bisa dibuat diagram pareto Gambar 4.6 sebagai berikut: DIAGRAM PARETO 16 14 12 6 6 7 26,23 49,18 68,85 78,69 88,52 100 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 20 40 60 80 100 120 Gambar 4.5 Diagram Pareto defect Sepatu Boot jenis defect LTJ Dari gambar 4.5 di atas, dapat diketahui jenis defect LTJ terbesar yang terjadi selama bulan April 2011- September 2011 adalah pada bulan April 2011 dengan jumlah kecacata sebesar 16 pasang. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

C. Prosentase defect Sepatu Boot jenis cacat KNS

Tabel 4.8 : Prosentase defect Sepatu Boot jenis cacat KNS KNS Bulan Jumlah defect Persen defect Komulatif April 7 18,92 18,92 Mei 5 13,51 32,43 Juni 8 21,62 54,05 Juli 4 10,81 64,86 Agustus 8 21,62 86,49 September 5 13,51 100 Jumlah 37 Dari data Tabel 4.8 diatas, selanjutnya bisa dibuat diagram pareto Gambar 4.7 sebagai berikut: DIAGRAM PARETO 7 5 8 4 8 5 18,92 32,43 54,95 64,86 86,49 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 20 40 60 80 100 120 Gambar 4.6 Diagram Pareto defect Sepatu Boot jenis defect KNS Dari gambar 4.6 di atas, dapat diketahui jenis defect KNS terbesar yang terjadi selama bulan April 2011- September 2011 adalah pada bulan Juni dan Agustus 2011 dengan jumlah kecacatan sebesar 8 pasang. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

D. Prosentase defect Sepatu Boot jenis cacat PTA

Tabel 4.9 : Presentase defect Sepatu Boot jenis cacat PTA PTA Bulan Jumlah defect Persen defect Komulatif April 14 25,45 25,45 Mei 4 7,27 32,73 Juni 15 27,27 60 Juli 5 9,09 69,09 Agustus 5 9,09 78,18 September 12 21,82 100 Jumlah 55 Dari data Tabel 4.9 diatas, selanjutnya bisa dibuat diagram pareto Gambar 4.8 sebagai berikut: DIAGRAM PARETO 14 4 15 5 5 12 25,45 32,73 60 69,09 78,18 100 2 4 6 8 10 12 14 16 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 20 40 60 80 100 120 Gambar 4.7 Diagram Pareto defect Sepatu Boot jenis cacat PTA Dari gambar 4.7 di atas, dapat diketahui jenis defect PTA terbesar yang terjadi selama bulan April 2011- September 2011 adalah pada bulan Juni 2011 dengan jumlah kecacatan sebesar 15 pasang. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

E. Prosentase defect Sepatu Boot jenis cacat STR

Tabel 4.10 : Prosentase defect Sepatu Boot jenis cacat STR STR Bulan Jumlah defect Persen defect Komulatif April 9 16,67 16,67 Mei 6 11,11 27,78 Juni 10 18,52 46,3 Juli 10 18,52 64,81 Agustus 12 22,22 87,04 September 7 12,96 100 Jumlah 54 Dari data Tabel 4.10 diatas, selanjutnya bisa dibuat diagram pareto Gambar 4.9 sebagai berikut: DIAGRAM PARETO 9 6 10 10 12 7 16,67 27,78 46,3 64,81 87,04 100 2 4 6 8 10 12 14 Apr-11 Mei-11 Jun-11 Jul-11 Agust-11 Sep-11 20 40 60 80 100 120 Gambar 4.8 Diagram Pareto defect Sepatu Boot jenis cacat STR Dari gambar 4.8 di atas, dapat diketahui jenis defect STR terbesar yang terjadi selama bulan April 2011- September 2011 adalah pada bulan Agustus 2011 dengan jumlah kecacatan sebesar 12 pasang. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.3 Baseline Kinerja

Untuk mencari DPMO dan Sigma dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini :

