kehadirannya yang mengakibatkan mantan napi anak akan merasa menjadi sampah masyarakat sehingga menjadi frustasi yang pada akhirnya ia akan
kembali lagi menjalani kehidupan buruknya bahkan mungkin saja kebiasaan buruknya akan lebih parah dari sebelumnya yang pada akhirnya akan melahirkan
penjahat yang lebih ahli. Dampak negatif penerapan pidana terhadap anak mempunyai pengaruh
terhadap pembinaan anak, yakni : a.
Dehumanisasi Salah satu dampak negatif akibat penerapan sanksi bagi anak adalah terjadinya
dehumanisasi, yaitu proses pengasingan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap mantan narapidana anak. Dehumanisasi dapat terjadi dalam
berbagai bentuk, misalnya sikap sinis terhadap mantan narapidana anak, sikap penolakan terhadap kehadian mantan narapidana anak baik secara langsung
maupun secara tidak langsung, pengejekan, dan semua prilaku yang dapat menempatkan anak dalam keterasingan baik secara psikis maupun sosial.
Dehumanisasi hakikatnya merupakan penolakan terhadap kehadiran seorang mantan narapidana baik secara psikis maupun secara sosiologis. Dengan
demikian, dehumanisasi akan menempatkan mereka dalam keterasingan terhadap lingkungan sosialnya.
b. Stigmatisasi
Stigmatisasi pada dasarnya merupakan pemberian label atau cap jahat kepada mereka yang pernah mengalami penerapan pidana khususnya penerapan pidana
perampasan kemerdekaan. Dalam konteks masyarakat, stigmatisasi tidak dapat dihindarkan, mengingat kultur masyarakat yang tidak begitu bersahabat dengan
mantan narapidana. Orang yang terlanjur mendapat stigma oleh masyarakat sebagai penjahat, akan selalu dipandang sebagai penjahat, sekalipun ia sudah
keluar dari lembaga. Stigmatisasi oleh masyarakat justru seringkali menjadi social punishment yang jauh lebih berat ketimbang pidana yang diberikan oleh
lembaga pengadilan, sebab stigmatisasi biasanya berlangsung dalam waktu yang lama, bahkan seumur hidupnya.
20
2. Dampak positif dari penerapan sanksi pidana penjara anak.
Dampak positif dari penerapan sanksi ini anak akan mendapatkan pendidikan, bimbingan dan pembinaan dari petugas LAPAS yang diharapkan agar menjadi anak
20
Ibid.h.131
yang lebih baik lagi, dengan tujuan agar selepas keluar dari penjara nanti, anak tersebut akan menjadi warga yang baik dan berguna di masyarakat.
Adapun dampak positif yang didapatkan anak selama di dalam penjara yaitu anak akan mendapatkan jenis pembinaan yang baik dari petugas LAPAS antara lain:
1. Kepribadian :
a. Pembinaan Kesadaran Mental dan Spiritual
Usaha ini diperlukan agar dapat diteguhkan imannya terutama memberi pengertian agar narapidana anak tindak pidana narkotika dapat menyadari
akibat-akibat dari perbuatan-perbuatan yang salah. Dalam pelaksaan pembinaan ini, pihak LP bekerjasama dengan pihak Departemen Agama dan
pondok pesantren disekitar tempat LP itu berada untuk menerjunkan para anggotanya ikut serta dalam membina narapidana anak tindak pidana
narkotika. b.
Pembinaan olahraga dan seni Kegiatan olahraga seperti bola Volley, sepak bola, bulu tangkis, tenis meja,
seni musik. Hal ini dimaksudkan dengan maksud melatih kesehatan fisik dan meningkatkan kreativitas para narapidana anak tindak pidana narkotika
dengan bertujuan sebagai hiburan untuk menghilangkan rasa kejenuhan dan mungkin juga berguna bagi kehidupan setelah menjalani masa hukuman.
2. Pembinaan Kemandirian
Yang akan diberikan oleh petugas LP Lembaga Pemasyarakatan terhadap narapidana anak, antara lain :
a. Penjahitan;
b. Montir;
c. Pertukangan kayu;
d. Pertanian;
e. Las besi;
f. Keset;
g. Handycraft;
h. Seni ukir.
3. Realitas terpidana anak di LAPAS Klas II-A Blitar
Berdasarkan hasil wawancara bersama ibu Munawaroh, S.H selaku SUBAG TU di LAPAS Klas II-A Blitar menjelaskan Selama anak menjalani pidana penjara, secara
otomatis realitas kehidupannya tidak sebebas pada saat tinggal bersama keluarganya. Ada aturan-aturan yang diterapkan dan harus dipatuhi untuk terpidana
anak agar lebih mempermudah proses pembinaannya menjadi manusia yang lebih baik. pembinaan terpidana anak selama di dalam penjara telah diatur sesuai dengan
peraturan pembinaan anak yang mengacu pada Undang-undang No.12 Tahun 1995 tentang Permasyarakatan, Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Anak, Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan PP No.31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan serta Undang-Undang
No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. Adapun jadwal kegiatan untuk anak-anak Klas II-A Blitar yaitu sebagai berikut :