4
2.2.1 Lumpur
Lumpur yang digunakan terlebih dahulu dipisahkan dari sampah dan organisme benthos dengan cara lumpur yang diambil dari kolam budidaya ikan
dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Selanjutnya lumpur dihaluskan kemudian disaring menggunakan saringan dengan ukuran mata jaring 0,8 mm.
2.2.2 Kotoran ayam
Kotoran ayam yang digunakan berasal dari peternak ayam pedaging, Manggar, Belitung Timur. Kotoran ayam diambil dari peternakan kemudian
dijemur dibawah sinar matahari langsung hingga kering.
2.3 Cacing Uji
Cacing uji yang digunakan dalam penelitian ini merupakan cacing uji yang berasal dari subkelas Oligochaeta yang dibeli dari petani ikan lele dumbo di
daerah kecamatan Badau, Belitung. Sebelum ditebar, cacing oligochaeta dimasukkan ke dalam bak penampungan. Cacing uji dipilih sesuai ukuran yang
seragam dan telah mengalami kematangan seksual. Cacing yang digunakan memiliki bobot rata-rata individu 5 mg dengan panjang individu berkisar antara
3-4 cm. Gambar 2 berikut merupakan jenis-jenis cacing oligochaeta yang biasa ditemukan diperairan umum.
Sumber : Grabowski dan Jablonska 2009
Gambar 2. Cacing oligochata
dari spesies
Branchiura sowerbyi
a, Lumbriculus sp. b, dan Tubifex sp. c
2.4 Metode Budidaya
2.4.1 Persiapan
Wadah berukuran 100x25x20 cm
3
diisi substrat lumpur halus dan kotoran ayam kering dengan perbandingan 1:1. Kedua campuran tersebut diaduk
a b
c
5 merata dan dibuat dengan ketinggian 6 cm. Wadah digenangi air setinggi 2 cm
di atas permukaan substrat kemudian dibiarkan selama 10 hari. Penggenangan bertujuan agar pupuk awal pada media dapat terurai oleh bakteri sehingga bakteri
tersebut dapat menjadi makanan awal bagi cacing oligochaeta.
2.4.2 Penebaran
Penebaran cacing oligochaeta dilakukan setelah 10 hari penggenangan. Padat penebaran yang digunakan yaitu 2600 individum
2
, 3600 individum
2
, dan 4600 individum
2
. Perlakuan padat penebaran pada penelitian ini berdasarkan penelitian Simamora 1992 yang melakukan budidaya cacing oligocaeta dengan
padat penebaran 3600 individum
2
dan penelitian Oplinger et al. 2011 yang melakukan
budidaya cacing
oligochaeta dengan
padat penebaran
2600 individum
2
sehingga diperoleh interval perlakuan padat penebaran 2600 individum
2
, 3600 individum
2
dan 4600 individum
2
. Sebelum ditebar, cacing uji dihitung satu persatu sesuai jumlah perlakuan padat penebaran
selanjutnya biomassa cacing uji ditimbang kemudian ditebar ke dalam wadah pemeliharaan.
2.4.3 Pengelolaan Air
Pengelolaan air dilakukan dengan cara penggantian air baru setiap saat sistem terbuka. Penggantian air setiap saat dilakukan agar kualitas air pada
wadah pemeliharaan tetap terjaga. Air yang digunakan berasal dari air pegunungan lalu dialirkan ke dalam wadah pemeliharaan secara gravitasi
Lampiran 1. Debit yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1000 mâ„“menit
Chumaidi et al. 1988. Debit air yang masuk ke dalam wadah diatur dengan menggunakan klep pada selang pemasukan.
2.4.4 Pemberian Pupuk Pupuk yang diberikan adalah pupuk kotoran ayam yang telah
difermentasikan menggunakan aktivator EM
4
Effective Microorganism4 Gambar 3. Hal ini sesuai penelitian Fadillah 2004 bahwa penggunaan pupuk
kotoran ayam hasil fermentasi dapat meningkatkan kandungan N-organik dari 1,44 menjadi 1,88 dan kandungan C-organik dari 6,77 menjadi 9,40.
6 Dosis pupuk tambahan yang diberikan yaitu sebanyak 1 kgm
2
hari. Metode
fermentasi pupuk kotoran ayam dapat dilihat pada Lampiran 2.
Gambar 3. EM
4
sebagai larutan aktivator dalam fermentasi pupuk kotoran ayam
2.4.5 Sampling