BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Bagian Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan ,
Institut Pertanian Bogor, dari tanggal 2 September 2010 sampai dengan 15 Oktober 2010.
3.2. Tahap Persiapan dan Adaptasi
Penelitian ini dilakukan terhadap luak dari Jawa yang diperoleh dari pasar Pramuka dan Jatinegara di Jakarta. Jumlah luak yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 8 ekor yaitu 4 ekor adalah jantan dan 4 ekor lagi adalah betina. Luak yang digunakan memiliki kisaran bobot badan 2-2.5 kg. Selama penelitian ini
dilakukan, luak dikandangkan di kandang penelitian FKH IPB. Masing-masing luak dikandangkan terpisah dalam kandang berukuran 50cm x 75cm x 75cm.
Kandang luak selalu dijaga kebersihannya dengan melakukan pembersihan kotoran setiap hari. Luak diberi makanan buah pisang sebanyak 5-7 buah per
ekorhari, dengan selingan kepala ayam 3-4 potong per ekor2 hari. Buah pisang yang digunakan sebagai pakan luak adalah buah pisang jenis ambon, siam, dan
kepok.
3.3. Bahan dan Peralatan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan Hayem, larutan HCl 0.1 N, NaCl fisiologis 0.95, alkohol 70, silol, dan aquades.
Peralatan yang digunakan adalah syringe 3 ml, parafilm, tabung koleksi dengan antikoagulan EDTA, pipet eritrosit dengan aspiratornya, kamar hitung
Neo bauer, mikroskop, cover glass, mikrokapiler, alat pemusing microcentrifus, mikrokapiler hematokrit microcapillary hematocrit reader, tabung Sahli, pipet
Sahli dengan aspiratornya, dan hemoglobinometer.
3.4. Parameter Yang Diamati
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah butir darah merah BDM, kadar hemoglobin Hb, nilai hematokrit PCV, dan nilai indeks
eritrosit MCV, MCH, MCHC.
3.5. Metode Penelitian
Pengambilan darah dilakukan dengan syringe 3 ml, sebanyak ± 1 ml darah dari vena femoralis luak. Kemudian darah dimasukan ke dalam tabung koleksi
dengan antikoagulan EDTA. Kemudian dibawa ke Laboratorium Fisiologi dengan menggunakan termos box berisi es di dalamnya untuk selanjutnya dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut terhadap sel darah merah.
3.5.1. Jumlah Butir Darah Merah BDM
Darah dihisap dengan pipet eritrosit dan aspiratornya sampai batas garis 0.5 kemudian dilanjutkan dengan penambahan larutan NaCl fisiologis sampai
garis batas 101. Campuran tersebut dihomogenkan dengan memutar pipet membentuk angka 8. Campuran yang berada di ujung pipet dan tidak ikut
terhomogenkan, dibuang. Dengan hati-hati campuran yang sudah homogen dimasukan ke dalam kamar hitung. Penghitungan butir darah merah dilakukan
pada 5 kotak yang terletak diagonal pada 5 bujur sangkar besar ditengah kamar hitung. Dengan konversi BDM tiap unit x 10
4
mL Sastradipradja 1989.
3.5.2. Hemoglobin
Darah diambil dengan menggunakan pipet Sahli sampai batas angka 20 0.02 mL. Darah kemudian dimasukan ke dalam tabung Sahli yang sudah diisi
dengan HCL 0.1 N sampai angka 10 garis paling bawah pada tabung. Tabung Sahli diletakan diantara kedua bagian standar warna dalam alat hemoglobinometer
dan dibiarkan selama 3 menit sampai terbentuk heparin yang berwana coklat. Dengan menggunakan pipet tetes ditambahkan aquades tetes demi tetes sambil
diaduk sampai warna campuran sama dengan warna standar yang ada pada tabung sahli. Hasil diperoleh dari tinggi permukaan cairan pada tabung sahli dengan
melihat skala kolom gr Sastradipradja 1989.
3.5.3. Hematokrit
Darah diambil dengan menggunakan mikrokapiler dengan bagian ujung yang berwarna merah ditempelkan pada darah dan biarkan darah mengalir masuk
mengisi 45 bagian mikrokapiler. Ujung kapiler yang bertanda merah disumbat dengan menggunakan crestoseal. Selanjutnya mikrokapiler disentrifuse dengan
kecepatan 12000 rpm selama 5 menit. Volume eritrosit diukur dengan menggunakan alat baca mikrohematokrit reader. Nilai hematokrit merupakan rata-
rata dari pengukuran kedua sampel duplo.
3.6. Protokol Penelitian
Tabel 2. Protokol Penelitian Aktifitas
Bulan 1 Bulan 2
1 2
3 4
1 2
3 4
Proses Adaptasi x
X X
x Pengambilan Darah
x x
x x
Pengukuran Parameter x
x x
x Penimbangan Bobot Badan
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Luak yang digunakan dalam penelitian ini, adalah luak yang berasal dari hasil tangkapan liar yang diperoleh dari pengepul satwa di pasar hewan Jatinegara
dan pasar hewan Pramuka di daerah Jakarta. Hasil pengukuran bobot luak yang digunakan adalah memiliki kisaran 2-2.5 kg. Secara visual testis pada luak jantan
sudah terlihat dengan jelas, memiliki bentuk yang mirip dengan testis kucing, namun belum tercium bau khas luak yaitu bau khas daun pandan. Secara alamiah
luak jantan dewasa akan mensekresikan minyak beraroma daun pandan yang berasal dari kelenjar sekretori di sekitar testis dan penisnya. Sekreta tersebut
berguna untuk menarik luak betina ketika masa kawin, dan juga sebagai penanda wilayah teritorial luak jantan karena luak termasuk hewan yang soliter atau hidup
menyendiri. Menurut Rodriguez et al. 2000 penandaan wilayah dilakukan karena adanya dominasi suatu individu atau kelompok hewan tertentu dalam suatu
wilayah. Luak yang digunakan dalam penelitian ini memiliki gigi runcing dan berukuran kecil. Menurut Patau et al. 2010 luak dewasa memiliki empat buah
gigi premolar atas dan gigi molar atas. Berdasarkan hasil pengamatan visual tersebut luak yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam kisaran
umur yang masih muda atau masa menjelang dewasa yaitu umur dibawah 12 bulan. Menurut Shiroff 2002, luak dapat hidup lebih dari 22 tahun. Luak
dikatakan dewasa kelamin ketika berumur 11-12 bulan. Luak dewasa memiliki bobot tubuh 2-5.5 kg. Panjang tubuh luak dewasa mencapai 43.2-71 cm dan
panjang ekor mencapai 40.6-66 cm. Selama penelitian berlangsung, dilakukan pengamatan terhadap adaptasi
luak pada lingkungan yang baru. Pada saat luak datang dan dikandangkan dalam kandang besi, pola tingkah laku luak terlihat sangat agresif dengan manifestasi
luak tersebut selalu ingin menyerang. Nafsu makan luak sangat rendah ditandai dengan banyak terdapat sisa makanan yang tidak dimakan oleh luak. Setiap
harinya luak selalu berada dipojok kandang, tidur meringkuk menjauh dari pintu kandang. Ketika kandang luak dibersihkan dan waktu pemberian pakan, luak lari
ketakutan menabrak-nabrak kandang dan berusaha menggigit tangan, keadaan