Metode Montessori Kajian Pustaka

14 terdiri dari 26 buah huruf, yaitu a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z. Huruf dibedakan menjadi huruf vokal yang terdiri dari huruf a, i, u, e, o dan huruf konsonan terdiri dari b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, dan z. Peneliti menggunakan huruf kecil dalam pembuatan papan huruf dan kartu huruf, karena untuk siswa kelas I yang masih pemula huruf yang lebih mudah diajarkan ke siswa adalah huruf kecil. Peneliti membedakan huruf vokal dan huruf konsonan dengan menggunakan warna, warna biru digunakan untuk huruf vokal sedangkan warna merah untuk huruf konsonan.

3. Metode Montessori

Sub bab ini menguraikan prinsip pendidikan Montessori dan membaca dan menulis dalam Montessori. a. Prinsip Pendidikan Montessori Montessori mendefinisikan pendidikan sebagai sebuah proses dinamis dimana anak-anak berkembang menurut ketentuan dari kehidupan mereka. Montessori meransang anak menuju aktivitas-diri untuk melakukan kegiatan- kegiatan yang mendukung pertumbuhan, yang mengantar kepada perkembangan lebih lanjut dan kemandirian yang lebih besar. Kemandirian yang didasarkan pada kebebasan untuk menjadi aktif, merupakan ketekunan dalam mengerjakan tugas dengan benar. Montessori menyiapkan bahan-bahan pembelajaran yang bersifat mongereksi diri yang digunakan untuk melatih dan mengembangkan indra-indra dan pemikiran anak untuk mencapai kemandirian Gutek, 2013: 75-76. Sekolah Montessori merupakan sebuah lingkungan yang disiapkan untuk anak agar mampu berkembang secara bebas dalam kegiatan pembelajaran yang 15 bersifat mengoreksi diri, melatih dan mengembangkan indra-indra dan pemikiran mereka dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam Montessori tentang “kebebasan dari para murid dalam manifestasi spontan mereka dan kebebasan dalam beraktivitas”. Aktivitas anak dipandu oleh seorang direktris, dimana direktris tersebut memiliki peran sebagai pemandu proses pembelajaran anak tanpa melakukan campur tangan Gutek, 2013: 76-77. Menurut Lillard 2005: 29-33 metode Montessori memiliki delapan prinsip dalam pendidikannya, yaitu 1 Keleluasaan dalam beraktivitas. Anak- anak bebas untuk berpindah tempat guna mengerjakan tugas mereka 2 Kebebasan dalam memilih apa yang akan dipelajari. Anak diberi kebebasan dalam memilih sendiri apa yang mau dipelajari, seberapa lama akan beraktivitas, dan dengan siapa akan bekerja 3 Pentingnya minat. Montessori menyadari pentingnya mengembangan minat, maka materi dirancang untuk membuat anak- anak ingin ikut berinteraksi 4 Pentingnya motivasi intrinsik dengan menghapus hadiah dan hukuman. Penghargaan dan penghukuman tidak dikenal dalam kelas Montessori. Jika anak diberi perhatian yang cukup, anak akan bekerja secara serius dengan cara mereka sendiri 5 Belajar bersama dengan teman sebaya. Anak-anak dapat menemukan pemecahan masalah dalam berbagai hal, mendapat pengetahuan yang lebih banyak tentang kerja sama, meningkatkan motivasi dan kemampuan belajar anak 6 Belajar sesuai konteks. Pembelajaran di kelas Montessori secara keseluruhan dilakukan melaui praktek. Proses belajar anak- anak disituasikan dalam konteks aksi dan objek 7 Pentingnya gaya interaksi guru terhadap anak. Montessori memandang bahwa guru adalah cermin bagi 16 anak-anak dalam gaya interaksi soaial, dan 8 Pentingnya keteraturan dan kerapian lingkungan belajar. Ruangan kelas dibuat secara teratur dan tertata rapi baik secara jasmani dalam hal tata ruang maupun secara konseptual dalam hal bagaimana penggunaan materi-materi yang berkembang. b. Membaca dan Menulis dalam Montessori Pembelajaran bahasa berlangsung dalam kegiatan dengan bunyi-bunyi dan huruf-huruf. Huruf-huruf dibuat dari kertas ampelas, kemudian anak-anak dapat meraba dan membunyikan hurufnya Gutek, 2013: 86. Anak akan dilatih dengan meraba huruf-huruf dengan jari-jari mereka, supaya melatih mekanis jalur-jalur psikomotorik dan memori otot. Selain itu, anak diajarkan tidak hanya meraba huruf dengan jari telunjuk, tetapi dengan menggunakan dua jari, yaitu jari telunjuk dan jari tengah. Kemudian anak diajarkan meraba huruf dengan menggunakan tongkat kayu yang dipegang sebagaimana sebuah pena dalam menulis Gutek, 2013: 307. Huruf-huruf yang digunakan akan dibedakan berdasarkan warna, warna merah untuk huruf konsonan dan warna biru untuk huruf vokal. Anak diajak untuk meraba huruf-huruf vokal dengan gaya dalam menulis. Huruf-huruf vokal tersebut disusun berdasarkan analogi bentuknya. Anak menyebutkan huruf konsonan dengan menunjuk kartu huruf. Anak diajarkan membaca dengan cara mengucapkan nama benda- benda, kemudian mengambil kartu huruf, misalnya “a- ayam” ambil huruf a dan letakkan pada tempatnya Gutek, 2013: 308-309. 17 Membaca memerlukan kemampuan intelektual yang lebih tinggi karena menuntut kemampuan interpretasi atas tanda-tanda tulis atau atas perbedaan suara untuk mengerti orang yang berbicara. Dalam menulis anak cukup menerjemahkan suara menjadi tanda-tanda tulis dan menggerakkan tangannya untuk menulis. Montessori, 2002:246-270 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip pendidikan Montessori menekankan pada kebebasan, kemandirian, melatih indra-indra, dan pemikiran anak dengan menggunakan prinsip-prinsip dalam Montesori. Membaca dan menulis dalam Montessori melatih anak berlatih menggunakan huruf-huruf untuk diraba dan diucapkan bunyi hurufnya. Peneliti mengembangkan alat peraga yang akan membantu anak-anak yang kesulitan membaca dan menulis huruf. Huruf-huruf yang digunakan dapat diraba yang berfungsi untuk latihan menulis dan ditambahkan dengan benda-benda mainan alfabet untuk latihan membaca huruf. Alat peraga yang dikembangkan dapat membantu siswa melatih indra-indra seperti penglihatan, pendengaran, dan perasa.

4. Perkembangan Anak