jawaban masyarakat terhadap pertanyaan yang diajukan. Hasil dari kuisioner ini akan diolah dengan metode penskalaan Likert yang menentukan tingkatan
persepsi masyarakat terhadap kegiatan rehabilitasi. Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan ini dikatakan merupakan upaya adaptasi perubahan iklim apabila
memberikan manfaat ekologi bagi ekosistem dan manfaat ekonomi bagi masyarakat serta dilandasi oleh tingkat persepsi yang tinggi terhadap kegiatan.
Gambar 1 Kerangka pemikiran konseptual.
4.4 Batasan Penelitian
Batasan penelitian tentang kontribusi masyarakat dalam upaya adaptasi perubahan iklim melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan di TNMB adalah
sebagai berikut: 1.
Wilayah penelitian adalah Seksi Wilayah Konservasi II Ambulu Zona Rehabilitasi TNMB, Desa Sanenrejo dan Wonoasri, Kecamatan Tempurejo,
Kabupaten Jember, Jawa Timur. 2.
Manfaat ekonomi yang dikaji meliputi persentase kontribusi pendapatan masyarakat dari kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.
3. Manfaat ekologi yang dikaji meliputi jumlah tanaman pokok dan jumlah
simpanan karbon pada tanaman pokok di lokasi tersebut. Pengelolaan Taman
Nasional Meru Betiri
Manfaat Kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Pemberdayaan Masyarakat
Upaya Adaptasi Perubahan Iklim
4. Persepsi yang dikaji meliputi persepsi masyarakat tentang RHL serta
pengaruhnya terhadap adaptasi perubahan iklim.
4.5 Metode Penelitian 4.5.1 Manfaat ekologi
1 Metode pengambilan contoh Lokasi penelitian di Desa Sanenrejo dan Desa Wonoasri dipilih secara
sengaja berdasarkan informasi dan data penelitian yang diperoleh dalam penelusuran dokumen mengenai kegiatan RHL di Taman Nasional Meru Betiri.
Pemilihan lokasi pengamatan dalam penelitian ini dilakukan secara acak dengan intensitas sampling sebesar 0,1 dengan asumsi sudah cukup mewakili lokasi
studi. Hal ini dilakukan karena sebagian besar lahan kritis telah ditanami pohon pokok sehingga tidak diperhitungkan spesifik kondisi fisik tempat tumbuh
ataupun parameter lain. Jumlah plot dipastikan sebanyak 40 plot. 2 Jenis data
Data yang diperlukan dalam sub-bab penelitian ekologi ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah data mengenai
jumlah tanaman pokok dan jumlah simpanan karbon yang terdapat pada tanaman pokok tersebut, meliputi jenis, jumlah, diameter, dan tinggi. Sedangkan data
sekunder yang dikumpulkan mencakup adalah keadaan lahan, antara lain jenis tanah, topografi, kelerengan lahan, dan luas lahan berdasarkan pemilikan.
3 Metode pengambilan data Data primer mengenai keberhasilan tumbuh tanaman pokok dan jumlah
simpanan karbon yang terdapat pada tanaman pokok tersebut diperoleh dari pengamatan secara langsung melalui kegiatan inventarisasi lapang meliputi
kegiatan pencatatan, pengukuran dan penghitungan dengan metode sampling. Besarnya intensitas sampling ditetapkan sebesar 0,1, dengan asumsi dapat
mewakili kondisi yang ada. Dari luasan uji petik yang ditetapkan, kemudian dibagi menjadi plot-plot contoh lingkaran berukuran 0,1 ha r = 17,8 m. Data
yang dikumpulkan berupa jenis, jumlah, diameter, dan tinggi tanaman pokok. Selanjutnya data-data tersebut dicatat kedalam tally sheet untuk dilakukan
pengolahan dan analisis.
Plot contoh
Gambar 2 Metode pengukuran tanaman pokok dan simpanan karbon. 4. Pengolahan Data
a. Keberhasilan tumbuh tanaman pokok
Pohon hidup adalah tanaman pokok yang ditemukan hidup penampakan fisik berdasarkan hasil inventarisasi lapangan pada plot pengamatan. Berdasarkan
Cohran 1977 dalam Saefidun 2001, pendugaan pohon hidup dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rata-rata pohon hidup per-plot
= � �
Ragam plot ² =
� �² − � �
2
− 1
Penaksiran total pohon hidup
Y = .
Galat pengambilan contoh pada tingkat kepercayaan 95
= ± �2; − 1
Jumlah pohon berdasarkan sampling: Minimum =
taksiran total
pohon hidup
–median galat pengambilan contoh
Maksimum = taksiran total
pohon hidup+median
galat pengambilan contoh
Keterangan: N
= Luas seluruh areal xi
= Jumlah pohon hidup plot ke-i y
= Rata-rata pohon hidup per-plot n
= Jumlah plot sampling np
= Luas satu plot sampling b.
