Wadah Budidaya Cacing Uji Analisis Data

3

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Wadah Budidaya

Wadah budidaya yang digunakan berdasarkan penelitian Chumaidi et al. 1988 berupa kotak kayu sebanyak 9 buah yang dilapisi plastik hitam untuk mencegah kebocoran pada wadah. Selain itu penggunaan plastik hitam dikarenakan kebanyakan cacing oligochaeta lebih menyukai tempat gelap Suwingnyo et al. 2005. Wadah yang digunakan berukuran panjang 100 cm, lebar 25 cm, dan tinggi 20 cm. Desain wadah yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada Gambar 1. u Gambar 1. Desain wadah penelitian Keterangan : 1. Saluran pemasukan air inlet 2. Petak tempat media kultur 3. Lubang pengeluaran air outlet 4. Saluran pembuangan air

2.2 Media Budidaya

Media yang digunakan pada penelitian ini sesuai dengan penelitian Chumaidi dan Suprapto 1986 yaitu campuran dari lumpur halus dan kotoran ayam kering dengan perbandingan 1:1. Penggunaan substrat lumpur halus dan kotoran ayam dikarenakan cacing oligochaeta memakan lumpur bersama bahan organik yang ada pada kotoran ayam Poddubnaya 1961 dalam Monakov 1972. 1 2 4 3 4

2.2.1 Lumpur

Lumpur yang digunakan terlebih dahulu dipisahkan dari sampah dan organisme benthos dengan cara lumpur yang diambil dari kolam budidaya ikan dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Selanjutnya lumpur dihaluskan kemudian disaring menggunakan saringan dengan ukuran mata jaring 0,8 mm.

2.2.2 Kotoran ayam

Kotoran ayam yang digunakan berasal dari peternak ayam pedaging, Manggar, Belitung Timur. Kotoran ayam diambil dari peternakan kemudian dijemur dibawah sinar matahari langsung hingga kering.

2.3 Cacing Uji

Cacing uji yang digunakan dalam penelitian ini merupakan cacing uji yang berasal dari subkelas Oligochaeta yang dibeli dari petani ikan lele dumbo di daerah kecamatan Badau, Belitung. Sebelum ditebar, cacing oligochaeta dimasukkan ke dalam bak penampungan. Cacing uji dipilih sesuai ukuran yang seragam dan telah mengalami kematangan seksual. Cacing yang digunakan memiliki bobot rata-rata individu 5 mg dengan panjang individu berkisar antara 3-4 cm. Gambar 2 berikut merupakan jenis-jenis cacing oligochaeta yang biasa ditemukan diperairan umum. Sumber : Grabowski dan Jablonska 2009 Gambar 2. Cacing oligochata dari spesies Branchiura sowerbyi a, Lumbriculus sp. b, dan Tubifex sp. c

2.4 Metode Budidaya

2.4.1 Persiapan

Wadah berukuran 100x25x20 cm 3 diisi substrat lumpur halus dan kotoran ayam kering dengan perbandingan 1:1. Kedua campuran tersebut diaduk a b c 5 merata dan dibuat dengan ketinggian 6 cm. Wadah digenangi air setinggi 2 cm di atas permukaan substrat kemudian dibiarkan selama 10 hari. Penggenangan bertujuan agar pupuk awal pada media dapat terurai oleh bakteri sehingga bakteri tersebut dapat menjadi makanan awal bagi cacing oligochaeta.

2.4.2 Penebaran

Penebaran cacing oligochaeta dilakukan setelah 10 hari penggenangan. Padat penebaran yang digunakan yaitu 2600 individum 2 , 3600 individum 2 , dan 4600 individum 2 . Perlakuan padat penebaran pada penelitian ini berdasarkan penelitian Simamora 1992 yang melakukan budidaya cacing oligocaeta dengan padat penebaran 3600 individum 2 dan penelitian Oplinger et al. 2011 yang melakukan budidaya cacing oligochaeta dengan padat penebaran 2600 individum 2 sehingga diperoleh interval perlakuan padat penebaran 2600 individum 2 , 3600 individum 2 dan 4600 individum 2 . Sebelum ditebar, cacing uji dihitung satu persatu sesuai jumlah perlakuan padat penebaran selanjutnya biomassa cacing uji ditimbang kemudian ditebar ke dalam wadah pemeliharaan.

