Sinematografi Tinjauan Umum Film

14 Cut Back yaitu tehnik mengubah gambar dalam film secara cepat dari adegan yang sekarang ke adegan lain yang telah dilihat sebelumnya. 15 Fade in adalah transisi gambar dari gelap ke terang dengan cara lambat. 16 Fade out adalah transisi gambar dari terang ke gelap dengan cara lambat.

5. Film Sebagai Media Dakwah

Dakwah adalah mengajak orang lain agar menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan- nya. Namun secara syar’i, makna dakwah adalah menjalankan perintah Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, serta meninggalkan semua larangan Allah baik perbuatan ataupun perkataan. 10 Di era informasi sekarang ini, media menjadi suatu hal yang tidak bisa lepas dari masyarakat. Aktifitas dakwah tidak akan berjalan jika tidak menggunakan alat atau media. Dan salah satu media yang cukup berkembang pesat pada saat ini adalah film. Film merupakan salah satu jenis media yang dapat memberikan pengaruh besar kepada masyarakat. Oleh karena itu film dapat menjadi media yang cukup efektif dalam menjalanan dakwah. Dengan film kita dapat memperoleh informasi dan gambaran tentang realitas tertentu yang sudah diseleksi. Seorang sutradara akan memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampilkan, dan akan mengesampingkan tokoh lain yang dianggap tidak pas untuk ditampilkan. 10 Fawwaz bin Hulayyil as-Suhaimi, Begini Seharusnya Berdakwah, Jakarta: Darul Haq, 2008. h. 19 Lewat peran yang dimainkan tokoh-tokoh tersebut, film dapat menyajikan pengalaman imajiner bagi para penontonnya, merindukan pengalaman ideal yang diidamkannya, atau imajiner itu akan ikut membentuk sikap dan perilaku khalayak yang menyaksikannya. Pengalaman hidup yang dihadirkan oleh sosok pribadi terpuji yang menegakkan kebajikan serta ikut memengaruhi sikap dan konsep idealisasi hidup untuk melihatnya. 11 Islam bukanlah agama ritual semata. Sebagian orang juga telah menganggap Islam sebagai falsafah dan jalan hidup. Itu berarti upaya untuk mengajak orang lain untuk mengikuti agama Islam sebagai jalan hidup way of life individu maupun kehidupan sosial politik, harus dilakukan sebagik mungkin. Islamisasi melalui media film, juga merupakan wacana penting di era digital ini. Hal ini dikarenakan sifat dari penikmat film yang tergolong gencar memakai budaya konsumsi kontemporer. Islam, dalam kasus ini, dapat ditampilkan dengan segar, menarik, hybrid dan modern dalam rangka menjadikan Islam sebagai agama yang relevan dengan budaya yang saat ini sedang didominasi kaum kapitalis. 12

6. Hubungan Film dengan Kebudayaan

Film mempunyai kesanggupan untuk menciptakan suatu realitas rekaan sebagai bandingan terhadap realitas. Realitas yang ditampilkan dalam film adalah realitas yang dibangun oleh pembuat film dengan mengangkat nilai-nilai atau unsur budaya yang terdapat di dalam 11 Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Dakkwah, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012, h. 112 12 Andi Faisal Bakti, Globalisasi: Dakwah Cerdas Era Globalisasi: Antara Tantangan dan Harapan Lecture at Palembang, h. 59 masyarakat. Atau sebaliknya, realitas rekaan yang ditampilkan dalam film kemudian menjadikan sebuah bentukan budaya yang diikuti oleh penonton. Deddy Mulyana menyatakan hubungan film dan budaya bersifat timbal balik. Sama halnya dengan komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya seperti yang dikatakan Edward T. Hall bahwa komunikasi adalah budaya dan budaya adalah komunikasi. Pada satu sisi komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Film adalah bagian dari produk budaya yang didalamnya juga memuat nilai-nilai budaya, sehingga film juga menjadi media efektif untuk menanamkan nilai budaya. Menurut Deddy Mulyana hubungan film dan budaya saling mempengaruhi. Di satu sisi, film seperti media massa pada umumnya merupakan cerminan kondisi masyarakat. Nilai, norma, dan gaya hidup yang berlaku pada masyarakat akan disajikan dalam film yang diproduksi. Namun, di sisi lain film juga berkuasa menetapkan nilai-nilai yang penting dan perlu dianut oleh masyarakat, bahkan nilai-nilai yang rusak sekalipun. Artinya tidak setiap film dapat dijadikan media