Gambar 3. Sebaran umur RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya, 2009
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya
Variabel karakteristik RTSM yang diteliti variabelnya adalah umur, status pekerjaan, tingkat pendapatan, pendidikan formal, pendidikan nonformal,
penggunaan bahasa dan jumlah tanggungan.
1 Umur RTSM
Berdasarkan hasil penelitian sebaran umur RTSM penerima bantuan PKH bervariasi yang secara keseluruhan berkisar antara 25
–50 tahun yang dibagi menjadi tiga kelompok umur yaitu umur muda, umur dewasa dan umur tua.
Sebaran umur secara garis besar mayoritas RTSM penerima bantuan PKH masuk ke dalam kategori umur dewasa yaitu 33-41 tahun sebanyak 62,2 persen, kategori
muda sebanyak 26,7 persen dan kategori umur tua sebanyak 11,1 persen. Sebaran umur tersebut dianalisis dalam rataannya yaitu sebesar 35,3 tahun. Sebaran umur
RTSM dapat dilihat pada Gambar 3.
20 40
60 80
100
umur muda 25-32 tahun
umur dewasa 33-41 tahun
umur tua 42-50 tahun
26.70 62.20
11.10
kategori umur
umur muda 25-32 tahun
umur dewasa 33-41 tahun
umur tua 42-50 tahun
Gambar 4. Sebaran pekerjaan RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya, 2009
Gambar 3 menunjukkan bahwa sebagian besar RTSM penerima bantuan PKH tergolong ke dalam umur dewasa dan masih produktif. Kategori umur
tersebut merupakan saat dimana RTSM dapat melakukan banyak aktivitas seperti bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Masih terdapat RTSM penerima
bantuan PKH dengan kategori umur tua yaitu 42-50 tahun sebesar 11.1 persen. Hal tersebut terjadi karena RTSM tersebut masih memiliki anak usia sekolah serta
Balita atau karena yang bersangkutan menjadi wakil keluarga penerima bantuan PKH. Jadi tidak harus ibu dari Balita atau anak usia sekolah yang dapat menjadi
penerima bantuan PKH tetapi dapat juga diwakili oleh nenek atau bibi dari anak tersebut.
2 Pekerjaan
Pekerjaan adalah bidang atau profesi yang dikerjakan oleh RTSM penerima bantuan PKH dalam kesehariannya. Sebaran pekerjaan RSTM penerima
bantuan tunai pada Program Keluarga Harapan di Kelurahan Balumbang Jaya bervariasi. Pekerjaan responden tersebut terdiri dari buruh, pedagang dan ibu
rumahtangga. Sebaran pekerjaan RTSM penerima bantuan PKH dapat dilihat pada Gambar 4.
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
buruh pedagang
ibu rumahtangga
37.80 17.80
44.40
pekerjaan
buruh pedagang
ibu rumahtangga
Gambar 5. Sebaran pendapatan RTSM penerima bantuan PKH di Kelurahan Balumbang Jaya, 2009
Gambar 4 menunjukkan bahwa pekerjaan RTSM secara keseluruhan mayoritas adalah sebagai ibu rumahtangga yaitu sebesar 44.4 persen, yang diikuti
oleh buruh 37.8 persen dan pedagang 17.8 persen. Sebagian besar RTSM saat ini hanya sebagai ibu rumahtangga karena terkait dengan kondisi dimana mereka
mempunyai Balita yang belum dapat ditinggal bekerja. Sebagian besar ibu yang saat ini hanya sebagai ibu rumahtangga sebelumnya bekerja dengan bermacam-
macam pekerjaan seperti menjadi pembantu rumahtangga, buruh pabrik atau berdagang. Akan tetapi terdapat juga RTSM yang tetap bekerja walaupun
memiliki Balita seperti bekerja sebagai buruh cuci pakaian mahasiswa IPB.
3 Pendapatan
Pendapatan RTSM penerima bantuan PKH merupakan jumlah uang yang diterima oleh RTSM berdasarkan pekerjaan yang dijalaninya setiap hari. Untuk
pendapatan besarnya dikategorikan berdasarkan sebaran pendapatan yang diterima oleh RTSM yang digolongkan menjadi beberapa kategori yaitu: pendapatan
rendah Rp100.000-Rp400.000, pendapatan sedang Rp400.100- Rp800.000, pendapatan tinggi Rp800.100-Rp1.200.000 dan tidak ada pendapatan. Sebaran
pendapatan RTSM penerima bantuan PKH dapat dilihat pada Gambar 5.
0.00 100.00
15.60 20.00
15.60 48.90
pendapatan
rendah sedang
tinggi tidak ada pendapatan
Gambar 6. Sebaran pendidikan formal RTSM penerima bantuan PKH di Balumbang Jaya, 2009
Gambar 5 menunjukkan sebaran pendapatan yang diterima oleh RTSM penerima bantuan PKH diluar penerimaan dari dana PKH. Pendapatan terendah
yang diterima oleh RTSM yang bekerja dalam sebulan sebesar Rp100.000 dan pendapatan tertinggi yang diterima oleh RTSM dalam sebulan sebesar
Rp1.200.000. Untuk RTSM yang tidak bekerja sebagai ibu rumahtangga besar pendapatan yaitu 0 nol sehingga dikategorikan tidak ada pendapatan.
