Pengertian Haji Haji Sebagai Rukun Islam

hidupnya agar berkunjung kerumah-Nya serta tempat-tempat tertentu, datang dengan tulus penuh pemahaman dan penghayatan, guna menyaksikan keagungan- keagunganNya, memperoleh ampunan dan ridha-Nya serta meraih aneka manfaat duniawi dan ukhrawi. 7 Ibadah haji, walaupun dapat diselesaikan dalam sekian hari saja, namun Allah SWT berfirman: ۚ ت م لْعم ر ْشأ ّحْلا ّحْلا يف لادج ل سف ل ثفر لف ّحْلا ن يف ضرف ْنمف ل أ ي ّ قتا ۚ ٰ ْقّلا دازلا رْيخ ّإف ا د زت ۗ هللا هْملْعي رْيخ ْنم ا لعْت م ۗ ي بْلأْلا “Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barang siapa mengerjakan ibadah haji paa bulan-bulan itu, maka janganlah ia berkata jorok, berbuat maksiat dan bertengkar dalam haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepadaku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat. ” QS. Al-Baqorah:197 7 M. Quraish Shihab, Haji Umrah bersama M.Quraish Shihab, h. 218 Yaitu bulan syawal, Dzulqaidah dan beberapa hari dari bulan Dzulhijjah. Ini agaknya dimaksudkan agar calon jamah haji dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin, baik mental, spiritual, dan pengetahuan, maupun jasmani dan material. 8 Karena itulah, maka diterapkan sekian syarat bagi yang hendak melaksanakan ibadah haji. Syarat wajib haji baik laki-laki maupun perempuan yang sudah memenuhi syarat sebagai berikut: a. syarat pertama: yang hendak melaksanakan ibadah haji haruslah seorang muslim, bukan saja karena ibadah haji adalah puncak dari rukun Islam, tetapi juga karena disanalah hendaknya nampak jelas penyerahan diri seorang manusia kepada Allah. Karena itu pula, siapa yang bermaksud berkunjung kesana hendaknya membersihkan diri dengan taubatan kepada Allah. Saling memaafkan dan berusaha sungguh-sungguh untuk tidak membawa atau menggunakan sesuatu yang haram dalam konteks perjalanan ini. b. Syarat kedua dan ketiga: untuk memantapkan maksud diatas, maka dirumuskan syarat kedua dan ketiga, yakni yang bersangkutan haruslah yang berakal sehat lagi bebas merdeka tanpa satu ikatan perbudakan. Dengan akal yang sehat dia dapat memahami makna dan tujuan ibadahnya dan dengan kebebasan memilih untuk hanya mengabdi kepada Allah dan berserah diri sepenuhnya kepada Nya. 8 Ibid