Fatwa Dewan Syariah Nasiaonal Tentang Haji

Akad atau transaksi yang digunakan bank syariah dalam operasinya terutama diturunkan dari kegiatan mencari keuntungan tijarah dan sebagian dari kegiatan tolong menolong tabarru ’. Turunan dari tijarah adalah perniagaan al- bai ’ yang berbentuk kontrak pertukaran dan kontrak bagi hasil dengan segala variasinya. Cakupan akad yang digunakan untuk produk bank syraiah, ditambah akad-akad lain diluar perniagaan, seperti qardhul hasan pinjaman kebajikan. Rukun dalam akad ada tiga yaitu: a. pelaku akad b. objek akad c. shighah atau pernyataan pelaku akad, yaitu ijab dan qabul Syarat dalam akad ada empat, yaitu: a. syarat berlakunya akad in’iqod b. syarat sahnya akad shihah c. syarat terealisasinya akad nafadz d. syarat lazim Syarat in’iqad ada yang umum dan khusus. Syarat umum harus selalu ada pada setiap akad seperti yang harus ada pada pelaku akad, objek akad dan shighah akad, akad bukan pada sesuatu yang diharamkan dan akad pada sesuatu yang bermanfaat. Sementara itu, syarat khusus merupakan sesuatu yang harus ada pada kad-akad tertentu, seperti syarat minimal dua saksi pada akad nikah. Syarat shihah yaitu syarat yang diperlukan secara syariah agar akad berpengaruh, seperti dalam akad perdagangan harus bersih dari cacat. Syarat nafadz ada dua, yaitu kepemilikan barang dimiliki oleh pelaku dan berhak menggunakannya dan wilayah. Syarat lazim, yaitu bahwa akad harus dilaksanakan apabila tidak ada cacat. 11

2. Pengertian Akad Tabarru’

Setiap produk dalam lembaga keuangan syariah memiliki kaitan erat dengan akad-akad yang diterapkannya. Ini yang menjadikan perbedaan dengan produk-produk yang ada pada lembaga keungan konvensional. Pada produk haji tabarru yang ada pada PT. Pandan Harum Sakinah ini juga memiliki akad yang berkaitan erat dengan produk tersebut. Akad tabarru ’ adalah segala macam perjanjian yang menyangkut non-for profit transaction transakasi nirlaba. Transaksi ini pada hakikanya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersial. Akad tabarru ’ dilakukan dengan tujuan tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan tabarru ’ berasal dari kata birr dalam bahasa arab, yang artinya kebaikan. Dalam akad tabarru ’, pihak yag berbuat kebaikan tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan dari akad tabarru ’ adalah dari Allah, bukan dari manusia. Namun demikian, pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh meminta untuk sekedar menutupi biaya cover the cost yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad 11 ibid tabarru ’ itu. Contoh akad-akad tabarru’ adalah qard, rahn, hiwalah, wakalah, kafalah , wadiah, hibah waqf, shodakoh, hadiah dan lain-lain. 12 Akad tabarru ’ dikelompokkan menjadi 3 tiga bentuk umum, yakni: 13 a. Meminjamkan uang Akad meminjamkan uang ini ada beberapa macam lagi jenisnya, setidaknya ada tiga jenis, yakni sebagai berikut. Bila pinjaman ini diberikan tanpa menysaratkan apapun, selain mengembalikan pinjaman tersebut setelah jangka waktu tertentu maka bentuk meminjamkan uang seperti ini disebut dengan qard. Selanjutnya, jika dalam meminjamkan uang ini si pemberi pinjaman mensyaratkan sesuatu jaminan dalam bentuk atau jumlah tertentu, maka bentuk pemberian pinjaman seperti ini disebut dengan rahn. Ada lagi suatu bentuk pemerian berupa pinjaman uang, dimana tujuannya adalah untuk mengambil alih putang dari pihak lain. Bentuk pemberian pinjaman ini disebut hiwalah. b. Meminjamkan jasa Seperti akad meminjamkan uang, akad meminjamkan jasa juga ada tiga jenis. Bila kita meminjamkan “diri kita” yakni, jasa keahlian,keterampilan dan sebagainya saat ini untuk melakukan sesuatu atas nama orang lain maka hal ini 12 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Gema Insani, 2001, h. 67 13 Ibid, h. 68