Berdasarkan penelitian ditemukan RTSM yang memiliki pendapatan sedang yaitu antara Rp400.100 sampai dengan Rp800.000 dengan jumlah 20 persen. Jumlah
RTSM yang memiliki pendapatan rendah antara Rp100.000 sampai Rp400.000 yaitu berjumlah 15.6 persen. Sementara itu jumlah RTSM yang memiliki
pendapatan tinggi antara Rp800.100 sampai dengan Rp1.200.000 berjumlah 15.6 persen dan sebagian besar RTSM tidak ada pendapatan dengan jumlah
sebanyak 48.9 persen.
4 Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan tertinggi yang pernah didapatkan oleh RTSM. Pendidikan yang pernah dijalani responden bervariasi
yang dibagi ke dalam tiga kategori yaitu pendidikan rendah SD, pendidikan sedang SMPsederajat dan pendidikan tinggi SMASMKSMEA. Sebaran
tingkat pendidikan RTSM penerima bantuan PKH dapat dilihat pada Gambar 6.
0.00 100.00
rendah SDsedang SMP
tinggi SMASMK
84.40 11.10
4.40
Pendidikan formal
rendah SD sedang SMP
tinggi SMASMK
Gambar 7. Sebaran pendidikan nonformal RTSM penerima bantuan PKH di Balumbang Jaya, 2009
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan pada Gambar 6 ditunjukkan bahwa RTSM penerima bantuan PKH memiliki beragam tingkat
pendidikan. Sebagian besar RTSM penerima bantuan PKH memiliki pendidikan sekolah dasar SD sebanyak 84.4 persen, tingkat pendidikan sekolah menengah
pertama SMP sebesar 11.1 persen dan sekolah menengah atas SMA sebesar 4.4 persen. Rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh sebagian besar RTSM
tersebut memungkinkan menjadi salah satu indikator kemiskinan.
5 Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang didapat RTSM dalam bentuk kursus atau pelatihan. Pendidikan nonformal diterima oleh responden di
tempat responden tersebut tinggal. Pendidikan nonformal menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dari seseorang
yang mengikutinya dan bahkan dapat mengubah tindakan. Pengkategorian pendidikan nonformal dibagi menjadi tiga, yaitu tidak pernah mendapat kursus,
rendah dan tinggi. Berdasarkan penelitian terhadap RTSM penerima bantuan PKH didapat hasil bahwa RTSM terbagi menjadi RTSM yang tidak pernah mendapat
pendidikan nonformal dan RTSM yang pendidikan nonformalnya rendah. Sebaran pendidikan nonformal RTSM dapat dilihat pada Gambar 7.
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
tidak pernah rendah
71.10 28.90
Pendidikan nonformal
tidak pernah rendah
Gambar 8. Sebaran Penggunaan Bahasa RTSM penerima bantuan PKH di Balumbang Jaya, 2009
Hasil penelitian yang disajikan pada Gambar 7 menunjukkan bahwa RTSM penerima bantuan PKH sebesar 71.1 persen tidak pernah mendapat
pendidikan nonformal. Jumlah RTSM penerima bantuan PKH yang pernah mendapatkan pendidikan nonformal kurang dari tiga kali sebesar 28.9 persen
dengan pendidikan yang didapat saat mereka aktif sebagai kader di PuskesmasPosyandu.
6 Penggunaan bahasa
Bahasa merupakan alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari satu individu ke individu yang lain. Penggunaan bahasa oleh RTSM
penerima bantuan PKH terdapat keragaman dimana mereka ada yang menggunakan bahasa Sunda, bahasa Indonesia dan campuran keduanya untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Penggunaan bahasa yang beragam oleh RTSM dapat dikategorikan menjadi penggunaan bahasa yang cukup baik bahasa sunda,
baik bahasa Indonesia, dan sangat baik campuran bahasa sunda dan Indonesia. Sebaran penggunaan bahasa dapat dilihat pada Gambar 8.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar RTSM penerima bantuan PKH menggunakan bahasa sunda untuk berinteraksi dengan
orang lain dalam kehidupan sehari-hari dan pada saat pertemuan kelompok
100
bahasa Sunda
bahasa Indonesia
campuran Sunda dan
Indonesia 68.90
22.20 8.90
penggunaan bahasa
bahasa Sunda bahasa Indonesia
campuran Sunda dan Indonesia
Gambar 9. Sebaran jumlah tanggungan RTSM penerima bantuan PKH di Balumbang Jaya, 2009
dengan persentase sebesar 68.9 persen. Sebagian RTSM juga menggunakan bahasa Indonesia 22.2 dan campuran dari keduanya 8.9. Sebagian besar
menggunakan bahasa Sunda karena sesuai dengan daerah asal mereka dan mereka merasa lebih nyaman saat menggunakan bahasa sunda saat berinteraksi dengan
orang lain karena sudah merupakan kebiasaan sehari-hari.
7 Jumlah tanggungan
Responden dalam penelitian ini telah ditentukan dimana sudah dapat dipastikan memiliki tanggungan anakcucukeponakan. Besarnya tanggungan
yang dimiliki RTSM penerima bantuan PKH beragam yang nilainya dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu kategori rendah memiliki anak kurang dari 3
orang, sedang memiliki anak 3 sampai 5 orang dan kategori tinggi lebih dari 5 orang. Jumlah tanggungan dari responden dalam penelitian ini dipastikan
terdapat kombinasi antara Balita dengan anak usia sekolah yang jumlahnya minimal satu orang balita dan satu orang anak usia sekolah. Sebaran jumlah
tanggungan yang dimiliki oleh RTSM dapat dilihat pada Gambar 9.
