Perumusan Masalah Spatial Modelling for Distribution and Habitat Suitability of Invasive Alien Species Kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium (Kunth) R. M. King & H. Rob) in Mandalawangi Resort Gunung Gede Pangrango National Park.

1.5. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. Pola distribusi spasial kirinyuh dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor biofisik lingkungan antara lain ketinggian elevasi dan kelerengan tempat slope, arah kelerengan aspect, land cover, suhu dan kelembaban tanah. 2. Faktor gangguan aktivitas manusia merupakan faktor dominan yang menyebabkan tingginya laju invasi atau distribusi kirinyuh pada suatu kawasan.

1.6. Kerangka Pemikiran

Salah satu penyebab menginvasinya tumbuhan luar asing yang masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango TNGGP adalah melalui aktivitas manusia baik berupa penanaman secara langsung di dalam kawasan sebelum ditetapkan menjadi kawasan konservasi, seperti dikembangkannya kebun aklimatisasi di hutan Cibodas oleh Pemerintah Hindia Belanda, atau secara tidak langsung dari tumbuhan di luar hutan yang menginvasi kawasan hutan melalui biji yang menyebar secara alamiah oleh angin, hewan dan air. Tingginya kecepatan angin di wilayah ini dan banyaknya burung yang ada di kawasan ini yang mencari makan di tepi kawasan dan areal penduduk , mengakibatkan biji-biji dari luar kawasan dapat masuk hingga ke bagian dalam sebagai spesies asing. Introduksi spesies asing lebih banyak berpengaruh secara langsung pada spesies dan ekosistem. Dampak yang muncul biasanya tidak langsung terlihat. Distribusi spesies asing dapat merubah seluruh sistem dalam ekosistem, seperti sistem hidrologi, siklus nutrisi dan proses ekosistem lainnya. Sampai saat ini pengelolaan spesies tumbuhan asing invasif di TNGGP belum dilakukan secara optimal. Idealnya, semua spesies asing harus dieradikasi, dan ekosistemnya direstorasi ke tingkat seperti sediakala. Namun demikian hal tersebut secara teknis dan ekonomis tidak selalu mudah, mengingat banyak spesies yang mungkin sudah beradaptasi dan membentuk ekosistem baru, sehingga eradikasi yang tidak terkendali justru dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekologis yang mungkin tidak diinginkan. Untuk itu dalam penanganan IAS harus dilakukan secara sistematis dan terencana, melalui sebuah rencana strategis yang didasarkan pada kaidah ilmiah yang memadai. Sifat invasif suatu tumbuhan asing pada ekosistem hutan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adalah struktur landsekap dan gangguan yang dihadapi. Perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut memberikan peluang besar bagi tumbuhan asing seperti kirinyuh untuk menginvasi ekosistem hutan. Sebagai upaya mitigasi invasi tumbuhan asing yang terpenting adalah mengetahui bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi invasi tumbuhan-tumbuhan asing tersebut. Studi mengenai pola distribusi invasi kirinyuh dan kesesuaian habitatnya dapat memberikan informasi bagaimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi proses invasi. Pemodelan spasial menjadi salah satu cara yang dapat diunggulkan untuk mengidentifikasi dan memetakan pola distribusi tumbuhan asing invasif. Melalui pemodelan spasial ini hubungan antara faktor-faktor biofisik sebagai peubah- peubah ekologi yang mempengaruhi pola distribusi kirinyuh dapat diidentifikasi dan diuji signifikansinya. Selanjutnya pemodelan spasial yang dibangun berdasarkan data yang diambil pada sampel lokasi yang representatif ini dapat dikembangkan untuk diterapkan pada seluruh areal dan dikaji implikasinya untuk merumuskan masukan strategis bagi pengelolaan dan pengendalian spesies tumbuhan asing invasif di TNGGP khususnya kirinyuh. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.