Analisa Hukum Kasus Penggunaan Narkotika

dalam putusan pengadilan, berikut ini penulis sajikan data tentang putusan pengadilan terhadap anak yang menyalahgunakan narkotika tabel 1 berikut : Tabel 1 Jenis Sanksi Pidana yang Dijatuhkan Hakim Pengadilan Negeri Surabaya Kepada Anak yang Menyalahgunakan Narkotika Tahun 2009. No Nomor Putusan Pasal Yang Dilanggar Usia Pelaku Jenis Sanksi 1. No.2273pid.B2009PN.Sby 78 2 UU2297 17 Th Pidana penjara dan denda 2. No.3074Pid.B2009PN.Sby 78 2 UU2297 16 Th Pidana Penjara dan denda 3. No.3210Pid.B2009PN.Sby 78 1 UU2297 16 Th Pidana penjara dan denda 4. No.2308Pid.B2009PN.Sby 78 2 UU2297 17 Th Pidana penjara dan denda Sumber : Biodata Pengadilan Negeri Surabaya, 2009 - diolah Penyajian data tentang putusan pengadilan terhadap anak yang menyalahgunakan narkotika dimaksudkan untuk memberikan penjelasan tentang penerapan sanksi pidana terhadap anak yang menyalahgunakan narkotika. Data tentang putusan pengadilan terhadap anak yang menyalahgunakan narkotika penting untuk melihat sejauh mana anak diberi alternatif pidana manakala ia melakukan penyalahgunaan narkotika. dalam penelitian ini dianut pandangan, bahwa anak yang menyalahgunakan narkotika tidak dapat dilihat semata-mata sebagai pelaku saja, tetapi juga dilihat sebagai korban. Sebagaimana dipaparkan dalam tabel 1 bahwa kecenderungan Hakim yang selalu menjatuhkan pidana penjara kepada anak tersebut bersifat ironis, mengingat dalam instrument internasional justru ada keharusan bagi hakim untuk sejauh mungkin menghindarkan anak dari pidana penjara, bahkan anak harus dijauhkan dari penerapan hukum pidana pada umunnya. Berdasarkan tabel 1 tersebut di atas terlihat, bahwa dari 4 empat putusan Pengadilan Negeri Surabaya yang mengadili perkara anak yang menyalahgunakan narkotika semuanya menjatuhkan pidana penjara. Berdasarkan dari hasil studi penelitian di Pengadilan Negeri Surabaya, sebagaimana di paparkan dalam tabel 2 bahwa kecenderungan Hakim dalam menjatuhkan putusan selalu menjatuhkan pidana penjara dan denda kepada anak. padahal salah satu hak yang harus dilindungi untuk anak-anak adalah perlindungan hukum yang layak bagi mereka dan juga berhak untuk tidak dirampas kemerdekaannya untuk tumbuh kembang, dalam kasus ini anak sebagai korban dari penyalahgunaan narkotika. Jadi, dengan penerapan hukum pidana yang demikian, maka tersimpul bahwa pada tahap penerapan hukum pidana aparat penegak hukum khususnya hakim, bersifat sangat represif. Alternatif yang ditawarkan oleh undang-undang tidak pernah digunakan oleh hakim. Padahal, mestinya penjatuhan pidana penjara kepada anak justru dilakukan ketika tidak ada alternatif yang lain. Menurut hemat penulis secara umum dapat dikatakan, bahwa putusan hakim dalam menjatuhkan pidana penjara terhadap anak, justru akan berdampak negatif terhadap proses penanggulangan kejahatan itu sendiri dan tidak akan menbawa manfaat bagi terpidana anak. Kecenderungan menjatuhkan pidana penjara kepada pelaku anak yang menyalahgunakan narkotika dengan demikian juga bermakna diabaikannya kepentingan anak sebagai korban. Kecenderungan hakim yang selalu menjatuhkan pidana penjara kepada anak dapat