A. Bulan April 2011

1. Mengukur tingkat DPMO Perhitungan : Tingkat defect = 0875 , 640 56 _ _   produksi Total defect Total Peluang tingkat defect = 0175 , 5 0875 , _   CTQ defect Tingkat DPMO = 0,0175 x 10 6 = 17.500 Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa pada bulan April 2011 dilakukan pemeriksaan sebanyak 640 pasang produk dengan jumlah produk yang cacat mencapai 56 pasang. Sedangkan untuk Karakteristik kualitasnya CTQ adalah sebanyak 5 buah, sehingga kesempatan kegagalan yang terjadi dalam satu juta produk adalah sebanyak 17.500 pasang. 2. Mengukur Level Sigma Untuk mengukur level sigma dapat digunakan alat bantu berupa tabel konversi sigma ataupun kalkulator sigma, tapi disisni peneliti menggunakan Microsoft exel dengan memasukkan formula sebagai berikut : =NORMSINV1000000-175001000000+1.5 Dan hasilnya adalah nilai sigma = 3,608 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 4.11 DPMO dan Sigma pada Sepatu Boot Keterangan Jumlah Total Produksi 640 Total Defect 56 Karakteristik kualitsa CTQ 5 DPMO 17.500 Sigma 3,608

B. Bulan Mei 2011

1. Mengukur tingkat DPMO Perhitungan : Tingkat defect = 05731 , 663 38 _ _   produksi Total defect Total Peluang tingkat defect = 01146 , 5 05731 , _   CTQ defect Tingkat DPMO = 0,01146 x 10 6 = 11.460 Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa pada bulan Mei 2011 dilakukan pemeriksaan sebanyak 663 pasang produk dengan jumlah produk yang cacat mencapai 38 pasang. Sedangkan untuk Karakteristik kualitasnya CTQ adalah sebanyak 5 macam, sehingga kesempatan kegagalan yang terjadi dalam satu juta produk adalah sebanyak 11.460 pasang. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Mengukur Level Sigma Untuk mengukur level sigma dapat digunakan alat bantu berupa tabel konversi sigma ataupun kalkulator sigma, tapi disisni peneliti menggunakan Microsoft exel dengan memasukkan formula sebagai berikut : =NORMSINV1000000-114601000000+1.5 Dan hasilnya adalah nilai sigma = 3,775 Tabel 4.12 DPMO dan Sigma pada Sepatu Boot Keterangan Jumlah Total Produksi 663 Total Defect 38 CTQ 5 DPMO 11.460 Sigma 3,775

C. Bulan Juni 2011

D. Mengukur tingkat DPMO Perhitungan : Tingkat defect = 06942 , 893 62 _ _   produksi Total defect Total Peluang tingkat defect = 01388 , 5 06942 , _   CTQ defect Tingkat DPMO = 0,01388 x 10 6 = 13.880 Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa pada bulan Juni 2011 dilakukan pemeriksaan sebanyak 893 pasang produk dengan jumlah produk Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. yang cacat mencapai 62 pasang. Sedangkan untuk Karakteristik kualitasnya CTQ adalah sebanyak 5 jenis, sehingga kesempatan kegagalan yang terjadi dalam satu juta produk adalah sebanyak 13.880 pasang. 2. Mengukur Level Sigma Untuk mengukur level sigma dapat digunakan alat bantu berupa tabel konversi sigma ataupun kalkulator sigma, tapi disisni peneliti menggunakan Microsoft exel dengan memasukkan formula sebagai berikut : =NORMSINV1000000-138801000000+1.5 Dan hasilnya adalah nilai sigma = 3,700 Tabel 4.13 DPMO dan Sigma pada Sepatu Boot Keterangan Jumlah Total Produksi 893 Total Defect 62 CTQ 5 DPMO 13.880 Sigma 3,700

D. Bulan Juli 2011

1. Mengukur tingkat DPMO Perhitungan : Tingkat defect = 04888 , 675 33 _ _   produksi Total defect Total Peluang tingkat defect = 00977 , 5 04888 , _   CTQ defect Tingkat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. DPMO = 0,00977 x 10 6 = 9.770 Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa pada bulan Juli 2011 dilakukan pemeriksaan sebanyak 675 pasang produk dengan jumlah produk yang cacat mencapai 33 pasang. Sedangkan untuk Karakteristik kualitasnya CTQ adalah sebanyak 5 buah, sehingga kesempatan kegagalan yang terjadi dalam satu juta produk adalah sebanyak 9.770 unit. 2. Mengukur Level Sigma Untuk mengukur level sigma dapat digunakan alat bantu berupa tabel konversi sigma ataupun kalkulator sigma, tapi disisni peneliti menggunakan Microsoft exel dengan memasukkan formula sebagai berikut : =NORMSINV1000000-97701000000+1.5 Dan hasilnya adalah nilai sigma = 3,835 Tabel 4.14 DPMO dan Sigma pada Sepatu Boot Keterangan Jumlah Total Produksi 675 Total Defect 33 CTQ 5 DPMO 9.770 Sigma 3,835 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

