Sel HeLa dan kanker leher rahim Kultur sel

14 kebutuhan nutrisi dan oksigen dari sel kanker Hanahan dan Weinberg cit Septisetyani, 2005. Di samping itu, sel kanker dapat mensekresikan aktivator plasminogen yang akan mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin. Plasminogen tersedia dalam jumlah besar pada serum normal. Plasmin yang terbentuk akan mengaktivasi enzim proteolitik yang akan membantu sel kanker menembus basal lamina, membran yang membatasi pertumbuhan sel kanker sehingga akan memfasilitasi sel kanker untuk menginvasi jaringan lain. Jika sel kanker mampu menembus pembuluh darah dan masuk ke dalam sistem peredaran darah, akan muncul kanker sekunder di jaringan lain yang jauh dari tempat asalnya Lodish et al., 2000. Peristiwa yang mengiringi perubahan baik struktural maupun fungsional pada sel kanker tersebut difasilitasi dengan terjadinya ketidakstabilan kromosom. Instabilitas dari kromosom menyebabkan terjadinya mutasi beruntun pada sel kanker yang pada akhirnya akan menghasilkan sel kanker yang lebih ganas King, 2000.

2. Sel HeLa dan kanker leher rahim

Tahun itu 1951. Henrietta Lacks, wanita 31 tahun dari Baltimore, USA sakit. Dia mendatangi dokter, yang mengkhawatirkan hal terburuk dan memindahkan koloni sel dari cerviknya. Dokter mengirimkan koloni sel itu ke laboratorium untuk melihat apakah dia menderita kanker. Henrietta Lacks meninggal karena kanker tersebut 9 bulan kemudian, 4 Oktober 1951. Sel HeLa sendiri masih tetap hidup hidup di laboratorium-laboratorium di seluruh dunia 50 15 tahun sejak kematiannya. Koloni sel HeLa ditunjukkan pada gambar 1 di bawah Anonim, 2006f. HeLa cell line merupakan continuous cell line pertama yang tumbuh sebagai sel yang semi melekat Lodish et al., 2000. Gambar 1. Sel HeLa Kanker leher rahim tergolong karsinoma, yaitu kanker yang terjadi pada sel skuamos pada jaringan epitelial leher rahim wanita King, 2000. Kanker leher rahim pada sel HeLa disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus HPV 18. Gambar 2. Sel HeLa dilihat menggunakan mikroskop fluoresensi 16 Faktor seluler dalam HPV yang bertanggungjawab atas munculnya kanker leher rahim adalah viral E6 dan E7. DNA E6 dan E7 dari virus ini mampu menyebabkan kekacauan pada siklus dan proliferasi sel akibat tidak aktifnya gen penekan tumor p53 dan pRb pada sel normal. DNA E6 akan mengikat kuat p53 sedang DNA E7 akan mengikat pRb King, 2000.

3. Kultur sel

Pemilihan tipe sel tergantung dari tujuan penelitian yang akan dilakukan. Pemilihan tipe sel ini dipengaruhi oleh syarat-syarat keberadaan sel pada mulanya, dari jaringan manusia, atau dari spesies khusus yang lain, atau dari jaringan tumor, atau dari jaringan bukan tumor. Kultur sel seperti CHO Chinese Hamster Ovary Cell,V 79 , HeLa, BHK Baby Hamster Kidney Cell, dan L 929 fibroblas jaringan penghubung normal lebih sering digunakan dalam uji sitotoksisitas Snell and Mullock,1987. Ketika sel diambil dari jaringan atau organisme dan kemudian ditempatkan dalam kultur, media yang digunakan harus memberikan kondisi yang membuat sel dapat hidup, berproliferase dan berdeferensiasi seperti pada keadaan in vivo. Jaringan normal biasanya memiliki keterbatasan waktu untuk digunakan sebagai kultur sel, sedangkan kultur sel yang diambil dari tumor dapat digunakan sebagai sel turunan cell line secara terus-menerus Freshney, 1986. Medium penumbuh adalah medium biak sel yang sangat diperkaya akan nutrien. Medium penumbuh terutama dipakai untuk menumbuhkan sel yaitu untuk sel yang bergerak cepat dalam menyelesaikan siklus sel dan berakhir dengan penambahan jumlah sel Sardjono, 1988. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 Medium yang digunakan untuk menumbuhkan sel HeLa adalah medium RPMI 1640-serum. Medium RPMI-1640 mengandung nutrisi yang dibutuhkan sel seperti asam amino, vitamin, garam-garam anorganik, dan glukosa. Serum mengandung hormon yang memacu pertumbuhan sel. Albumin akan merupakan protein transpor, lipid yang diperlukan sel untuk pertumbuhannya, dan mineral yang merupakan kofaktor enzim. Seluruh komponen dalam medium RPMI 1640- serum berguna untuk memberikan nutrisi yang cukup pada sel supaya sel dapat bertahan hidup dan dapat memperbanyak diri Freshney, 1986.

E. Uji Sitotoksisitas

Dokumen yang terkait

Uji efek ekstrak etanol bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap penurunan kadar gula darah pada tikus putih jantan

8 57 98

Efek ekstrak etanol kangkung air (Ipomoea Aquatica Forks) terhadap lamanya tidur (Sleeping Time) Mencit Jantan Dibandingkan Dengan Fenobarbital

0 55 87

Pengaruh pemberian ekstrak etanol buah muda mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap gambaran histopatologi nekrosis sel hepar tikus putih jantan (Rattus norvegicus strain wistar) yang diinduksi parasetamol

2 7 26

Efek pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap jumlah sel fibroblas gingiva pada tikus wistar jantan dengan periodontitis

1 5 8

Uji potensi antifungi ekstrak etanol rimpang kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) terhadap Trichohyton meniagrophyies dan Trichophyton rubrum

7 32 83

Uji efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih (crinum asiaticum L) terhadap bekteri penyebab jerawat

2 51 103

Uji toksisitas akut campuran ekstrak etanol daun sirih (piper batle L). dan ekstrak kering gambir (uncaria gambir R.) terhadap mencit putih jantan

1 8 145

Efektivitas ekstrak umbi bawang sabrang (eleutherine palmifolia (L.) Merr.) terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus pyogenes

0 18 50

Pengaruh konsentrasi pelarut terhadap aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata Linn) dengan metode peredaman radikal bebas DPPH

5 30 63

Aktivitas ekstrak etanol daun singawalang (Petiveria alliacea L.) dan fraksinya sebagai antidiabetes

0 1 7