Pengukuran simpanan karbon pada tanaman pokok Pengukuran jumlah simpanan karbon yang dilakukan hanya menghitung
jumlah simpanan karbon yang terdapat di tanaman pokok. Penghitungan jumlah simpanan karbon dihitung dengan asumsi tidak terjadi kebocoran dalam tegakan
tidak ada pohon yang ditebang, mati, atau tumbang. Konsentrasi C dalam bahan organik umumnya ± 46 dari biomassa Hairiah dan Rahayu 2007. Berdasarkan
pengetahuan tersebut, kandungan karbon dalam biomassa tegakan diduga sebesar 46 berat kering biomassa tegakan BKt.
= � 0,46
BKt merupakan hasil penjumlahan berat kering biomassa setiap individu penyusun tegakan BKti
� = � � � Berat kering biomassa tegakan dalam penelitian ini hanya memperhitungkan
tegakan pohon, yaitu pohon-pohon yang berdiameter 5 cm. Pohon dengan diameter di bawah 5 cm diklasifikasikan sebagai tumbuhan bawah Hairiah dan
Rahayu 2007. Tumbuhan bawah tidak dimasukan dalam penghitungan, karena umumnya berupa tanaman semusim. BKti diduga dengan menggunakan
persamaan allometrik sebagai berikut:
� = 0,11 �
2,62
Keterangan: BK
= berat kering biomassa pohon kgbatang �
= berat jenis BJ kayu Lampiran 6 D
= diameter pohon setinggi dada, dbh cm Langkah selanjutnya, setelah diketahui total karbon tersimpan kemudian
dilakukan perhitungan untuk mengetahui jumlah CO
2
dalam tegakan, karena harga karbon yang diperdagangkan dalam bentuk CO
2
. Untuk mengetahui kandungan
CO
2
nilai karbon dikalikan faktor konversi kedalam bentuk CO
2
sebesar 3,67 Handayani 2003. Nilai tersebut diperoleh dari rumus kimia karbon terhadap CO
2
dengan bentuk matematis sebagai berikut:
2
= 3,67 Keterangan:
CO
2
= kandungan karbon dioksida tonha C
= kandungan karbon tonha Untuk mengetahui nilai ekonomi penyerapan CO
2
di lahan rehabilitasi maka digunakan perhitungan sebagai berikut:
� Reduksi CO
2
x Harga CO
2
t AR Sukarela Ket: Harga karbon AR Sukarela sebesar US 22,75tCO
2
e IFCA 2007 atau setera dengan Rp 4.166,67
– 374.999,85 tCO
2
e Nilai kurs rupiah terhadap dolar pada tanggal 25 Agustus 2011 pukul 14.45
Rp 8.333,33 .
4.5.2 Manfaat ekonomi
1. Metode pengambilan contoh Lokasi penelitian di Desa Sanenrejo dan Desa Wonoasri dipilih secara
sengaja berdasarkan informasi dan data penelitian yang diperoleh dalam penelusuran dokumen mengenai kegiatan RHL di TNMB. Penentuan responden
ditentukan dari tempat dilakukannya pengamatan ekologi pemilihan plot, sehingga jumlah responden sebanyak 40 orang dan merupakan pemilik lahan
rehabilitasi. 2. Jenis data
Data yang diperlukan dalam sub-bab penelitian ekonomi hanya mencakup data primer. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai persentase kontribusi
pendapatan masyarakat dari lahan rehabilitasi. Variabel yang dikumpulkan meliputi: pendapatan responden baik pendapatan pokok maupun pendapatan dari
lahan rehabiltasi dan pengeluaran rumah tangga responden dalam 1 tahun. 3. Metode pengambilan data
Data kontribusi pendapatan masyarakat dilakukan dengan menyebar kuisioner Lampiran 1 secara acak kepada anggota kelompok tani. Pertanyaan
yang diajukan meliputi pendapatan responden baik pendapatan pokok maupun
pendapatan dari lahan rehabiltasi dan pengeluaran rumah tangga responden dalam 1 tahun. Hasil kuisioner kemudian diolah dan ditabulasikan untuk
selanjutnya dianalisis secara deskriptif. 4. Pengolahan data
Rumus yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kegiatan rehabilitasi dapat mempengaruhi pendapatn total petani, maka dihitung kontribusi
dengan rumus sebagai berikut: �
� �
= ℎ � �
� ℎ
�� 100
Kegiatan RHL dapat dikatakan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pendapatan total petani apabila nilainya ≥ 20. Hal ini sesuai dengan batas duga
yang dikembangkan oleh Gittinger 1986 menyatakan bahwa pendapatan suatu proyek dapat dikatakan memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap
pendapatan total apabila nilainya ≥ 20.