20 40
60 80
100
rendah sedang
tinggi 46.70
51.10 2.20
Jumlah tanggungan
rendah sedang
tinggi
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 9 bahwa sebagian besar RTSM penerima bantuan PKH memiliki jumlah anak tiga sampai lima
orang sehingga termasuk kategori sedang 51.1. RTSM yang memiliki tanggungan kurang dari tiga orang juga cukup banyak yaitu sebesar 46.7 persen
serta RTSM yang memiliki tanggungan lebih dari lima orang sebanyak 2.2 persen. Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan bahwa tanggungan yang dimiliki
oleh RTSM tidak hanya anak kandung melainkan dapat juga cucu atau keponakan yang telah ditinggal oleh orang tuanya karena meninggal atau bekerja di luar
daerah atau luar negeri.
6.2 Hubungan antara Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH dan Aktivitas Komunikasi dalam Bentuk Pertemuan Kelompok
Aktivitas komunikasi antara RTSM penerima bantuan PKH dengan pendamping PKH dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan kelompok. Pada
pertemuan tersebut seluruh anggota kelompok di setiap RW wajib hadir untuk mendapatkan informasi dari pendamping. Pertemuan kelompok yang dijadwalkan
oleh pendamping PKH merupakan sarana yang dapat digunakan oleh RTSM untuk menyampaikan saran, kritik serta mungkin juga pertanyaan. Aktivitas
komunikasi yang dilakukan oleh RTSM dengan pendamping PKH tersebut diduga berhubungan nyata dengan faktor karakteristik dari RTSM penerima
bantuan PKH. Melalui pengujian hipotesis dengan mengkorelasikan aktivitas komunikasi dengan karakteristik RTSM dapat dilihat keeratan hubungan antara
variabel-variabel yang diuji tersebut. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dijabarkan pada
karakteristik RTSM sebagian besar RTSM adalah ibu rumahtangga yang tidak
memiliki pendapatan dengan jumlah tanggungan anak yang temasuk kategori sedang berkisar antara 3 sampai 5 orang. Sebagian besar RTSM berada pada
usia dewasa dengan memiliki pendidikan formal dan nonformal yang rendah. Pada kesehariannya sebagian besar RTSM menggunakan bahasa yang cukup baik
yaitu bahasa Sunda karena kebanyakan berasal dari daerah Bogor. Hubungan karakteristik RTSM penerima bantuan PKH dengan aktivitas
komunikasi diuji dengan menggunakan Spearman dan Chi Square. Variabel karakteristik RTSM yang diuji menggunakan uji Spearman adalah usia,
pendapatan, pendidikan formal, pendidikan nonformal, penggunaan bahasa dan jumlah tanggungan dengan aktivitas komunikasi. Sedangkan variabel yang diuji
dengan menggunakan uji Chi Square adalah variabel pekerjaan dengan aktivitas komunikasi . Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Analisis korelasi karakteristik RTSM penerima bantuan PKH dan aktivitas komunikasi
Karakteristik RTSM Penerima bantuan PKH Aktivitas Komunikasi pertemuan
Kelompok Usia
-0.081 Pendapatan
0.258 Pendidikan formal
0.144 Pendidikan nonformal
0.082 Penggunaan bahasa
0.422 Jumlah tanggungan
-0.408 Jenis pekerjaan
0.710
Keterangan: Hubungan sangat nyata pada α = 0.01 uji 2 sisi Hubungan nyata pada α = 0.05 uji 2 sisi
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak semua variabel karakteristik RTSM penerima bantuan PKH berhubungan nyata atau sangat nyata dengan
variabel aktivitas komunikasi. Variabel karakteristik RTSM yang berhubungan sangat nyata dengan aktivitas komunikasi adalah penggunaan bahasa dan jumlah
tanggungan. Adapun variabel yang tidak berhubungan nyata adalah usia, jenis pekerjaan, pendapatan, pendidikan formal dan pendidikan nonformal.
6.2.1 Variabel Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH yang tidak Berhubungan dengan Variabel Aktivitas Komunikasi
1 Hubungan usia dan aktivitas komunikasi
Usia terbagi menjadi tiga kategori berdasarkan teori Harlock, yakni usia muda kurang dari 30 tahun, usia dewasa antara 30 sampai dengan 50 tahun dan
usia tua lebih dari 50 tahun. Hasil pengolahan data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi yang paling tinggi adalah 75 persen pada RTSM usia
muda dan aktivitas komunikasi rendah pada RTSM usia tua yaitu 40 persen. Tabel 8 Persentase RTSM menurut kategori usia dan aktivitas komunikasi di
Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009
Variabel Kategori
Aktivitas komunikasi Usia
Rendah Tinggi
Muda 25
75 Dewasa
28.6 71.4
Tua 40
60
Hasil uji korelasi Spearman yang tertera pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara usia dan aktivitas komunikasi terdapat nilai
koefisien korelasi -0.081. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa usia tidak berhubungan nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya tinggi
rendahnya usia tidak berhubungan dengan proses komunikasi yang dilakukan dengan pendamping PKH pada saat pertemuan kelompok.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa semua RTSM penerima bantuan PKH dari berbagai kategori usia memiliki tingkat aktivitas
komunikasi yang tidak jauh berbeda satu dengan yang lainnya seperti yang terlihat pada Tabel 8. Setiap RTSM penerima bantuan PKH memiliki tingkat keinginan
untuk memperoleh informasi yang tinggi dari Pendamping sehingga pada saat pertemuan kelompok setiap kategori usia turut bertanya, menyampaikan saran
atau keluhan kepada pendamping PKH. Setiap RTSM dengan berbagai kategori umur turut aktif berkomunikasi dengan pendamping PKH saat pertemuan
kelompok. Saat dilakukan wawancara mendalam ditemukan bahwa sering kali RTSM menanyakan mengenai kapan akan diadakan pendataan untuk penambahan
penerima bantuan PKH. Hal tersebut selalu ditanyakan kepada pendamping karena mereka merasa kasihan dengan tetangga yang tidak mendapat dana
bantuan padahal kondisinya dilihat sama dengan RTSM tersebut. Setiap kategori umur juga aktif bertanya kepada pendamping mengenai kapan pencairan
dilaksanakan karena mereka tidak diberitahu mengenai kepastian waktu pencairan.
