I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia menduduki posisi yang penting dalam peta keanekaragaman hayati di dunia karena termasuk dalam sepuluh negara dengan keanekaragaman
hayati yang tinggi Indrawan et al. 2007. Keanekaragaman hayati tersebut memiliki peran yang sangat berarti bagi kehidupan manusia dan lingkungan,
antara lain sebagai sumber pangan dan obat-obatan, menjadi reservoir air, menjaga siklus karbon dan lain sebagainya.
Saat ini keanekaragaman hayati mengalami penurunan yang cukup tinggi, yang apabila tidak segera dihentikan akan mengalami penurunan secara terus
menerus dan diperkirakan sekitar 20-70 persen habitat asli telah lenyap KLH, 2011. Kemerosotan keanekaragaman hayati antara lain disebabkan oleh
kerusakan habitat akibat kegiatan konservasi lahan dan eksploitasi yang berlebihan serta adanya spesies asing invasif.
Tjitrosemito 2004 b menyebutkan bahwa tumbuhan asing atau eksotik yang bersifat invasif atau lebih dikenal dengan invasive alien plant species IAS
adalah spesies tumbuhan yang tumbuh di luar habitat aslinya yang berkembang pesat dan menimbulkan gangguan dan ancaman kerusakan bagi ekosistem, habitat
dan spesies tumbuhan lokal dan berpotensi menghancurkan habitat tersebut. Keberadaan tumbuhan asing dalam waktu yang lama akan mempengaruhi
keanekaragaman hayati di kawasan konservasi. Invasi yang dilakukan oleh spesies tumbuhan asing invasif tersebut dapat mengubah relung spesies tumbuhan lokal di
suatu habitat, mengubah struktur dan fungsi ekosistem dan mengganggu proses evolusi D’Antonio Vitousek 1992, Mack et al. 2000.
Beberapa kawasan konservasi seperti taman nasional di Indonesia telah menghadapi masalah dengan spesies asing ini. Masuknya spesies asing terutama
spesies yang bersifat invasif ke dalam habitat alam taman nasional diketahui telah mempengaruhi aspek ekologi dan memberikan dampak negatif terhadap spesies
aslilokal dan pada akhirnya akan mempengaruhi sektor ekonomi. Berdasarkan hasil kegiatan identifikasi spesies-spesies tumbuhan asing di kawasan hutan
Resort Cibodas pada tahun 2006 yang dilakukan oleh Balai Besar Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango BBTNGGP ditemukan 35 spesies tumbuhan asing yang terdiri atas 7 spesies yang bersifat invasif dan 28 spesies lainnya
bersifat non invasif. Dari ketujuh spesies yang bersifat invasif tersebut, kirinyuh [Austroeupatorium inulifolium Kunth R. M. King H. Rob] merupakan spesies
yang paling dominan ditemukan di dalam kawasan BBTNGGP 2006. Pengelolaan dan pengendalian invasi biologi telah menjadi tantangan besar
bagi peneliti, pemerintah, dan masyarakat lainnya. Penelitian tentang spesies- spesies tumbuhan asing invasif sudah banyak dilakukan di berbagai tempat
termasuk di beberapa kawasan taman nasional di Indonesia, namun data mengenai distribusi spasial dan kesesuaian habitat tumbuhan invasif yang sangat diperlukan
sebagai data dasar dalam pengelolaan spesies tersebut masih sangat minim bahkan belum ada sama sekali.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi faktor-faktor habitat yang penting bagi suatu spesies adalah pemodelan berbasis
Sistem Informasi Geografis SIG. Keistimewaan SIG dalam penelitian ekosistem antara lain dalam hal efisiensi dan efektifitas dalam pengumpulan, penyimpanan
dan pengolahan data dalam jumlah yang besar pada cakupan wilayah ekosistem yang cukup luas Stow 1993. Keistimewaan lain menurut Tian et al. 2008
adalah kemampuan menyediakan informasi spasial terbaru dan relevan untuk mendukung pengelolaan dan konservasi biodiversitas untuk habitat dan
lingkungan yang cukup dinamis.
1.2. Perumusan Masalah