E. Bulan Agustus 2011

1. Mengukur tingkat DPMO Perhitungan : Tingkat defect = 08167 , 502 41 _ _   produksi Total defect Total Peluang tingkat defect = 01633 , 5 08167 , _   CTQ defect Tingkat DPMO = 0,01633 x 10 6 = 16.330 Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa pada bulan Agustus 2011 dilakukan pemeriksaan sebanyak 502 pasang produk dengan jumlah produk yang cacat mencapai 41 unit. Sedangkan untuk Karakteristik kualitasnya CTQ adalah sebanyak 5 buah, sehingga kesempatan kegagalan yang terjadi dalam satu juta produk adalah sebanyak 16.330 unit. 2. Mengukur Level Sigma Untuk mengukur level sigma dapat digunakan alat bantu berupa tabel konversi sigma ataupun kalkulator sigma, tapi disisni peneliti menggunakan Microsoft exel dengan memasukkan formula sebagai berikut : =NORMSINV1000000-163301000000+1.5 Dan hasilnya adalah nilai sigma = 3,636 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 4.15 DPMO dan Sigma pada Sepatu Boot Keterangan Jumlah Total Produksi 502 Total Defect 41 CTQ 5 DPMO 16.330 Sigma 3,636

F. Bulan September 2011

1. Mengukur tingkat DPMO Perhitungan : Tingkat defect = 06841 , 687 47 _ _   produksi Total defect Total Peluang tingkat defect = 01368 , 5 06841 , _   CTQ defect Tingkat DPMO = 0,01368 x 10 6 = 13.680 Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa pada bulan September 2011 dilakukan pemeriksaan sebanyak 687 pasang produk dengan jumlah produk yang cacat mencapai 47 pasang. Sedangkan untuk Karakteristik kualitasnya adalah sebanyak 5 buah, sehingga kesempatan kegagalan yang terjadi dalam satu juta produk adalah sebanyak 13.680 pasang. 2. Mengukur Level Sigma Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Untuk mengukur level sigma dapat digunakan alat bantu berupa tabel konversi sigma ataupun kalkulator sigma, tapi disisni peneliti menggunakan Microsoft exel dengan memasukkan formula sebagai berikut : =NORMSINV1000000-136801000000+1.5 Dan hasilnya adalah nilai sigma = 3,706 Tabel 4.16 DPMO dan Sigma pada Sepatu Boot Keterangan Jumlah Total Produksi 687 Total Defect 47 CTQ 5 DPMO 13.680 Sigma 3,706

G. Bulan April - September 2011

1. Mengukur tingkat DPMO Perhitungan : Tingkat defect = 06822 , 060 . 4 277 _ _   produksi Total defect Total Peluang tingkat defect = 01364 , 5 06822 , _   CTQ defect Tingkat DPMO = 0,01364 x 10 6 = 13.640 Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa selama bulan April 2011 – September 2011 dilakukan pemeriksaan sebanyak 4.060 pasang produk dengan jumlah produk yang cacat mencapai 277 pasang. Sedangkan untuk Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Karakteristik kualitasnya adalah sebanyak 5 buah, sehingga kesempatan kegagalan yang terjadi dalam satu juta produk adalah sebanyak 13.640 pasang. 2. Mengukur Level Sigma Untuk mengukur level sigma dapat digunakan alat bantu berupa tabel konversi sigma ataupun kalkulator sigma, tapi disisni peneliti menggunakan Microsoft exel dengan memasukkan formula sebagai berikut : =NORMSINV1000000-136401000000+1.5 Dan hasilnya adalah nilai sigma = 3,707 Tabel 4.17 DPMO dan Sigma pada Sepatu Boot Keterangan Jumlah Total Produksi 4.060 Total Defect 277 CTQ 5 DPMO 13.640 Sigma 3,707

4.3 Analyse

Merupakan langkah operasional ketiga dalam program peningkatan kualitas Six Sigma.