dipersoalkan karena beberapa hal berikut ini : Pidana, termasuk didalamnya pidana penjara pada dasarnya hanyalah sebuah alat, yaitu alat untuk mencapai tujuan pemidanaan pada umumnya tujuan pemidanaan terdiri dari upaya untuk melindungi masyarakat disatu sisi dan melindungi individu pelaku disisi yang lain. 17 Apabila penggunaan alat itu tidak sesuai dengan memenuhi tujuan yang ditentukan, maka tidak ada alasan untuk tetap menggunakan alat itu dan tidak ada jaminan apabila pelaku tindak pidana pada akhirnya dijatuhi pidana penjara maka dengan sendirinya ia akan menjadi anggota masyarakat yang baik dan taat pada hukum. Justru yang sering diketahui adalah, bahwa pidana penjara membawa dampak negatif yang sangat merugikan bagi terpidana, khususnya terpidana anak karena masa anak-anak merupakan masa mencari jati diri, sehingga segala tindakan yang dilakukannya tidak pernah difikirkan matang-matang. 17 Kusno Adi, Diversi Sebagai Upaya Alternatif Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Oleh Anak, Umm, Malang, 2009. hal.118 Tabel 2 Dasar Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Surabaya dalam Penjatuhan Putusan Pidana Penjara Kepada Anak Yang Menyalahgunakan Narkotika Tahun 2009 No Nomor Putusan Pasal yang Dilanggar Usia Pelaku Jenis Sanksi Pertimbangan Hakim 1. 2273Pid.B2009 PN.Sby 78 2 UU2297 17 Th Pidana penjara dan denda Yang Memberatkan: - Perbuatannya meresahkan masyarakat Yang Meringankan: - Mengaku terus terang - Sopan dipengadilan - Masih muda 2. 2308Pid.B2009 PN.Sby 78 2 UU2297 17 Th Pidana penjara dan denda Yang Memberatkan : - Perbuatannya merusak kegenerasi bangsa Yang Meringankan: - Belum pernah dihukum - Masih aktif sebagai siswa SMUN 3. 3074Pid.B2009 PN.Sby 78 1 UU2297 16 Th Pidana penjara dan denda Yang Memberatkan : - Perbuatan terdakwa merusak moral dan generasi bangsa Yang Meringankan: - Sopan dalam persidangan - Masih Muda 4. 3210Pid.B2009 PN.Sby 78 2 UU2297 16 Th Pidana penjara dan denda Yang Memberatkan : - Perbuatannya terdakwa tidak mendukung program pemerintah dalam memberantas nsrkotika. Yang Meringankan : - Mengaku terus terang perbuatannya. - Terdakwa belum pernah dihukum. - Terdakwa menyesali perbuatannya. - Terdakwa masih anak- anak. - Masih aktif sebagai siswa SMK Sumber : Biodata Pengadilan Negeri Surabaya, 2009 - diolah Berdasarkan tabel 2 tersebut di atas semua pelaku dijatuhi pidana penjara. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dengan mengacu pada dasar pertimbangan, hakim mengacu pada pertimbangan yang memberatkan dari pada pertimbangan yang meringankan. Secara umum dasar pertimbangan hakim yang digunakan untuk menjatuhkan beratnya pidana penjara kepada anak yang menyalahgunakan narkotika adalah : a. Pertimbangan yang memberatkan : 1. Perbuatan terdakwa dianggap meresahkan masyarakat 2. Perbuatan terdakwa merusak mental bangsa 3. Perbuatan terdakwa merusak generasi bangsa 4. Perbuatan terdakwa merusak moral dan kesehatan bangsa b. Pertimbangan yang bersifat meringankan: 1. Terdakwa mengaku terus terang 2. Terdakwa belum pernah dihukum 3. Terdakwa masih muda 4. Terdakwa sopan dipersidangan 5. Terdakwa masih berstatus sebagai siswa

BAB III DAMPAK NEGATIF DAN POSITIF PENERAPAN SANKSI TERHADAP

ANAK PENGGUNA NARKOTIKA

1. Dampak negatif Pidana Penjara Terhadap Perkembangan Jiwa Anak

Setiap keadaan dan situasi berpengaruh terhadap diri manusia, begitu juga anak-anak yang menjalani pidana. Sesuai dengan kondisi jiwanya, anak sangat mudah dipengaruhi berbagai situasi. Anak yang menjalani pidana,menjalani perubahan lingkungan. Ruang lingkup bergerak tidak terbatas serta hidup dalam lingkungan yang terdiri dari keluarga, masyarakat serta kasih sayang yang didapatnya. Situasi demikian akan mempengaruhi jiwa anak. Pidana mempengaruhi perkembangan jiwa anak sampai mereka dewasa. Hambatan yang paling menonjol adalah proses mengidentifikasikan diri anak didik. Mereka lebih terbuka kepada sesama narapidana. Pemidanaan membawa pengaruh yang tidak baik terhadap anak didik. Pemidanaan hanya bersifat memperbaiki pribadi anak dan membuat mereka tidak mampu melakukan kejahatan-kejahatan yang lain. Selama menjalani pidana, jiwa anak didik tertekan karena : 1. Narapidana selama dipidana, kehilangan percaya diri, identitas diri, akibat peraturan dan tata cara kehidupan di Lembaga Permasyarakatan Anak. 2. Narapidana selama menjalani pidana, selalu dalam pengawasan petugas, merasa tidak aman, merasa selalu dicurigai, dan selalu tidak dapat berbuat sesuatu atau bertindak, karena takut kalau tindakannya salah, dapat mengakibatkan dirinnya dihukum atau diberi sanksi. Pengawasan yang dilakukan setiap saat, narapidana menjadi ragu dalam bertindak, merasa kurang percaya diri, salah tingkah, tidak mampu mengambil keputusan secara baik. Situasi demikian dapat mengakibatkan narapidana melakukan tindak kompensasi demi stabilitas jiwanya, padahal tidak tidak setiap konpensasi berdampak positif. Rasa tidak aman didalam Lembaga Pemasyarakatan Anak, tetap terbawa sampai keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Anak, hilang jika mampu beradaptasi dengan masyarakat. 3. Kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan membaca surat kabar secara bebas, dan melakukan hobi menjadi hilang. Keadaan demikian menyebabkan jiwa narapidana menjadi tertekan, menyebabkan narapidana anak menjadi 39 pemurung, malas, mudah marah, dan tidak bergairah terhadap program- program pembinaan bagi diri sendiri. 4. Kebebasan untuk berkomunikasi terhadap siapapun juga dibatasi, narapidana tidak bebas untuk berkomunikasi dengan relasinya. Keterbatasan ini disebabkan karena setiap pertemuan dengan relasinya dan keluarganya waktunya sangat terbatas. Bagitu juga halnya dengan surat-surat yang harus disensor lebih dahulu. 5. Narapidana merasa kehilangan pelayanan, karena narapidana harus mampu mengurus dirinya sendiri, mencuci pakaian, menyapu ruangan, mengatur tempat tidurnya sendiri. Begitu juga mengenai menu makanan, semua telah diatur oleh petugas Pemasyarakatan Anak. hilangnya pelayanan, menyebabkan narapidana kehilangan kasih sayang yang biasanya diperoleh dalam keluarganya. Hal ini menyebabkan narapidana anak menjadi garang, cepat marah sebagai kompensasi jiwanya. 6. Akibat perampasan kemerdekaan, narapidana menjadi kehilangan rasa percaya diri, yang menggangu program pembinaan, kreatifitas narapidana tidak dapat tersalurkan dengan sempurna. Rasa percaya diri sangat penting dalam membina narapidana, kepercayaan dirinya dapat dicapai jika narapidana telah mengenal dirinya sendiri. 7. Selama menjalani pidana, terampas kreatifitasnya, ide-idenya, gagasan- gagasannya, imajinasinya bahkan juga impian, dan cita-citanya. 18 Selain itu penerapan sanksi terhadap anak juga akan menimbulkan berbagai kerugian, yang menurut Made Sadhi Astuti : a. Anak menjadi lebih ahli tentang kejahatan; b. Anak diberi cap jahat oleh masyarakat yang disebut Stigma; c. Masyarakat menolak kehadiran mantan narapidana anak; d. Masa depan anak menjadi suram 19 Merujuk hasil penelitian Made Sadhi Astuti tersebut diatas dapat tersimpul, bahwa dampak negatif penerapan sanksi bagi anak dapat menimbulkan stigmatisasi pemberian label atau cap jahat, dehumanisasi masyarakat menolak 18 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pdana Anak Di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2008. h.145 19 Kusno Adi, Diversi Sebagai Upaya Alternatif Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika oleh Anak, UMM Press, Malang, 2009.h. 126 dikutip dari Made Sadhi Astuti, Pemidanaan Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana, IKIP Malang, 1997. h.117 kehadirannya yang mengakibatkan mantan napi anak akan merasa menjadi sampah masyarakat sehingga menjadi frustasi yang pada akhirnya ia akan kembali lagi menjalani kehidupan buruknya bahkan mungkin saja kebiasaan buruknya akan lebih parah dari sebelumnya yang pada akhirnya akan melahirkan penjahat yang lebih ahli. Dampak negatif penerapan pidana terhadap anak mempunyai pengaruh terhadap pembinaan anak, yakni : a. Dehumanisasi Salah satu dampak negatif akibat penerapan sanksi bagi anak adalah terjadinya dehumanisasi, yaitu proses pengasingan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap mantan narapidana anak. Dehumanisasi dapat terjadi dalam berbagai bentuk, misalnya sikap sinis terhadap mantan narapidana anak, sikap penolakan terhadap kehadian mantan narapidana anak baik secara langsung maupun secara tidak langsung, pengejekan, dan semua prilaku yang dapat menempatkan anak dalam keterasingan baik secara psikis maupun sosial. Dehumanisasi hakikatnya merupakan penolakan terhadap kehadiran seorang mantan narapidana baik secara psikis maupun secara sosiologis. Dengan demikian, dehumanisasi akan menempatkan mereka dalam keterasingan terhadap lingkungan sosialnya. b. Stigmatisasi Stigmatisasi pada dasarnya merupakan pemberian label atau cap jahat kepada mereka yang pernah mengalami penerapan pidana khususnya penerapan pidana perampasan kemerdekaan. Dalam konteks masyarakat, stigmatisasi tidak dapat dihindarkan, mengingat kultur masyarakat yang tidak begitu bersahabat dengan mantan narapidana. Orang yang terlanjur mendapat stigma oleh masyarakat sebagai penjahat, akan selalu dipandang sebagai penjahat, sekalipun ia sudah keluar dari lembaga. Stigmatisasi oleh masyarakat justru seringkali menjadi social punishment yang jauh lebih berat ketimbang pidana yang diberikan oleh lembaga pengadilan, sebab stigmatisasi biasanya berlangsung dalam waktu yang lama, bahkan seumur hidupnya. 20

2. Dampak positif dari penerapan sanksi pidana penjara anak.

Dampak positif dari penerapan sanksi ini anak akan mendapatkan pendidikan, bimbingan dan pembinaan dari petugas LAPAS yang diharapkan agar menjadi anak 20 Ibid.h.131