2 Hubungan jenis pekerjaan dan aktivitas komunikasi
Tabel 9 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi tertinggi adalah 75 persen yang dilakukan oleh RTSM yang bekerja sebagai pedagang. Hal tersebut
terjadi karena RTSM yang bekerja sebagai pedagang memiliki kemampuan yang lebih dalam berbicara disebabkan kesehariannya berinteraksi dengan banyak
orang untuk mendapatkan penghasilan. Sedangkan aktivitas komunikasi yang rendah terjadi pada RTSM yang memiliki pekerjaan sebagai buruh sebesar 33.3
persen karena tingkat interaksi yang lebih sedikit dengan banyak orang. RTSM
yang bekerja sebagai buruh sebagian besar adalah pembantu rumahtangga atau buruh pencuci pakaian. Mereka yang bekerja sebagai buruh tersebut cenderung
memiliki waktu yang terbatas.
Tabel 9 Persentase RTSM menurut kategori pekerjaan dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009
Variabel Kategori
Aktivitas komunikasi Pekerjaan
Rendah Tinggi
Buruh 33.3
66.7 Pedagang
25 75
Ibu rumah tangga 27.3
72.7
Hasil Uji Chi Square pada tabel 7 halaman 45 sebesar 0.710 dan hal tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan RTSM penerima bantuan PKH tidak
berhubungan nyata dengan aktivitas komunikasi. Artinya apapun jenis pekerjaan RTSM pada saat pertemuan kelompok aktivitas komunikasi yang dilakukan
dengan pendamping tetap sama. Hal tersebut terjadi karena setiap RTSM memiliki kewajiban yang sama yaitu menghadiri pertemuan kelompok walaupun ada
sebagian besar yang bekerja. Berdasarkan pengamatan di lapangan pada saat dilakukan pertemuan
kelompok ditemukan bahwa status pekerjaan yang berbeda tidak menjadi penghalang mereka untuk berdiskusi antara sesama penerima bantuan PKH dan
terhadap pendamping PKH. Pendamping PKH tidak membedakan-beda RTSM yang bekerja dan tidak bekerja dalam hal menyampaikan pertanyaan, saran
ataupun keluhan karena setiap informasi yang disampaikan oleh pendamping bersifat umum mengenai kesehatan dan pendidikan. RTSM penerima bantuan
PKH baik yang bekerja sebagai buruh, pedagang dan ibu rumahtangga sebagian besar aktif pada saat pertemuan kelompok. Keaktifan mereka pada saat pertemuan
kelompok terkait dengan keingintahuan terhadap pendidikan dan kesehatan untuk anak mereka masing-masing.
3 Hubungan pendapatan dan aktivitas komunikasi
Tingkat pendapatan yang diterima oleh RTSM setiap bulan merupakan hasil dari pekerjaan yang mungkin dilakukan oleh RTSM dalam satu bulan.
Sebaran tingkat pendapatan dikategorikan menjadi rendah pendapatan Rp100.000-Rp400.000, sedang pendapatan Rp400.100-Rp800.000, tinggi
pendapatan Rp800.100-Rp1.200.000 dan tidak memiliki pendapatan. Tabel 10 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi tertinggi adalah 85.7 persen yang
memiliki pendapatan tinggi yang dalam hal ini adalah mereka yang bekerja sebagai pedagang dan aktivitas komunikasi rendah adalah dengan pendapatan
rendah yaitu mereka yang bekerja sebagai buruh atau pembantu.
Tabel 10 Persentase RTSM menurut Kategori Pendapatan dan Aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat
tahun 2009
Variabel Kategori
Aktivitas komunikasi Pendapatan
Rendah Tinggi
Tidak ada 27.3
72.7 Rendah
57.1 42.9
sedang 22.2
77.8 tinggi
14.3 85.7
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman seperti yang tertera pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara pendapatan dan aktivitas komunikasi
terdapat nilai koefisien korelasi 0.159. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pendapatan tidak berhubungan nyata dengan variabel aktivitas komunikasi.