4.3.1 Analisa Kapabilitas Proses

Analisa terhadap nilai kapabilitas proses yang memiliki nilai DPMO terbesar dan mengidentifikasi sumber-sumber penyebab defect dengan cara brainstorming dengan pihak perusahaan. Identifikasi penyebab defect ini Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dilakukan dengan menggunakan fishbone diagram diagram tulang ikan. Nilai DPMO dan Sigma sesuai dengan rekapan nilai kapabilitas Tabel 4.15 Tabel 4.18 Rekapan nilai kapabilitas proses produksi Sepatu boot. Bulan Total Produk Total Defect DPMO Sigma CTQ Deskripsi CTQ April 2011 640 56 17.500 3,608 5 Mei 2011 663 38 11.460 3,775 5 Juni 2011 893 62 13.880 3,700 5 Juli 2011 675 33 9.770 3,835 5 Agustus 2011 502 41 16.330 3,636 5 September 2011 687 47 13.680 3,706 5 Nomor tidak ada, kain nylon lubang sobek, logo tidak jelas, tepia atas tidak sama dan sol sepatu tidak rata. Lampiran II : Perhitungan nilai DPMO Sigma

4.3.2 Analisa cacat terbesar

Nilai sigma menunjukkan gambaran kinerja proses, dari tabel 4.18 diatas nilai sigma paling rendah adalah pada bulan April 2011 dengan nilai DPMO menggambarkan kemampuan proses sebesar 17.500 yang dikonversikan dengan nilai sigma yaitu sebesar 3,608 sigma. Sedangkan nilai DPMO terendah adalah pada bulan Juli 2011 yaitu sebesar 9.770 yang dikonversikan dengan nilai sigma adalah 3,835 sigma. Metode analisa menggunakan fishbone diagram bersama-sama dengan pihak manajemen untuk mendapatkan potential cause dari berbagai jenis kecacatan . Berikut ini diagram tulang ikan dari berbagai jenis cacat: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. a. Fishbone chart untuk jenis cacat Sol Tidak Rata STR Gambar 4.9. Diagram Sebab Akibat Kecacatan Sol Sepatu Tidak Rata STR Penjelasan : 1. Faktor Manusia Skill , tingkat ketelitian yang kurang dan pengalaman operator masih kurang, khususnya dalam men-setting mesin sehingga sepatu boot yang dihasilan mengalami deceft, yakni sol sepatu yang tidak rata. 2. Faktor Mesin Kondisi mekanis kinetis mesin aus sehingga proses pembentukan untuk sol sepatu boot tidak sempurna dan mengakibatkan sol tidak rata. 3. Faktor Material Bahan baku karet yang digunakan dalam proses produksi terlalu encer dan panas sehingga sol sepatu boot tidak tidak rata. Manusia Skill dan pengalaman operator masih kurang dalam setting mesin Tingkat ketelitian operator kurang dalam setting mesin Metode Material Mesin Kondisi mekanis kinetis mesin aus Karet terlalu encer Karet terlalu panas Prosedur dalam pembentukan sol sepatu kurang tepat STR Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4. Faktor Metode Prosedur yang digunakan pada waktu proses pembentukan sepatu tidak tepat sehingga sol tidak rata. b. Fishbone chart untuk jenis cacat Tepi atas sepatu tidak sama TTS Gambar 4.10. Diagram Sebab Akibat Kecacatan Tepi Bagian Atas Sepatu Tidak Sama TTS Penjelasan : 1. Faktor Manusia Skill , tingkat ketelitian yang kurang dan pengalaman operator masih kurang, khususnya dalam men-setting mesin sehingga sepatu boot yang dihasilan mengalami deceft, yakni Tepi Bagian Atas Sepatu Tidak Sama. Manusia Skill dan pengalaman operator masih kurang dalam setting mesin Tingkat ketelitian operator kurang dalam setting mesin Metode Material Mesin Kondisi mekanis kinetis mesin aus Karet terlalu encer Karet terlalu panas Prosedur dalam pembentukan sepatu kurang tepat TTS Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Faktor Mesin Kondisi mekanis kinetis mesin aus sehingga proses pembentukan untuk sepatu boot tidak sempurna dan mengakibatkan Tepi Bagian Atas Sepatu Tidak Sama. 3. Faktor Material Bahan baku karet yang digunakan dalam proses produksi terlalu encer dan panas sehingga Tepi Bagian Atas Sepatu Tidak Sama. 4. Faktor Metode Prosedur yang digunakan pada waktu proses