4.5.3 Persepsi
1. Metode pengambilan contoh Lokasi penelitian di Desa Sanenrejo dan Desa Wonoasri dipilih secara
sengaja berdasarkan informasi dan data penelitian yang diperoleh dalam penelusuran dokumen mengenai kegiatan RHL di TNMB. Penentuan responden
ditentukan dari tempat dilakukannya pengamatan ekologi pemilihan plot, sehingga jumlah responden sebanyak 40 orang dan merupakan pemilik lahan
rehabilitasi. 2. Jenis data
Data yang diperlukan dalam sub-bab penelitian sosial ini mencakup data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah data mengenai
persepsi masyarakat tentang RHL serta pengaruhnya terhadap perubahan iklim. Data sekunder yang dikumpulkan mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat di
lokasi penelitian. 3. Metode pengambilan data
Penentuan persepsi responden tentang rehabilitasi hutan dan lahan serta pengaruhnya terhadap perubahan iklim dilakukan dengan menanyakan sejumlah
pertanyaan melalui kuisioner. Variabel dan pertanyaan tersebut ditentukan sesuai
bentuk kegiatan pelaksanaan kegiatan RHL yang dilakukan oleh responden Lampiran 2. Metode yang digunakan yaitu metode rating yang dijumlahkan atau
penskalaan Likert Mueller 1996. Metode ini merupakan metode penskalaan pernyataan persepsi yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar
penentuan nilai skalanya. Responden akan diminta untuk menyatakan jawaban terhadap isi pernyataanindikator dalam lima kategori jawaban, yaitu sangat
setuju, setuju, tidak mempunyai pendapat, tidak setuju, dan sangat tidak setuju . Dari masing-masing kategori jawaban akan diberi nilai tergantung dari bentuk
pernyataannya baik berupa penyataan positif maupun negatif. Pemberian nilai dari 1 sampai 5 tergantung bentuk pernyataannya, apabila responden menyatakan
“Sangat setuju” nilai yang diberikan adalah 1 “Setuju” diberikan nilai 2 “Tidak mempunyai pendapat” diberikan nilai 3 “Tidak Setuju” dan seterusnya.
4. Pengolahan data Hasil dari penyebaran kuisioner kemudian diolah dengan mencari nilai rata-
rata dari tiap butir pernyataan dengan menjumlahkan nilai dari tiap jawaban dan membaginya dengan jumlah responden. Sehingga diperoleh nilai yang
menggambarkan tingkat persepsi responden. Interval nilai rata-rata dari pernyataantanggapan untuk tingkat persepsi dapat dilihat di Tabel 6.
Tabel 6 Tingkat persepsi berdasarkan skala Likert
Interval Nilai Tanggapan Tingkat Persepsi
– 1,75 Tinggi
1,76 – 3,25
Sedang 3,26
– 5 Rendah
Sumber: modifikasi dari Mueller 1996
4.6 Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk yang sederhana tabulasi untuk mendapatkan gambaran tentang variabel-variabel yang diamati
sehingga mempermudah analisis. Kemudian data tersebut dianalisis secara deskriptif.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kegiatan Rehabilitasi di Taman Nasional Meru Betiri
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, memberikan batasan bahwa taman nasional
adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Fungsi TNMB sebagaimana yang dirumuskan dalam rencana pengelolaan TNMB mengemban
empat fungsi yaitu fungsi pengawetanperlindungan, fungsi penelitianilmu pengetahuan, fungsi pendidikan dan fungsi rekreasi.
Zona Rehabilitasi di TNMB terbentuk diawali dengan penetapan hutan Meru Betiri sebagai hutan lindung yang merupakan keputusan dari Besluit van
den , Direktur Landbouw neveirheiden Handel, No. 7347B, pada tanggal 29 Juli
1931. Pada tanggal 6 Juni 1972, hutan lindung Meru Betiri ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa dengan luas 50.000 ha berdasarkan SK Menteri Pertanian No.
267KPTSUM61972, untuk perlindungan harimau jawa. Pada tahun 1997 melalui SK Menteri Kehutanan No. 227KPTS61997 Meru Betiri ditetapkan
sebagai taman nasional. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 menyebabkan perekonomian
menjadi tidak stabil dan berakibat terhadap terpuruknya kehidupan masyarakat sekitar TNMB. Peristiwa ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk
mengambil keuntungan melalui penebangan dan penjarahan secara besar-besaran kayu jati dan hasil hutan lainnya, kegiatan ini juga dilakukan oleh sebagian
masyarakat di sekitar TNMB. Hal ini menyebabkan gundulnya hutan jati seluas 4.000 ha, serta terjadinya
konflik antara taman nasional dengan masyarakat. Setelah perambahan tersebut maka terjadilah pembukaan lahan bekas tegakan jati oleh masyarakat yang dikenal
dengan istilah tetelan. Setelah terbentuknya lahan kritis ini, berdasarkan SK Dirjen PHKA tanggal 13 Desember 1999 ditetapkanlah pembagian sistem zonasi
TNMB, salah satunya Zona Rehabilitasi seluas 4.023 ha. Tujuan ditetapkannya Zona Rehabilitasi adalah untuk mencegah terjadinya perluasan ke Zona Rimba.