Artinya pada penelitian ini tinggi rendahnya pendapatan tidak berhubungan dengan proses komunikasi yang dilakukan oleh RTSM dengan pendamping PKH
pada saat pertemuan kelompok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa RTSM yang memiliki pendapatan tinggi tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan RTSM yang tidak
memiliki pendapatan. Artinya berapapun pendapatan yang diterima oleh RTSM tidak membuat mereka merasa segan dalam bertanya pada pendamping PKH
mengenai pendidikan dan kesehatan. Walaupun pada saat pertemuan kelompok RTSM yang memiliki pendapatan tinggi terkadang membawa handphone atau
mengenakan perhiasan hasil dari penghasilan mereka akan tetapi hal tersebut tidak membuat RTSM yang tidak memakai barang tersebut merasa terkucilkan dan
segan untuk berdiskusi.
4 Pendidikan formal
Tingkat pendidikan formal yang pernah didapat oleh responden beragam dari yang hanya tamat sekolah dasar hingga tamat SMA. Pengkategorian
pendidikan dari responden yaitu dari yang rendah lulusan SD, sedang lulusan SMP, dan tinggi lulusan SMA. Tabel 11 menunjukkan bahwa aktivitas
komunikasi pada pertemuan kelompok tertinggi yaitu persen pada RTSM berpendidikan SMA. Sedangkan aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok
rendah yaitu 31.6 persen pada RTSM berpendidikan SD. Tabel 11 Persentase RTSM menurut kategori pendidikan formal dan aktivitas
komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009
Variabel Kategori
Aktivitas komunikasi
Pendidikan Formal
Rendah Tinggi
Rendah SD 31.6
68.4 Sedang SMP
20 80
Tinggi SMA 100
Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 7 halaman 45 antara pendidikan formal dan aktivitas komunikasi terdapat nilai koefisien korelasi 0.114. Hasil
analisis tersebut menunjukkan bahwa pendidikan formal tidak berhubungan nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya pada penelitian ini tinggi
rendahnya pendidikan tidak berhubungan dengan proses komunikasi yang dilakukan dengan pendamping PKH pada saat pertemuan kelompok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar RTSM memiliki pendidikan formal dengan kategori rendah. Perbedaan tingkat pendidikan formal
pada RTSM tidak membuat mereka pasif pada saat pertemuan kelompok. Mereka yang memiliki pendidikan formal rendah justru semakin sering bertanya kepada
pendamping disebabkan rendahnya pengetahuan mereka. Rendahnya pendidikan formal RTSM membuat pendamping harus menyampaikan informasi secara detail
dan pelahan agar setiap RTSM memahami informasi yang disampaikan pendamping PKH.
5 Hubungan pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi
Pendidikan nonformal merupakan bentuk pendidikan seperti pelatihan atau kursus yang pernah didapatkan oleh RTSM penerima bantuan PKH.
Pengkategorian pendidikan nonformal dibagi tinggi pernah mengikuti pelatihan atau kursus lebih dari dua kali dan rendah pernah mengikuti pelatihan atau
kursus satu sampai dua kali dan tidak pernah mengikuti pelatihan atau kursus. Tabel 12 menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok
tertinggi yaitu 76.9 persen pada RTSM yang pernah mendapat pelatihan atau kursus pada kategori rendah. Sedangkan aktivitas komunikasi pada pertemuan
kelompok rendah yaitu 31.3 persen pada RTSM yang tidak pernah mendapat pelatihan atau kursus.
Tabel 12 Persentase RTSM menurut kategori pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat
tahun 2009
Variabel Kategori
Aktivitas komunikasi
Pendidikan Nonformal
Rendah Tinggi
Tidak pernah 31.3
68.7 rendah
23.1 76.9
Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara pendidikan nonformal dan aktivitas komunikasi terdapat nilai
koefisien korelasi 0.082. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pendidikan nonformal tidak berhubungan nyata dengan variabel aktivitas komunikasi. Artinya
pada penelitian ini pernah atau tidaknya RTSM mendapatkan pendidikan nonformal dalam bentuk pelatihan atau kursus tidak memiliki hubungan dengan
proses komunikasi yang dilakukan dengan pendamping PKH pada saat pertemuan kelompok.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan RTSM yang tidak pernah mendapatkan pendidikan nonformal dan RTSM yang mendapatkan pendidikan
nonformal rendah tidak memiliki perbedaan dalam aktivitas komunikasi. Pada saat pertemuan kelompok dilaksanakan RTSM kedua RTSM yang berbeda
kategori tersebut turut aktif bertanya seputar PKH kepada pendamping PKH. RTSM yang pernah mendapat pendidikan nonformal dengan yang tidak pernah
mendapat pendidikan nonformal memiliki keaktifan yang tidak jauh berbeda karena PKH merupakan program pemerintah yang relatif baru mereka dengar dan
merupakan program yang bersifat pemberian dana dengan fokus untuk pendidikan dan kesehatan.
6.2.2 Variabel Karakteristik RTSM Penerima Bantuan PKH yang Berhubungan dengan Variabel Aktivitas Komunikasi
1 Hubungan penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi
Bahasa yang digunakan oleh RTSM merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi dalam pertemuan kelompok. Bahasa
yang digunakan oleh RTSM penerima bantuan PKH saat pertemuan kelompok dapat dikategorikan menjadi cukup baik apabila RTSM menggunakan bahasa
Sunda dalam berkomunikasi, baik apabila RTSM menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dan sangat baik apabila RTSM menggunakan
bahasa Indonesia dan bahasa sunda saat berkomunikasi. Sesuai dengan Tabel 13 bila dikaitkan dengan aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok
maka nilai aktivitas tertinggi yaitu 100 persen pada RTSM yang penggunaan bahasa baik bahasa Indonesia dan sangat baik bahasa Indonesia dan bahasa
Sunda. Sedangkan aktivitas komunikasi yang rendah yaitu 41.9 persen terjadi pada RTSM yang penggunaan bahasanya cukup baik bahasa Sunda.