pembentukan sepatu tidak tepat sehingga Tepi Bagian Atas Sepatu Tidak Sama. c. Fishbone chart untuk jenis cacat Logo Produk Tidak Jelas LTJ Gambar 4.11. Diagram Sebab Akibat Kecacatan Logo Produk Tidak Ada Tidak Jelas LTJ. Manusia Skill dan pengalaman operator masih kurang dalam setting mesin Tingkat ketelitian operator kurang dalam setting mesin Metode Material Mesin Kondisi mekanis kinetis mesin aus Karet terlalu panas Karet terlalu encer Prosedur dalam pemberian logo produk kurang tepat tidak sesuai LTJ Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Penjelasan : 1. Faktor Manusia Skill , tingkat ketelitian yang kurang dan pengalaman operator masih kurang, khususnya dalam men-setting mesin sehingga sepatu boot yang dihasilan mengalami deceft, yakni Logo Produk Tidak AdA Tidak Jelas. 2. Faktor Mesin Kondisi mekanis kinetis mesin aus sehingga proses pembentukan logo untuk sepatu boot tidak sempurna dan mengakibatkan logo sepatu tidak jelas tidak ada. 3. Faktor Material Bahan baku karet yang digunakan dalam proses produksi terlalu encer dan panas sehingga Logo Produk Tidak Ada Tidak Jelas. 4. Faktor Metode Prosedur yang digunakan dalam pembentukan logo sepatu tidak tepat sehingga Logo Produk Tidak Ada Tidak Jelas. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. d. Fishbone chart untuk jenis cacat kain nylon sobek lubang KNS Gambar 4.12. Diagram Sebab Akibat Kecacatan Kain Nylon sobek Lubang KNS. Penjelasan : 1. Faktor Manusia Skill , tingkat ketelitian yang kurang dan pengalaman operator masih kurang, khususnya dalam men-setting mesin sehingga sepatu boot yang dihasilan mengalami deceft, yakni kain nylon sobek lubang. 2. Faktor Mesin Kondisi mesin yang sering rusak karena tidak dirawat secara teratur sehingga mengakibatkan kain nylon sobek lubang. 3. Faktor Material Kualitas kain nylon yang digunakan rendah tidak bagus sehingga pada waktu dibentuk menjadi bentuk sepatu, kain nylon sobek dan mengakibatkan kualitas sepatu jelek. Manusia Skill dan pengalaman operator masih kurang Tingkat ketelitian operator dalam perawatan kurang Metode Mesin Maintenence yang tidak teratur Prosedur dalam pembentukan bentuk sepatu kurang sesuai KNS Mesin Kualitas kain nylon yang kurang bagus Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 4. Faktor Metode Prosedur yang digunakan dalam membuat bentuk sepatu terlalu keras cepat sehingga kain nylon yang dibentuk akan mudah sobek berlubang sehingga kualitas sepatu kurang bagus. e. Fishbone chart untuk jenis cacat penomoran sepatu yang tidak ada kurang jelas PTA Gambar 4.13. Diagram Sebab Akibat Kecacatan Penomoran ukuran sepatu Tidak Ada tidak jelas PTA Penjelasan : 1. Faktor Manusia Skill , tingkat ketelitian yang kurang dan pengalaman operator masih kurang, khususnya dalam men-setting mesin sehingga sepatu boot yang dihasilan mengalami deceft, yakni nomor ukuran sepatu tidak ada tidak jelas. Manusia Tingkat ketelitian operator dalam perawatan kurang Metode Material Mesin Setting mesin dalam pemberian nomor yang kurang tepat. Mekanisme give number kurang tepat PTA Pencetak nomor rusak Skill dan pengalaman operator masih kurang Operator kurang tanggap dalam mendeteksi awal kecacatan Tinta encer Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Faktor Mesin Kondisi komponen yang ada dalam mesin give number aus rusak sehingga proses pemberian nomor untuk sepatu boot tidak sempurna dan mengakibatkan nomor ukuran sepatu tidak ada tidak jelas. 3. Faktor Material Bahan baku karet dan tinta untuk penjelas nomor sepatu yang digunakan dalam proses produksi terlalu encer dan panas sehingga nomor ukuran sepatu tidak ada tidak jelas. 4. Faktor Metode Prosedur yang digunakan dalam give number sepatu tidak tepat sehingga nomor ukuran sepatu tidak ada tidak jelas.

