56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian survei tentang konsumtivisme pada wanita dewasa awal terkait tiga wilayah konsumsi primer, sekunder, dan tersier,
sebanyak 11 orang dari 30 subjek menyatakan bahwa dirinya adalah konsumtif. Wilayah konsumsi yang paling banyak dikonsumsi oleh mereka adalah konsumsi
sekunder, yaitu pakaian, sepatu, tas, dan aksesoris. Mereka konsumtif pada barang-barang tersebut karena untuk menunjang penampilan mereka. Kemudian,
berdasarkan 5 kriteria konsumtivisme, wanita dewasa awal dengan rentang usia 20-24 tahun hanya konsumtif pada beberapa bagian tertentu dari tiga wilayah
konsumsi. Mereka konsumtif pada wilayah konsumsi sebagai berikut: 1. Konsumsi tersier
1. Gadget yang paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah smartphone Blackberry dan laptop. Alasan responden banyak yang mengkonsumsi
gadget tersebut karena kualitasnya bagus, merek yang mahal, dan jumlah gadget yang dimiliki paling banyak 3 aitem.
2. Pencarian kesenangan, tempat yang paling banyak dikunjungi responden adalah mal. Semua responden suka ke mal karena untuk jalan-jalan dan
belanja. Rata-rata pengeluaran responden ketika berada di mal antara Rp 50.000,00 - Rp 150.000,00.
2. Konsumsi sekunder Konsumsi sekunder yang paling banyak dikonsumsi responden adalah
baju, celana, pakaian dalam, sepatu, sandal, tas, aksesoris, kosmetik wajah, kosmetik rambut dan tubuh bermerek. Merek-merek tersebut seperti Nevada,
Forever 21, Logo, Zara, Wacoal, Pierre Cardin, Donatello, CharlesKeith, Young’s Heart, Elizabeth, dan lain-lain. Responden mengkonsumsi tersebut
dengan alasan untuk menunjang penampilan dengan mengikuti mode yang sedang trend. Harga barang-barang tersebut berkisar antara Rp 50.000,00 - Rp
500.000,00. Jumlah barang yang dimiliki kebanyakan antara 5-10 aitem lebih. 3. Konsumsi primer
Konsumsi primer yang paling banyak dikonsumsi adalah fast food, cemilan, dan es krim. Responden mengkonsumsi makanan tersebut karena rasa
senang dan tertarik. Merek-merek makanan tersebut adalah KFC, Mc.Donald, Pizza Hut, Mr.Burger, Hokka-Hokka Bento, Breadtalk, Dunkin Donut, J.CO,
Mr.Pancake, supermarket, Wall’s, Campina, Baskin and Robbins, Haagen Dazs, dan Cold Stone. Harga makanan tersebut berkisar antara Rp 10.000,00 -
Rp 50.000,00. Frekuensi responden mengonsumsi makanan fast food dan es krim dalam 1 bulan sebanyak 4 kali, sedangkan responden mengonsumsi
cemilan dalam 1 hari sebanyak 1 kali. Selain itu, konsumtivisme dapat ditunjukkan dari jumlah uang
pemasukan dan uang pengeluaran responden dalam 1 bulan. Dari hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa hampir rata-rata responden menghabiskan
uang sakunya dalam 1 bulan untuk membeli barang-barang yang dikonsumsi,
seperti uang saku di atas Rp 3.000.000,00 sama besarnya dengan uang pengeluaran yaitu sebesar 10, dan uang saku di antara Rp 1.000.000,00-Rp
3.000.000,00 sebesar 56,7, dengan jumlah uang yang sama, pengeluarannya sebesar 46,7, sehingga mereka dapat dikatakan sangat boros.
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan di atas dapat dilihat dari keterbatasan dalam penelitian. Pertama, kurang ketatnya penerapan kriteria
konsumtivisme, yaitu tidak mencakup seluruh kriteria melainkan sekurang- kurangnya 2 dari 5 kriteria konsumtivisme untuk menentukan kekonsumtifan
subjek. Kedua, dalam pemilihan metode sampling subjek, metode yang digunakan peneliti yaitu tekhnik sampel bola salju kurang menggambarkan konsumtivisme
subjek secara detail, karena hanya berdasarkan lingkaran teman dan sahabat peneliti. Hal ini bisa menimbulkan bias ke arah tertentu.
B. Saran