D.   Pembahasan
Berdasarkan  hasil  penelitian  yang  telah  dipaparkan,  maka  diperoleh kesimpulan bahwa tidak semua wanita konsumtif pada semua dari bagian wilayah
konsumsi.  Wilayah  konsumsi  yang  paling  besar  jumlahnya  adalah  pertama konsumsi  tersier,  konsumsi  sekunder,  dan  ketiga  konsumsi  primer.  Berdasarkan
kriteria  konsumtivisme  yaitu,  1  mengkonsumsi  barang  karena  keinginan mendadak  atau  sesaat,  2  mengkonsumsi  barang  hanya  karena  rasa  senang  atau
tertarik,  3  mengkonsumsi  barang  demi  gengsi  karena  bermerek  dan  mahal,  4 mengkonsumsi  barang  demi  menjaga  penampilan  dengan  mengikuti  mode,  dan
5  mengkonsumsi  barang  lebih  dari  4x  dalam  1  bulan,    diperoleh  hasil  sebagai berikut:
Pada  konsumsi  tersier  kebanyakan  responden  konsumtivisme  pada gadget  dan  mencari  kesenangan  di  mal.  Gadget  yang  paling  banyak  digunakan
adalah  smartphone dengan merek Blackberry sebanyak 26 atau 39 dan laptop 31  atau  38.  Berdasarkan  kriteria  konsumtivisme,  responden  menggunakan
Blackberry  dan  laptop  karena  mengikuti  mode  yang  banyak  orang  memakainya. Tak  dapat  dipungkiri,  harga  Blackberry  dan  laptop  sangat  mahal,  yaitu  diantara
Rp  1,5  juta  –  Rp  8  juta.  Hal  tersebut  menunjukkan  bahwa  responden  dapat mencari  identitas  dirinya  melalui  gadget  yang  dipakai.  Responden  memiliki  rasa
gengsi  terhadap  orang  lain,  sehingga  mereka  ikut-ikutan  orang  lain  memiliki Blackberry,  karena  banyak  orang  yang  pakai.  Dengan  demikian,  mereka  dapat
menemukan identitas dirinya yang sama dengan orang lain diusianya.
Kemudian,  kebanyakan  responden  mencari  kesenangan  dengan  pergi ke  mal  sebanyak  30  orang  atau  100.  Mereka  pergi  ke  mal  untuk  jalan-jalan
dan  belanja.  Ketika  melihat  diskon  di  mal,  kebanyakan  responden  tertarik  untuk melihat-lihat. Hal ini sesuai dengan teori yang dipakai oleh peneliti, bahwa wanita
lebih mudah terpengaruh dengan sifat  yang verbal baik dengan kata-kata maupun tulisan,  dan  mudah  terbujuk  rayuan  iklan.  Oleh  karena  itu,  ketika  melihat  tulisan
diskon di mal, wanita langsung tertarik bahkan langsung membelinya. Pada  konsumsi  sekunder,  kebanyakan  responden  konsumtivisme  dan
beli  barang  bermerek  pada  baju,  celana,  pakaian  dalam,  sepatu,  sandal,  tas, kosmetik wajah, kosmetik rambut dan tubuh. Berdasarkan kriteria konsumtivisme,
responden  mengkonsumsi  barang-barang  tersebut  karena  untuk  menunjang penampilan  dengan  mengikuti  mode,  demi  rasa  gengsi  karena  bermerek  dan
mahal  ,  karena  tertarik  dengan  bentuknya,  dan  membeli  berdasarkan  keinginan mendadak  atau  sesaat.  Merek-merek  yang  digunakan  mereka  adalah  merek  yang
terkenal,  seperti  Logo,  Nevada,  Elizabeth,  Executive,  Connexion,  Charles Keith,  Details,  Donatello,  Sari  Ayu,  Maybelline,  dan  lain-lain.  Rata-rata  harga
barang-barang  dengan  merek  tersebut  bekisar  antara  Rp  50.000,00  –  Rp 500.000,00.  Kemudian,  jumlah  barang  yang  dimiliki  rata-  rata  lebih  dari  5 buah.
Hal  tersebut  menunjukkan  bahwa  responden  pada  penelitian  ini  sesuai  dengan teori yang dipakai oleh peneliti, yaitu wanita lebih konsumtif karena wanita lebih
mengutamakan perasaannya ketika membeli, ingin selalu tampil cantik, dan lebih menarik  dari  orang  lain.  Oleh  karena  itu,  wanita  rela  membeli  barang  bermerek
dengan  model  yang  bagus  dan  harga  yang  mahal  agar  menunjang  dalam
penampilannya,  sehingga  secara  tidak  langsung  orang  lain  tahu  identitas  dirinya dari produk-produk yang digunakan.