Tabel 13 Persentase RTSM menurut kategori penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat
tahun 2009
Variabel Kategori
Aktivitas komunikasi
Penggunaan Bahasa
Rendah Tinggi
Cukup baik 41.9
58.1 Baik
100 Sangat baik
100
Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara penggunaan bahasa dan aktivitas komunikasi terdapat korelasi
dengan nilai koefisien korelasi 0.422. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa penggunaan bahasa berhubungan sangat nyata dengan variabel aktivitas
komunikasi. Artinya pada penelitian ini bahasa yang biasa digunakan oleh RTSM penerima bantuan PKH sangat berhubungan dengan aktivitas komunikasi.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan bahasa yang semakin baik pada RTSM penerima bantuan PKH membuat aktivitas
komunikasi juga semakin tinggi, hal tersebut juga terjadi sebaliknya bila semakin kurang baik penggunaan bahasanya maka aktivitasnya rendah. RTSM yang dapat
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda memiliki kecenderungan lebih aktif dalam berdiskusi dengan pendamping saat pertemuan kelompok. Mereka
yang dapat menggunakan bahasa dengan sangat baik akan tidak canggung dalam bertanya, menyampaikan saran dan keluhan. RTSM yang hanya menggunakan
bahasa Sunda dalam kesehariannya cenderung lebih pasif saat pertemuan kelompok karena mereka merasa malu bila pendamping tidak mengerti tentang
apa yang ingin mereka sampaikan. Aktivitas komunikasi berjalan dengan efektif saat RTSM penerima
bantuan PKH dan pendamping PKH menggunakan bahasa yang dapat saling dimengerti sehingga didapat kesamaan makna antara keduanya. Pendamping yang
juga berperan sebagai pengawas penggunaan dana PKH sangat terbantu dengan penggunaan bahasa yang baik oleh RTSM.
2 Hubungan jumlah tanggungan dan aktivitas komunikasi
Banyaknya jumlah anak yang dimiliki oleh RTSM penerima bantuan PKH beragam dan dikategorikan menjadi RTSM dengan kategori jumlah
tanggungan rendah kurang dari 3 orang, sedang antara 3 sampai 5 orang dan tinggi lebih dari 5 orang. Berdasarkan Tabel 14 didapatkan bahwa aktivitas
komunikasi dalam pertemuan kelompok tertinggi yaitu 85.7 persen pada RTSM yang memiliki jumlah tanggungan kurang dari tiga orang. Sedang aktivitas
komunikasi rendah yaitu 100 persen pada jumlah tanggungan yang tinggi. Tabel 14 Persentase RTSM menurut kategori jumlah tanggungan dan aktivitas
komunikasi di Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat tahun 2009
Variabel Kategori
Aktivitas komunikasi
Jumlah Tanggungan
Rendah Tinggi
Rendah 12.5
87.5 Sedang
43.5 56.5
Tinggi 100
Hasil uji korelasi Spearman pada Tabel 7 halaman 45 diperoleh hasil bahwa antara jumlah tanggungan dan aktivitas komunikasi terdapat korelasi
dengan nilai koefisien korelasi -0.408. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga berhubungan sangat nyata dengan variabel
aktivitas komunikasi. Artinya pada penelitian ini jumlah anakkeponakancucu yang dimiliki oleh RTSM penerima bantuan PKH sangat berhubungan dengan
aktivitas komunikasi. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa RTSM penerima
bantuan PKH yang memiliki jumlah tanggungan keluarga rendah memiliki tingkat aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok yang lebih tinggi dibandingkan
RTSM yang tanggungan keluarganya tinggi. RTSM yang memiliki jumlah
tanggungan keluarga rendah memiliki cenderung lebih aktif hadir pada pertemuan kelompok dibanding RTSM yang memiliki banyak tanggungan. Berdasarkan hasil
wawancara mendalam ditemukan bahwa kecenderungan untuk menghadiri pertemuan kelompok bagi RTSM yang memiliki banyak anak lebih kecil karena
anaknya tidak dapat ditinggal atau sedang sakit. Sementara itu RTSM yang memiliki jumlah anak yang lebih sedikit akan lebih leluasa saat menghadiri
pertemuan kelompok karena anaknya dapat dititipkan kepada tetangga yang tidak mendapat dana PKH yang sebagian besar masih ada hubungan keluarga.
Hubungan yang sangat nyata antara jumlah tanggungan dengan aktivitas komunikasi juga dapat dilihat dari keaktifan RTSM dalam berdiskusi. RTSM yang
anaknya banyak akan cenderung lebih pasif dibandingkan dengan RTSM yang anaknya sedikit karena sering kali saat diskusi berlangsung Balita yang dibawa
oleh RTSM menangis atau anaknya meminta jajanan sehingga RTSM tersebut tidak fokus saat mengikuti pertemuan kelompok.
