27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tumbuhan
Determinasi tumbuhan bertujuan untuk memastikan kebenaran tumbuhan yang akan digunakan dalam penelitian. Determinasi tumbuhan perlu dilakukan
untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengambilan sampel tumbuhan. Determinasi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Fakultas
Farmasi, USD menggunakan buku acuan Backer dan Bakuizen van den Brink, 1965. Dari hasil determinasi tumbuhan didapatkan kunci sebagai berikut:
Cyperaceae-1b-2a-3b-4b-6b-7a-8a-11. Cyperus-1b-2b-15b-17b-19b-27b-37b-38b- 39b-42b-44a-45b-46a. Cyperus rotundus L.
Hasil determinasi yang dilakukan menunjukkan bahwa tumbuhan yang akan diteliti adalah benar tumbuhan Cyperus rotundus atau dikenal sebagai
rumput teki.
B. Pengumpulan bahan
Dalam penelitian, tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan Cyperus rotundus L. yang memiliki bunga berbulir berwarna hijau kecoklatan, daunnya
berbentuk pita berwarna mengkilat dan terdiri dari 4-10 helai. Sampel umbi teki yang digunakan biasanya mengumpul berupa rumpun diambil dari tumbuhan yang
tumbuh di daerah Sumberarum, Moyudan, Sleman tepi sungai Progo pada bulan Juni 2006. Umbi yang dikumpulkan dibersihkan dari tanah, kerikil ataupun benda
asing yang terbawa pada saat pengumpulan umbi teki. Pengumpulan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
penyiapan bahan dari satu tempat daerah agar kandungan kimianya konsisten sebab berbeda daerah dapat berbeda kandungan untuk menghindari variabel
kandungan kimia yang terlalu besar.
C. Sterilisasi alat dan bahan
Untuk mencegah terjadinya kontaminasi oleh organisme, maka alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini harus disterilkan terlebih dahulu. Alat-alat
tersebut dicuci bersih dengan sabun, dibilas, dikeringkan, setelah itu dibungkus dengan alumunium foil dan disterilkan dalam autoklaf selama 20 menit pada suhu
121 C Garfinkle dan Henley, 2000.
D. Preparasi Sampel Ekstrak Etanol Umbi Teki
Umbi yang telah dikumpulkan dicuci bersih, ditiriskan sampai airnya hilang, kemudian dimasukkan di oven dengan suhu 65
˚C selama 24 jam. Dari oven kemudian diserbuk, diayak dengan ukuran lebar nominal lubang ayakan 0,75
mm. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan air dan mencegah timbulnya kerusakan akibat reaksi enzimatik dan pertumbuhan mikroba yang
mungkin terjadi bila kandungan air dalam umbi tinggi Harborne, 1987. Pengeringan untuk mempermudah saat diserbuk selain itu diharapkan dengan
pengeringan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama apabila tidak segera digunakan. Setelah kering dibuat serbuk diblender, diayak. Tujuan diserbuk
adalah untuk meningkatkan luas permukaan simplisia sehingga luas kontak dengan cairan penyari akan semakin besar dan efektivitas ekstraksi tercapai.
Serbuk dimasukkan dalam dandang maserasi, pelarutnya sesuai dengan perbandingan yaitu setiap kilogram menggunakan etanol 70 sebanyak 9 liter.
29
Dari penyerbukan, 500 g serbuk dilarutkan dengan 4,5 liter etanol 70, didiamkan sambil diaduk sesekali, sampai cairan penyari jernih, lalu disaring
dengan kertas saring. Ampas dibuang, filtrat disisihkan. Filtrat diuapkan diatas waterbath dengan
suhu 65 ˚C dengan dibantu kipas angin dan diaduk-aduk sampai kental.
Didapatkan 43,36 g ekstrak kental. Suhu yang digunakan adalah 65
˚C sebagai suhu yang dianggap optimum. Suhu lebih dari 65
˚C kandungan aktif dapat rusak, sedangkan kurang dari 65˚C sulit menguap memerlukan waktu lama. Pelarut yang digunakan adalah etanol
70 untuk menarik semua zat baik polar maupun non polar. Alkohol, bagaimanapun juga adalah pelarut serbaguna yang baik untuk ekstraksi
pendahuluan Harborne,1987. Dalam ekstraksi yang digunakan adalah cara maserasi dengan pertimbangan selain pengerjaan mudah, tidak memakan waktu
cukup lama.
E. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Umbi Teki