4.4 Tahap Improve

Setelah sumber-sumber penyebab dari masalah teridentifikasi, maka perlu dilakukan penetapan rencana tindakan perbaikan yang akan dijadikan suatu usulan tindakan perbaikan untuk melaksanakan peningkatan kualitas Sepatu Boot. Pelaksanaan tahap ini masih berupa usulan perbaikan, dikarenakan kebijaksanaan perusahaan yang masih belum bisa memberikan kepastian untukdapat melaksanakan usulan perbaikan ini atau tidak. Pada penelitian ini akan digunakan alat yaitu Failure Mode and Efect Analysis FMEA dalam melakukan rencana tindakan perbaikan.

4.4.1 Menghitung Nilai FMEA

FMEA dilakukan dengan brainstorming dengan pihak perusahaan dalam hal ini departemen produksi, dimana departemen produksi merupakan pihak yang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. paling mengerti tentang proses produksi hingga saat pengemasan packaging. Pada FMEA dilakukan penetapan suatu rencana perbaikan defect dan pengidentifikasian prioritas rencana perbaikan yang akan dilakukan dalam upaya mencegah atau mengatasi terjadinya kecacatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.19 Contoh perhitungan nilai RPN: Nilai severity S = 3; Nilai occurance O = 6; Nilai detection D = 4 Nilai RPN = S x O x D = 3 x 6 x 4 = 72

4.4.2 Membuat tabel FMEA dan Menetapkan suatu rencana perbaikan

Setelah sumber-sumber dan akar penyebab dari masalah defect tiap-tiap proyek teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan rencana perbaikan Improvement plan untuk menurunkan jumlah defect atribut. Pada dasarnya rencana perbaikan Improvement plan mendeskripsikan tentang alokasi sumber-sumber daya serta prioritas alternatif yang dilakukan dalam melakukan implementasi dari rencana tindakan tersebut. Rencana perbaikan tersebut didapatkan dengan cara mengkombinasikan hasil Brainstorming pihak Quality Assurance dengan kondisi lokasi tempat penelitian proyek. Alat bantu yang digunakan dalam menentukan prioritas rencana perbaikan adalah FMEA Failure mode And Effect Analysis. Setiap mode kegagalan mempunyai satu nilai RPN Risk Priority Number. Angka RPN merupakan hasil perkalian antara rangking Severity, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Detection, dan Occurance. Kemudian RPN tersebut disusun dari yang terbesar sampai yang terkecil sehingga dapat diketahui moel kegagalan mana yang paling kritis untuk segera dilakukan tindakan korektif. Hasil selengkapnya dapat disajikan pada tabel 4.19 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 4. 19 Failure Mode and Effect Analysis FMEA Proyek Mode Kegagalan Potensial Problem Potential Root Cause Severity Occurance Detection RPN Para pekerja yang kurang produktif - Skill dan pengalaman operator masih kurang dalam setting mesin - Tingkat ketelitian operator kurang dalam setting mesin 6 5 6 180 Keausan pada mesin - Kondisi mekanis kinetis sudah aus 4 6 4 96 Material defect - Karet terlalu encer - Karet terlalu panas 3 6 4 72 STR Sol sepatu tidak rata tidak sama. Metode tidak tepat - Mekanisme dalam setting unit pembentukan tidak sesuai prosedur 4 3 3 36 Para pekerja yang kurang produktif - Skill dan pengalaman operator masih kurang dalam setting mesin - Tingkat ketelitian operator kurang dalam setting mesin 6 5 6 180 Keausan pada mesin - Kondisi mekanis kinetis sudah aus 4 6 4 96 TTS Tepi bagaian atas sepatu tidak sama. Material defect - Karet terlalu encer - Karet terlalu panas 3 6 4 72 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Metode tidak tepat - Mekanisme dalam setting unit pembentukan tidak sesuai prosedur 4 3 3 36 Para pekerja yang kurang produktif - Skill dan pengalaman operator masih kurang dalam setting mesin - Tingkat ketelitian operator dalam perawatan kurang 6 5 6 180 Setting mesin yang tidak benar - Maintenance yang tidak teratur 4 6 4 96 Material nylon - Kain nylon berkualitas rendah 3 6 4 72 KNS Kain nylon sobek lubang Metode tidak tepat -Prosedur pembentukan sepatu kurang sesuai 4 3 3 36 Para pekerja yang kurang produktif - Skill dan pengalaman operator masih kurang dalam setting mesin - Tingkat ketelitian operator kurang. 6 5 6 180 Setting yang tidak benar - Setting intensitas photo cell kurang 4 6 4 96 Material defect - Posisi eye Mark Naik turun 3 6 4 72 LTJ Logo produk sepatu tidak jelas Metode tidak tepat - Photo cell failed 3 6 4 72 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Para pekerja yang kurang produktif - Skill dan pengalaman operator masih kurang dalam setting mesin - Tingkat ketelitian operator kurang. 6 5 6 180 Setting yang tidak benar - Setting mesin give number kurang baik - Mesin pencetak nomor rusak. 4 6 4 96 Material defect - Tinta terlalu encer 3 6 4 72 PTA Penomoran sepatu tidak ada Metode tidak tepat - Mekanisme pemberian nomor kurang tepat. 4 3 3 36 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.4.3 Usulan Prioritas Tindakan Perbaikan

Dengan alternatif-alternatif tindakan perbaikan yang ada maka dilakukan perankingan yang dapat dijadikan prioritas tindakan perbaikan yang akan dilakukan berdasarkan pada penyebab kegagalan. Perakingan ini diperoleh dengan menggunakan FMEA, berdasarkan nikai yang ada yaitu kerumitan severity, probabilitas kejadian accurance dan detection secara bersama-sama kemudian diperoleh nilai Risk Potential Number RPN yang diperoleh dari hasil perkalian severity, accurance, dan detection. Dengan memfokuskan pada masalah-masalah potensial yang memiliki prioritas tertinggi, yaitu nilai RPN yang tertinggi. Maka dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko kecacatan. Berdasarkan FMEA pada Tabel 4.19..maka prioritas tindakan perbaikan dapat dilihat pada Tabel 4.20 Dengan melakukan tindakan perbaikan secara terus menerus sesuai dengan prioritas yang telah dusulkan maka, pada tahun-tahun mendatang diharapkan terdapat peningkatan kualitas mendekati zero defect. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 4.20. Usulan Rencana Perbaikan RPN Faktor Potential root cause Rencana Perbaikan 180 Manusia Kurangnya disiplin dan konsentrasi dalam bekerja.  Memberikan training kepada operator untuk memperbaiki hasil kerja  Memberi peringatan dan pengarahan kepada operator agar lebih disiplin dan teliti dalam menjalankan proses produksi Setting mesin kurang diperhatikan. Mengontrol setting mesin sebelum proses produksi berlangsung. 96 Mesin Perawatan mesin kurang diperhatikan Merencanakan jadwal perawatan mesin dengan baik 72 Material Kualitas material awal yang tidak bagus Pengecekan kualitas awal material diperketat sebelum dilakukan proses produksi.  Prosedur kerja kurang dipahami Diadakan pelatihan tentang prosedur kerja yang tepat 36 Methode  Sistem inspeksi kurang diperhatikan Membuat jadwal inspeksi secara intensif

4.5 Control Pengendalian

Control merupakan langkah operasional yang terakhir dalam program peningkatan kualitas six sigma. Pada tahap ini dibuat suatu mekanisme sistem kontrol proses baik itu mengontrol standar spesifikasi maupun untuk mengontrol instruksi kerja sehingga setiap proses dapat dikendalikan, cacat yang terjadi dapat direduksi dan target dari peningkatan kualitas sisx sigma dapat tercapai. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang menyebabkab terjadinya defect pada proses pembuatan produk Sepatu Boot yaitu: a. Kurangnya disiplin dan konsentrasi dalam bekerja. b. Setting mesin dan perawatan kurang diperhatikan. c. Kualitas material awal yang tidak bagus d. Metode prosedur kerja yang kurang difahami oleh operator. 2. Kualitas produk Sepatu Boot dari bulan April – September 2011 berdasarkan nilai sigma adalah dengan memiliki tingkat DPMO sebanyak 13.640 dan level sigma sebesar 3,707 dari total pemeriksaan sebanyak 4.060 pasang dan defect sebanyak 277 pasang. Dari data diatas maka dapat di simpulkan bahwa DPMO Defect per million opportunities dari total pemeriksaan sebanyak 4.060 pasang sepatu dan didapat defect kecacatan sebanyak 277 pasang adalah sebesar 13.640 atau setara dengan 1,36 dengan level sigma sebesar 3,707 maka pelitian ini mandapatkan hasil dengan penurunan kecacatan dapat dilihat dari DPMO nya dan mendapatkan peningkatan pada level sigmanya yang menjadi 3,707. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.