6.3 Hubungan antara Aktivitas Komunikasi dalam Bentuk Pertemuan Kelompok dan Efektivitas komunikasi pada Program Keluarga Harapan
Aktivitas komunikasi yang dilakukan antara RTSM penerima bantuan PKH dan pendamping PKH dapat dinilai tingkat efektivitasnya. Efektivitas
komunikasi antara keduanya membentuk perubahan pada aspek pengetahuan, sikap dan tindakan. Berdasarkan pengamatan di lapangan aktivitas komunikasi
dalam pertemuan kelompok dapat dilihat hubungannya dengan efektivitas komunikasi. RTSM yang memiliki tingkat aktivitas komunikasi yang tinggi
cenderung memiliki perubahan pengetahuan, sikap dan tindakan yang tinggi.
Berdasarkan hasil analisis untuk melihat hubungan antara aktivitas komunikasi dan efektivitas komunikasi didapat hasil bahwa hanya efektivitas
komunikasi pada aspek tindakan yang dapat dilihat hubungannya dengan bantuan alat analisis statistik. Aspek pengetahuan dan sikap tidak dapat dilihat hasil
olahannya karena data hasil penelitian yang didapat seragam yaitu berpengetahuan tinggi dan sikap RTSM positif.
1 Hubungan pengetahuan dan aktivitas komunikasi
Pengetahuan RTSM terhadap Program Keluarga Harapan merupakan hasil dari pertemuan kelompok yang diadakan oleh pendamping PKH.
Pengukuran aspek pengetahuan RTSM dilakukan dengan mengajukan pertanyaan positif yang berkaitan dengan PKH dimana RTSM diberi kesempatan untuk
menjawab benar atau salah. Tabel 15 menunjukkan tingkat pengetahuan responden 100 persen tinggi. Tingkat pengetahuan sebesar 71.1 persen pada
RTSM yang memiliki aktivitas komunikasi tinggi pada saat pertemuan kelompok. Sementara itu tingkat pengetahuan sebesar 28.9 persen pada RTSM yang aktivitas
komunikasinya rendah saat pertemuan kelompok. Tabel 15 Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan
pengetahuan di Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat tahun 2009
Variabel Kategori
Pengetahuan
Aktivitas komunikasi
Tinggi Rendah
28.9 Tinggi
71.1
Keseragaman input data dimana tingkat pengetahuan 100 persen responden sama tinggi menyebabkan aktivitas komunikasi tidak dikorelasikan
dengan tingkat pengetahuan RTSM. Artinya tidak dapat dikorelasikan dengan
bantuan alat analisis statistik antara tingkat pengetahuan dan aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok sehingga data primer pada Tabel 15 dijabarkan secara
deskriptif tanpa diuji korelasi. Berdasarkan pengamatan di lapangan dengan wawancara mendalam
kepada RTSM didapat 100 persen RTSM mengalami perubahan tingkat pengetahuan yang awalnya tidak mengetahui Program Keluarga Harapan setelah
adanya pertemuan kelompok menjadi tahu akan PKH. Pertemuan yang diadakan oleh pendamping PKH diadakan secara rutin tiap satu bulan sekali kepada para
ketua kelompok disetiap Kelurahan dan tiap tiga bulan sekali pada seluruh RTSM disetiap kelompok. Pertemuan kelompok yang dilakukan secara intensif dan
bersifat wajib tersebut membuat RTSM mendapat informasi yang lengkap dari pendamping dan menambah pengetahuan mereka menyangkut pendidikan,
kesehatan dan tentang PKH. Pengetahuan yang tinggi dari RTSM menunjukkan bahwa RTSM
memperhatikan pendamping saat pertemuan kelompok. Nilai 100 persen pengetahuan RTSM tinggi walaupun aktivitas RTSM tersebut rendah
menunjukkan bahwa proses penyampaian informasi yang dilakukan oleh pendamping PKH sangat baik sehingga RTSM pengetahuannya tinggi walaupun
aktivitas komunikasinya rendah. Tingginya pengetahuan yang dimiliki oleh RTSM menunjukkan komitmen dari RTSM terhadap PKH. Dari 100 persen
pengetahuan yang tinggi diantaranya pengetahuan mengenai jumlah dana yang diterima oleh RTSM dimana mereka mengetahui tentang frekuensi pencairan dana
dan jumlah dana yang diterima setiap keluarga dengan kategorinya masing-
masing. Dengan kata lain aspek pengetahuan memiliki hubungan nyata terhadap aktivitas komunikasi yang diadakan dalam bentuk pertemuan kelompok.
