Tingkat Kehilangan Air Water LossWL

19 Gambar 6. Grafik kadar air sampel setelah dehidrasi osmotik Pada awal proses dehidrasi osmotik, penurunan kadar air berlangsung cepat dan semakin lambat di akhir proses dehidrasi osmotik. Hal tersebut terlihat pada Gambar 6, di mana grafik penurunan kadar air terlihat lebih curam pada waktu awal dan semakin landai pada waktu akhir proses dehidrasi. Kadar air terbesar terdapat pada sampel yang memiliki ketebalan 0.5 cm dengan menggunakan larutan gula sebesar 30ºBx M0C0. Hal ini dapat terjadi karena pada dehidrasi osmotik menggunakan larutan gula 30ºBx memiliki kemampuan yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan osmotik 45ºBx dan 60ºBx. Sampel dengan ukuran ketebalan 0.5 cm M0C0 memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan sampel yang memiliki ukuran ketebalan 1 cm M1C0 dan 1.5 cm M2C0 seharusnya sampel yang lebih tipis memiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan sampel yang lebih tebal, namun dalam hal ini konsentrasi larutan osmotik yang rendah mengakibatkan air yang keluar dari sampel menjadi lebih lambat. Penurunan kadar air dalam sampel dapat dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi larutan dan ukuran sampel yang digunakan selama dehidrasi osmotik. Semakin tipis sampel dan semakin besar konsentrasi larutan osmotik maka penurunan kadar air akan semakin tinggi sehingga proses dehidrasi menjadi lebih cepat. Selain itu, suhu juga dapat mempengaruhi penurunan kadar air pada sampel, namun pada penelitian ini besarnya suhu disamakan untuk semua perlakuan yaitu 30°C.

4.1.2 Tingkat Kehilangan Air Water LossWL

Water loss merupakan salah satu parameter yang menunjukkan adanya air yang keluar dari sampel. Secara umum besarnya nilai WL berbanding terbalik dengan besarnya nilai kadar air yang diperoleh selama proses dehidrasi. Semakin besar nilai WL maka kadar air sampel akan semakin rendah. Konsentrasi larutan osmotik sangat mempengaruhi besarnya WL sampel. Semakin besar konsentrasi larutan osmotik maka akan semakin besar pula nilai WL sampel. Gambar 7 menunjukkan bahwa sampel yang memiliki nilai WL terbesar adalah sampel yang memiliki ukuran ketebalan 0.5 cm dengan menggunakan larutan osmotik sebasar 60ºBx M0C2 yaitu sebesar 52.63. Sedangkan nilai WL yang paling rendah terdapat pada sampel yang menggunakan 50 60 70 80 90 100 50 100 150 200 250 300 350 400 kad ar ai r b .b waktu menit 0.5 cm 30 brix 1 cm 30 brix 1.5 cm 30 brix 0.5 cm 45 brix 1 cm 45 brix 1.5 cm 45 brix 0.5 cm 60 brix 1 cm 60 brix 1.5 cm 60 brix 20 larutan osmotik dengan konsentrasi 30ºBx, baik sampel yang memiliki ukuran 0.5 cm, 1 cm, maupun 1.5 cm. Besarnya nilai WL dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi larutan osmotik yang digunakan. Semakin besar konsentrasi larutan osmotik maka akan semakin besar WL yang dimiliki oleh sampel. Data WL dapat dilihat pada Lampiran 6. Gambar 7. Water loss dehidrasi osmotik untuk berbagai ketebalan dan konsentrasi larutan gula setelah 6 jam Pada awalnya kehilangan air pada sampel terjadi dengan cepat sehingga nilai WL meningkat dengan cepat, namun lama-kelamaan air yang hilang tidak sebesar pada menit-menit awal sehingga perubahan nilai WL tidak begitu besar yang ditunjukkan dengan kurva yang lebih landai pada grafik. Bentuk grafik lama-kelamaan akan semakin konstan hingga sampel mencapai tingkat WL∞ water loss untuk waktu yang tak hingga. Bentuk grafik yang konstan menunjukkan bahwa sampel telah mencapai kadar air kesetimbangan. Hasil grafik pehitungan nilai WL dengan permodelan Azuara dan data dapat dilihat pada Gambar 8, Gambar 9 dan Gambar 10. Gambar 8. Grafik water loss menggunakan perhitungan dari persamaan Azuara dan data pada larutan osmotik 30ºBx 25.18 26.96 24.09 49.31 40.92 45.49 52.63 44.76 46.53 10 20 30 40 50 60 kombinasi perlakuan WL 0.5 cm 30 brix 1 cm 30 brix 1.5 cm 30 brix 0.5 cm 45 brix 1 cm 45 brix 1.5 cm 45 brix 0.5 cm 60 brix 1 cm 60 brix 1.5 cm 60 brix 10 20 30 100 200 300 400 WL waktu menit azuara 0.5 cm 30 brix azuara 1 cm 30 brix azuara 1.5 cm 30 brix 0.5 cm 30 brix 1 cm 30 brix 1.5 cm 30 brix 21 Gambar 9. Grafik water loss menggunakan perhitungan dari persamaan Azuara dan data pada larutan osmotik 45ºBx Gambar 10. Grafik water loss menggunakan perhitungan dari persamaan Azuara dan data pada larutan osmotik 60ºBx Tabel 4 menunjukkan besarnya WL∞ yang dicapai oleh sampel. Nilai WL∞, S 1 , dan R 2 dengan menggunakan pemodelan Azuara. Pemodelan Azuara digunakan untuk menentukan tingkat validasi WL dari pengukuran dan perhitungan. Besarnya nilai koefisien determinasi pada validasi tersebut berkisar antara 0.954 hingga 0.993. Kisaran nilai koefisien determinasi tersebut menunjukkan bahwa permodelan Azuara layak untuk digunakan. Pada Tabel 4 terlihat bahwa nilai WL ∞ pada sampel M0C2 memiliki nilai yang sangat tinggi yaitu 82.921. Seharusnya nilai WL yang konstan dicapai pada waktu tak hingga, diduga nilai tersebut menunjukkan bahwa grafik WL ∞ tidak dalam kondisi konstan namun mengalami peningkatan. 20 40 60 100 200 300 400 WL waktu menit azuara 0.5 cm 45 brix azuara 1 cm 45 brix azuara 1.5 cm 45 brix 0.5 cm 45 brix 1 cm 45 brix 1.5 cm 45 brix 20 40 60 100 200 300 400 WL waktu menit azuara 0.5 cm 60 brix azuara 1 cm 60 brix azuara 1.5 cm 60 brix 0.5 cm 60 brix 1 cm 60 brix 1.5 cm 60 brix 22 Tabel 4. Nilai parameter dan koefisien determinasi dari perhitungan WL dengan menggunakan permodelan Azuara Perlakuan sampel WL∞ S 1 R 2 M0C0 28.511 1.689 0.954 M1C0 46.962 0.884 0.990 M2C0 37.254 1.134 0.980 M0C1 63.399 1.733 0.954 M1C1 56.863 1.162 0.979 M2C1 82.921 2.859 0.988 M0C2 60.143 1.829 0.988 M1C2 54.583 2.020 0.993 M2C2 57.449 1.645 0.973

4.1.3 Solid Gain SG