Pada  konsumsi  primer,  kebanyakan  responden  konsumtivisme  pada fast  food  26  atau  86,7,  ngemil  24  atau  80,  dan  es  krim  27  atau  90.
Berdasarkan  kriteria  konsumtivisme, responden mengkonsumsi makanan tersebut 4  kali  dalam  1  bulan  fast  food  dan  es  krim,  dan  30  hari  atau  setiap  hari  untuk
mengemil.  Responden  juga  membeli  makanan  tersebut  karena  keinginan  sesaat atau mendadak. Harga untuk makanan tersebut juga cukup mahal, yaitu antara Rp
10.000,00  –  Rp  50.000,00.  Tempat  untuk  mengkonsumsi  makanan  tersebut  juga dapat  dikatakan  tempat  yang  mahal,  seperti  KFC,  Mc.Donald,  Pizza  Hut,
Breadtalk,  J.CO,  dan  supermarket.  Hal  tersebut  menunjukkan  bahwa  dalam mengkonsumsi  kebutuhan  primer,  responden  tidak  lagi  mempertimbangkan
komponen  kognitif  melainkan  komponen  afektif  yang  lebih  berperan  dalam membeli. Oleh karena itu, responden membeli karena mengikuti keinginan hasrat
sesaat, sehingga membeli secara mendadak dengan  harga  yang  cukup mahal, dan dilakukan secara berlebihan dan terus-menerus.
Dalam  penelitian  ini,  ternyata  sebanyak  11  orang  dari  30  subjek menyatakan  bahwa  dirinya  konsumtif.  Kebanyakan  dari  mereka  konsumtif  pada
konsumsi  sekunder  yaitu,  pakaian,  tas,  sepatu,  dan  aksesoris.  Alasannya  karena untuk  menunjang  penampilan  mereka.  Hal  ini  sesuai  dengan  teori  yang  diulas
pada  penelitian  ini,  yaitu  bahwa  wanita  ingin  tampil  cantik,  menarik,  dan  selalu memperhatikan  penampilannya.  Dengan  demikian,  mereka  dapat  menemukan
identitas dirinya melalui produk-produk yang digunakan.
Penelitian  ini  juga  didukung  oleh  adanya  hasil  data  perbandingan mengenai  uang  saku  atau  pendapatan  dalam  1  bulan  dengan  uang  pengeluaran
dalam  1  bulan.  Paling  banyak  responden  memiliki  uang  saku  dalam  1  bulan sebesar  Rp  1.000.000,00  –  Rp  3.000.000,00,  kemudian  Rp  500.000,00  –  Rp
1.000.000,00, dan yang terakhir lebih dari Rp 3.000.000,00. Dalam pengeluaran 1 bulan,  semua  responden  menghabiskan  uang  sakunya  dalam  1  bulan  tersebut.
Sebanyak 10 orang 33,3 menghabiskan uang saku antara Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00, 17 orang 56,7 menghabiskan uang saku antara Rp 1.000.000,00
–  Rp  3.000.000,00,  dan  3  orang  10  menghabiskan  uang  saku  lebih  dari  Rp 3.000.000,00. Ketiga subjek dengan uang saku di atas Rp 3.000.000,00 terdiri dari
2  orang  pekerja  dan  1  orang  mahasiswi.  Kedua  pekerja  tersebut  menggunakan uang  pendapatannya  untuk  memenuhi  kebutuhan,  tanpa  adanya  tambahan  uang
saku dari orang tua. Pengeluaran mereka dalam 1 bulan rata-rata Rp 3.000.000,00, sisanya  ditabung  untuk  belanja  dan  untuk  persiapan  masa  depan.  Kemudian,  1
mahasiswi  yang memiliki uang saku di atas Rp 3.000.000,00. Mahasiswi tersebut selalu  menghabiskan  uang  sakunya  dalam  1  bulan.  Responden  yang  lainnya,
hampir  seluruh  responden  menghabiskan  uang  sakunya  dalam  1  bulan.  Hal  ini menunjukkan  bahwa  hampir  semua  responden  boros,  menghabiskan  uang  saku
dalam 1 bulan untuk membeli barang-barang yang dikonsumsinya.
56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN