Jalur Suku Bunga Interest Rate Channel

kredit belum tentu direspon dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek perekonomian sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan kondisi sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya proses transmisi kebijakan moneter.

1. Jalur Suku Bunga Interest Rate Channel

Jalur ini dinamakan jalur suku bunga karena jalur ini menekankan peranan perubahan struktur suku bunga di sector keuangan yang ditransmisikan ke suku bunga menengahpanjang yang selanjutnya memengaruhi permintaan dan akhirnya berpengaruh terhadap inflasi. Taylor , 1995 dan Biofinger 2001:80. Jalur suku bunga pada dasarnya merupakan pandangan Keynesian dimana suku bunga riil jangka panjang paling berpengaruh dalam perekonomian dan dapat dijelaskan dengan skema IS-LM. Pandangan tradisional ISLM Keynesian tentang mekanisme transmisi moneter dapat ditandai dengan skema berikut ini yang menunjukkan efek dari ekspansi moneter: M ↑ = i r ↓= I↑ = Y ↑ Dimana M ↑ menunjukkan kebijakan moneter ekspansif yang mengarah ke penurunan suku bunga riil i r ↓, yang pada gilirannya menurunkan biaya modal, menyebabkan kenaikan pengeluaran investasi I ↑, sehingga mengarah ke peningkatan permintaan agregat dan kenaikan output Y ↑. Meskipun Keynes menekankan awalnya saluran ini sebagai operasi melalui keputusan bisnis tentang pengeluaran investasi, penelitian terakhir diketahui bahwa keputusan konsumen tentang perumahan dan pengeluaran konsumen untuk barang tahan lama juga merupakan keputusan investasi. Dengan demikian, tingkat bunga saluran transmisi moneter diuraikan dalam skema di atas juga berlaku untuk belanja konsumen di mana I mewakili perumahan dan pengeluaran konsumen terhadap barang tahan lama. 6 Faktanya adalah tingkat bunga riil yang berdampak pada pengeluaran daripada tingkat nominal memberikan mekanisme penting untuk bagaimana kebijakan moneter dapat menstimulasi ekonomi, bahkan jika tingkat bunga nominal menghantam batas bawah floor selama episode inflasi. Dengan tingkat bunga nominal pada batas bawah nol, ekspansi jumlah uang beredar M ↑ dapat meningkatkan tingkat harga yang diharapkan Pe ↑ inflasi dan karenanya diharapkan Πe ↑, sehingga menurunkan tingkat bunga riil ir ↓ , bahkan ketika tingkat bunga nominal adalah tetap nol, dan pengeluaran merangsang melalui saluran suku bunga di atas: yaitu M ↑ = Pe ↑ = Πe ↑ = ir ↓ = I ↑ = Y ↑ Mekanisme ini menunjukkan bahwa kebijakan moneter masih bisa efektif, bahkan ketika tingkat bunga nominal telah didorong ke nol oleh otoritas moneter. Memang, mekanisme ini adalah elemen kunci dalam diskusi monetaris mengapa perekonomian AS tidak terjebak dalam perangkap likuiditas selama Depresi Besar dan mengapa kebijakan moneter ekspansif bisa mencegah penurunan tajam dalam output selama periode ini. Dalam konteks interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan para pelaku ekonomi proses perputaran uang, mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Tahap pertama, kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan berpengaruh terhadap suku bunga jangka pendek misalnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Pasar Uang Antar Bank di pasar uang rupiah. Perkembangan ini selanjutnya akan mempengaruhi suku bunga deposito yang diberikan perbankan pada simpanan masyarakat dan suku bunga kredit yang dibebankan bank kepada para debiturnya. Proses transmisi suku bunga tersebut biasanya tidak berlangsung secara segera, artinya ada tenggat waktu, terutama karena kondisi internal perbankan dalam manajemen aset dan kewajibannya. 7 2. Tahap kedua, transmisi suku bunga dari sektor keuangan ke sektor riil akan tergantung pada pengaruhnya terhadap permintaan konsumsi terjadi terutama karena bunga deposito merupakan komponen dari pendapatan masyarakat income effect dan bunga kredit sebagai pembiayaan konsumsi substitution effect. Sementara itu, pengaruh suku bunga terhadap permintaan investasi terjadi karena suku bunga kredit merupakan komponen biaya modal cost of capital, di samping yield obligasi dan dividen saham, dalam pembiayaan investasi. Pengaruh melalui investasi dan konsumsi tersebut selanjutnya akan berdampak pada besarnya permintaan agregat dan pada akhirnya akan menentukan tingkat inflasi dan output riil dalam ekonomi.

2. Jalur Kredit Credit Channel