2 Hubungan sikap dan aktivitas komunikasi
Pengukuran aspek sikap dari RTSM pada penelitian ini adalah dengan memberikan pertanyaan yang terkait sikap dimana RTSM diberi kesempatan
untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan empat pilihan jawaban yang di antaranya adalah sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Total
jawaban RTSM tersebut diukur dengan menggunakan skala likert. Tabel 16 menunjukkan bahwa 100 persen RTSM bersikap positif terhadap Program
Keluarga Harapan. Kategori sikap positif pada aktivitas komunikasi tinggi sebesar 62.2 persen. Sedangkan RTSM yang aktivitas komunikasinya rendah nilai sikap
positifnya sebesar 37.8 persen. Tabel 16 Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan sikap di
Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat tahun 2009
Variabel Kategori
Sikap
Aktivitas komunikasi
Positif Rendah
37.8 Tinggi
62.2
Keseragaman input data dimana sikap 100 persen RTSM sama yaitu positif menyebabkan aktivitas komunikasi tidak dikorelasikan dengan sikap
RTSM. Artinya tidak dapat dikorelasikan dengan bantuan alat analisis statistik antara sikap dengan aktivitas komunikasi pada pertemuan kelompok sehingga
data primer pada Tabel 16 dijabarkan secara deskriptif tanpa diuji korelasi. Berdasarkan pengamatan di lapangan dengan wawancara mendalam
didapat 100 persen RTSM memang dari awal sosialisasi Program Keluarga Harapan sudah memiliki sikap yang positif terhadap bantuan PKH karena dengan
bantuan tersebut mereka jadi lebih ringan menanggung biaya kesehatan dan pendidikan. Sikap positif RTSM tersebut diiringi dengan pengharapan mereka
agar mereka untuk seterusnya mendapatkan dana bantuan dari pemerintah sehingga terkesan ketergantungan. Sikap positif yang dimiliki oleh RTSM seiring
dengan perubahan pengetahuan dari RTSM setelah mengikuti pertemuan kelompok. Dengan kata lain aspek sikap memiliki hubungan nyata terhadap
aktivitas komunikasi yang diadakan dalam bentuk pertemuan kelompok.
3 Hubungan tindakan dan aktivitas komunikasi
Aspek tindakan dari RTSM penerima bantuan PKH terkait dengan tanggungjawab yang telah disepakati pada awal berjalannya program untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan anak. Pengukuran aspek tindakan RTSM dilakukan dengan memberikan pertanyaan terkait tindakan RTSM dalam
memanfaatkan dana serta dalam aktivitas komunikasi. Jawaban dari pertanyaan yang diajukan dibagi menjadi tiga yaitu selalu, tidak selalu dan tidak pernah
dimana total dari jawaban tersebut dikategorikan dengan menggunakan skala likert. Pengkategorian tindakan dibagi menjadi dua yaitu rendah dan tinggi.
Berdasarkan analisis didapat bahwa RTSM yang aspek tindakannya rendah yaitu sebesar 20.4 persen dan RTSM yang aspek tindakannya tinggi
sebesar 79.6 persen. Bila dihubungkan dengan aktivitas komunikasi pada Tabel 17 didapat aktivitas komunikasi rendah aspek tindakan rendahnya sebesar 46.2
persen dan tindakan tingginya 53.8 persen. Sementara itu RTSM yang memiliki aktivitas komunikasinya tinggi aspek tindakan rendahnya sebesar 12.5 persen dan
tindakan tingginya sebesar 87.5 persen.
Tabel 17 Persentase RTSM menurut kategori aktivitas komunikasi dan tindakan di Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat tahun 2009
Variabel Kategori
Tindakan
Aktivitas komunikasi
Rendah Tinggi
Rendah 46.2
53.8 Tinggi
12.5 87.5
Hasil uji korelasi Spearman diperoleh hasil bahwa antara tindakan dan aktivitas komunikasi terdapat korelasi dengan nilai koefisien korelasi 0.367.
Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa aktivitas komunikasi dalam bentuk pertemuan kelompok berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi pada
aspek tindakan. Artinya pada penelitian ini semakin sering pertemuan kelompok dilakukan maka perubahan tindakan yang sesuai dengan prosedur PKH akan
semakin tinggi. Semakin sering RTSM mengikuti pertemuan kelompok membuat
tindakan RTSM semakin mengarah kepada aturan yang seharusnya dilaksanakan terkait pendidikan dan kesehatan. Pertemuan kelompok yang diadakan oleh
pendamping membuat RTSM penerima bantuan PKH terkontrol karena selalu diingatkan mengenai kewajiban dalam penggunaan dana PKH. Saat pertemuan
kelompok setiap RTSM akan ditanyakan oleh pendamping mengenai untuk apa dana PKH digunakan dan apabila RTSM melakukan tindakan yang tidak sesuai
dengan prosedur PKH maka pendamping saat pertemuan kelompok tersebut akan memberikan pengarahan agar tidak diulangi lagi tindakan yang menyimpang dari
prosedur PKH. Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan bahwa tidak semua
RTSM memiliki kategori tindakan tinggi atau tindakan yang sesuai dengan prosedur PKH. Masih terdapat RTSM yang menggunakan dana PKH tidak untuk
kebutuhan untuk pendidikan dan kesehatan. Tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur PKH di antaranya, masih terdapat RTSM yang tidak selalu melakukan
penimbangan secara rutin tiap bulan dengan alasan bekerja atau tidak mengetahui jadwal penimbangan sebanyak 28.9 persen, terdapat RTSM yang tidak selalu
menggunakan dana PKH untuk keperluan sekolah 22 dengan alasan keperluan sekolah yang sebelumnya masih ada seperti baju, sepatu, tas sehingga dananya
selalu digunakan untuk kepeluan konsumsi sebesar 17.8 persen, masih terdapat juga RTSM yang menggunakan dana PKH untuk membeli barang-barang
elektronik walaupun hanya 2.2 persen. Tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur tersebut merupakan aspek kategori tindakan rendah dan bila
dihubungkan aktivitas komunikasi, besarnya persentase aktivitas komunikasi yang rendah 46.2 merupakan aspek yang berhubungan dengan rendahnya tindakan
dari RTSM penerima bantuan PKH.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN