c. Lama pidana yang dijatuhkan
d. Jenis kejahatan
e. Kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan
mengubah status terpidana menjadi narapidana. Tahap kedua :
Apabila pembinaan narapidana anak sudah berjalan selama-lamanya 13 dari masa pidana yang sebenarnya dan sudah cukup ada kemajuan, yaitu dengan menunjukkan
keinsyafan, disiplin dan patuh pada tata tertib, maka narapidana yang bersangkutan diberikan kebebasan yang lebih banyak misalnya narapidana anak diperblehkan
membantu petugas Administrasi di kantor LP. Tahap ketiga :
Adapun pendidikan dan bimbingan yang diberikan dari tahap ke tahap tersebut meliputi pendidikan rohani, mental, pedidikan umum, pendidikan keterampilan dan
lain sebagainya. Tentu saja pelaksanaan pembinaan melalui tahap demi tahap tersebut tidak
dapat dilakukan sembarangan. Dalam Pasal 20 Undang-undang No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan mengatur bahwa pelaksanaan pembinaan terhadap anak
pelaku tindak pidana anak pidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak sebelumnya dilakukan penggolongan berdasarkan : umur, jenis kelamin, lamanya pidana yang
dijatuhkan, jenis kejahatan dan criteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan.
Dalam pelaksanaan pembinaan harus dperhatikan akan hak-hak dari anak pidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan, sebagai mana diatur dalam Pasal 14 jo,
Pasal 22 Undang-Undang No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, sebagai berikut :
1. Berhak melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya;
2. Berhak mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani;
3. Berhak mendapat pendidikan dan pengajaran;
4. Berhak mendapat pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;
5. Berhak menyampaikan keluhan;
6. Berhak mendapat bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang
tidak dilarang; 7.
Berhak menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya;
8. Berhak mendapatkan pengurangan masa pidana remisi;
9. Berhak mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi
keluarga; 10.
Berhak mendapatkan pembebasan bersyarat; 11.
Berhak mendapatkan cuti menjelang bebas, dan 12.
Berhak mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sistem Pemasyarakatan menitikberatkan pada usaha perawatan, pembinaan, pendidikan, dan bimbingan bagi warga binaan yang bertujuan untuk memulihkan
kesatuan hubungan yang asasi antara individu warga binaan dan masyarakat. Pelaksanaan pembinaan pemasyarakatan didasarkan atas prinsip-prinsip sistem
pemasyarakatan untuk merawat, membina, mendidik dan membimbing warga binaan dengan tujuan agar menjadi warga yang baik dan berguna.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1. Penerapan sanksi yang dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan Negeri Surabaya
terhadap anak pengguna narkotika berbeda dengan orang dewasa. Perhitungan pidana penjara dan denda yang dijatuhkan kepada anak adalah ½ dari
maksimum ancaman pidana bagi orang dewasa dan praktek peradilannya pun berbeda dengan orang dewasa.
2. Dampak negatif dari penerapan sanksi pidana penjara terhadap anak pengguna
narkotika adalah selama menjalani pidana, jiwa anak didik tertekan karena : a.
Narapidana selama dipidana, kehilangan percaya diri, identitas diri, akibat peraturan dan tata cara kehidupan di Lembaga Permasyarakatan Anak.
b. Narapidana selama menjalani pidana, selalu dalam pengawasan petugas,
merasa tidak aman, merasa selalu dicurigai, dan selalu tidak dapat berbuat sesuatu atau bertindak, karena takut kalau tindakannya salah, dapat
mengakibatkan dirinnya dihukum atau diberi sanksi. Pengawasan yang dilakukan setiap saat, narapidana menjadi ragu dalam bertindak, merasa
kurang percaya diri, salah tingkah, tidak mampu mengambil keputusan secara baik. Situasi demikian dapat mengakibatkan narapidana melakukan tindak
kompensasi demi stabilitas jiwanya, padahal tidak tidak setiap konpensasi berdampak positif. Rasa tidak aman didalam Lembaga Pemasyarakatan Anak,
50
tetap terbawa sampai keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Anak, hilang jika mampu beradaptasi dengan masyarakat.
c. Kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan membaca surat kabar secara bebas,
dan melakukan hobi menjadi hilang. Keadaan demikian menyebabkan jiwa narapidana menjadi tertekan, menyebabkan narapidana anak menjadi
pemurung, malas, mudah marah, dan tidak bergairah terhadap program- program pembinaan bagi diri sendiri.
d. Kebebasan untuk berkomunikasi terhadap siapapun juga dibatasi, narapidana
tidak bebas untuk berkomunikasi dengan relasinya. Keterbatasan ini disebabkan karena setiap pertemuan dengan relasinya dan keluarganya
waktunya sangat terbatas. Bagitu juga halnya dengan surat-surat yang harus disensor lebih dahulu.
e. Narapidana merasa kehilangan pelayanan, karena narapidana harus mampu
mengurus dirinya sendiri, mencuci pakaian, menyapu ruangan, mengatur tempat tidurnya sendiri. Begitu juga mengenai menu makanan, semua telah
diatur oleh petugas Pemasyarakatan Anak. hilangnya pelayanan, menyebabkan narapidana kehilangan kasih sayang yang biasanya diperoleh
dalam keluarganya. Hal ini menyebabkan narapidana anak menjadi garang, cepat marah sebagai kompensasi jiwanya.
f. Akibat perampasan kemerdekaan, narapidana menjadi kehilangan rasa
percaya diri, yang menggangu program pembinaan, kreatifitas narapidana tidak dapat tersalurkan dengan sempurna. Rasa percaya diri sangat penting
dalam membina narapidana, kepercayaan dirinya dapat dicapai jika narapidana telah mengenal dirinya sendiri.
g. Selama menjalani pidana, terampas kreatifitasnya, ide-idenya, gagasan-
gagasannya, imajinasinya bahkan juga impian, dan cita-citanya
Dampak positif dampak positif yang didapatkan anak selama di dalam penjara yaitu anak akan mendapatkan jenis pembinaan yang baik dari petugas LAPAS
antara lain: 1.
Kepribadian : a.
Pembinaan Kesadaran Mental dan Spiritual Usaha ini diperlukan agar dapat diteguhkan imannya terutama memberi
pengertian agar narapidana anak tindak pidana narkotika dapat menyadari akibat-akibat dari perbuatan-perbuatan yang salah. Dalam pelaksaan
pembinaan ini, pihak LP bekerjasama dengan pihak Departemen Agama dan pondok pesantren disekitar tempat LP itu berada untuk menerjunkan
para anggotanya ikut serta dalam membina narapidana anak tindak pidana narkotika.
b. Pembinaan olahraga dan seni
Kegiatan olahraga seperti bola Volley, sepak bola, bulu tangkis, tenis meja, seni musik. Hal ini dimaksudkan dengan maksud melatih kesehatan
fisik dan meningkatkan kreativitas para narapidana anak tindak pidana narkotika dengan bertujuan sebagai hiburan untuk menghilangkan rasa