2.4.3 Pengelolaan Air

Pengelolaan air dilakukan dengan cara penggantian air baru setiap saat sistem terbuka. Penggantian air setiap saat dilakukan agar kualitas air pada wadah pemeliharaan tetap terjaga. Air yang digunakan berasal dari air pegunungan lalu dialirkan ke dalam wadah pemeliharaan secara gravitasi Lampiran 1. Debit yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1000 mℓmenit Chumaidi et al. 1988. Debit air yang masuk ke dalam wadah diatur dengan menggunakan klep pada selang pemasukan. 2.4.4 Pemberian Pupuk Pupuk yang diberikan adalah pupuk kotoran ayam yang telah difermentasikan menggunakan aktivator EM 4 Effective Microorganism4 Gambar 3. Hal ini sesuai penelitian Fadillah 2004 bahwa penggunaan pupuk kotoran ayam hasil fermentasi dapat meningkatkan kandungan N-organik dari 1,44 menjadi 1,88 dan kandungan C-organik dari 6,77 menjadi 9,40. 6 Dosis pupuk tambahan yang diberikan yaitu sebanyak 1 kgm 2 hari. Metode fermentasi pupuk kotoran ayam dapat dilihat pada Lampiran 2. Gambar 3. EM 4 sebagai larutan aktivator dalam fermentasi pupuk kotoran ayam

2.4.5 Sampling

Pengambilan contoh sampling dilakukan setiap 10 hari sekali. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasiorek 1974 yang menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan selama perkembangan embrio, mulai dari telur hingga cacing muda yang baru keluar dari kepompongnya sekitar 10-12 hari. Parameter yang diamati yaitu populasi, biomassa, dan kualitas air oksigen terlarut, pH, suhu, dan TAN. Sampling dilakukan pada 3 tempat dalam setiap wadah, yaitu inlet pemasukan, tengah, dan outlet pengeluaran. 2.5 Parameter Penelitian 2.5.1 Pertumbuhan Populasi individum 2 dan Biomassa gm 2 Pengambilan contoh untuk mengetahui populasi dan biomassa dilakukan dengan membenamkan pipa paralon berdiamater 3 cm dengan luas permukaan lubang 7,07 cm 2 ke dalam substrat, lalu diangkat sambil ditutup lubang bagian atasnya dengan telapak tangan. Substrat yang diambil ditampung dalam serok bermata jaring halus kemudian substrat dicuci sampai airnya tidak keruh lalu diserakkan di atas kaca berukuran 25 cm x 20 cm. Cacing dipisahkan dengan menggunakan jarum bedah. Setelah itu cacing dikumpulkan kemudian dihitung 7 satu per satu dan ditimbang menggunakan timbangan yang mempunyai ketelitian 2 digit di belakang koma dalam satuan gram.

2.5.2 Laju Pertumbuhan Biomassa gm

2 hari Laju pertumbuhan biomassa Yield menurut Hepher 1978 dihitung dengan menggunakan rumus : Yield = B t -B t Keterangan : Yield = Laju pertumbuhan biomassa gm 2 hari B t = Biomassa pada hari ke-t gm 2 B = Biomassa pada hari ke-0 gm 2 t = Waktu pengamatan pada hari ke-t hari

2.5.3 Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur yakni parameter fisika dan parameter kimia. Parameter fisika yang diukur adalah suhu yang dilakukan setiap hari, sedangkan parameter kimia yang diukur adalah oksigen terlarut, pH, dan TAN Total Ammonia Nitrogen yang diukur setiap 10 hari sekali. Pengambilan sampel air dilakukan pada 3 titik yaitu bagian inlet, tengah, dan outlet. Tabel 1. Parameter kualitas air, satuan, dan alat ukur Parameter Satuan Alat Ukur Suhu o C Termometer digital Oksigen terlarut ppm DO meter pH - pH meter TAN ppm Spektrofotometer

2.6 Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap RAL dengan 3 perlakuan, masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Adapun perlakuan tersebut adalah sebagai berikut : Perlakuan A = Padat penebaran cacing oligochaeta 2600 individum 2 Perlakuan B = Padat penebaran cacing oligochaeta 3600 individum 2 Perlakuan C = Padat penebaran cacing oligochaeta 4600 individum 2 8 Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisisis menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0 yang meliputi Analisis Ragam ANOVA dengan uji F pada selang kepercayaan 95 digunakan untuk menentukan ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan populasi dan biomassa cacing oligochaeta. Apabila hasil berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji Tukey. Model statistik yang digunakan sesuai dengan Steel dan Torrie 1993 yaitu : Y ij = µ + σ i + ε ij Keterangan : Y ij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah dari pengamatan σ i = Pengaruh aditif perlakuan ke-i ε ij = Pengaruh galat akibat perlakuan ke-i ulangan ke-j Hipotesis : H0 = perlakuan padat penebaran tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan populasi dan biomassa cacing oligochaeta H1 = perlakuan padat penebaran memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan populasi dan biomassa cacing oligochaeta

2.7 Analisis Usaha