Nilai Hematokrit Luak Jawa Saat Datang dan Selama Proses Adaptasi

menunjukan perbedaan yang signifikan, kecuali pada luak jantan saat pengambilan darah ke 1. Kadar hemoglobin luak jantan pada pengambilan darah ke 1 juga menunjukan nilai yang paling tinggi. Kisaran Kadar hemoglobin luak Jawa jantan 8.26-13.72 gdL, sedangkan kisaran kadar hemoglobin luak Jawa betina 7.65-12.11 gdL. Jika dibandingkan dengan kisaran kadar hemoglobin anjing 12-18 gdL, kucing 8-15 gdL Rebar 2000 dan luak dari Thailand 12.3-15.5 gdL Salakij et al. 2007, ternyata rataan kadar hemoglobin luak Jawa ini berada dibawah kisaran dari ketiga hewan tersebut. Guyton 1997 menyatakan bahwa gambaran darah dipengaruhi oleh umur, gizi, tingkat stres, dan perubahan lingkungan. Penurunan jumlah hemoglobin sering terjadi akibat dari defisiensi nutrien yaitu zat besi Fe dari sumber pakan. Berkurangnya jumlah hemoglobin ini dapat dilihat dari penurunan nilai indeks eritrosit MCV, MCH, dan MCHC, penurunan saturasi transferin, serta penurunan feritin atau hemosiderin pada sumsum tulang Muhammad dan Sianipar 2005.

4.3. Nilai Hematokrit Luak Jawa Saat Datang dan Selama Proses Adaptasi

Nilai hematokrit luak Jawa jantan dan luak Jawa betina pada saat datang dan selama proses adaptasi secara jelas terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan nilai hematokrit luak Jawa jantan dan betina pada saat datang dan selama proses adaptasi. Jenis kelamin Pengambilan Darah ke- 1 2 3 4 Jantan 36.19±10.38 a 26.38±4.11 a 34.33±5.62 a 36.83±5.21 a Betina 33.25±4.79 a 31.88±9.73 a 26.63±6.50 a 32.56±9.47 a Keterangan: - Superskip dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada taraf 5 p0,05. - Data disajikan : rataan ± standar deviasi. Nilai hematokrit yang terlihat pada Tabel 5, mengalami fluktuasi berupa penurunan nilai hematokrit pada pengambilan darah ke 2 untuk luak jantan dan pengambilan darah ke 3 untuk luak betina. Fluktuasi nilai hematokrit tersebut masih dalam kisaran yang sama, yaitu terlihat tidak ada nilai hematokrit yang berbeda nyata pada semua pengambilan darah. Pada pengambilan darah ke 4 nilai hematokrit yang diperoleh hampir sama dengan nilai hematokrit pada pengambilan darah ke 1. Pada pengambilan darah ke 2 terjadi penurunan nilai hematokrit pada 4 ekor luak Jawa jantan. Hal tersebut sebanding dengan jumlah BDM dan hemoglobin luak jantan yang mengalami penurunan akibat proses adaptasi. Sedangkan pada pengambilan darah ke 3 untuk luak betina mengalami penurunan yang disebabkan oleh adanya 1 ekor dari 4 ekor luak betina yang memiliki nilai hematokrit yang sangat rendah yaitu 17. Keseluruhan nilai hematokrit yang diperoleh dalam penelitian ini, jika dibandingkan dengan nilai hematokrit anjing 37-55 Rebar 2000 dan luak dari Thailand 37.3-46.1 Salakij et al. 2007 maka kisaran nilai hematokrit luak Jawa berada pada batas bawah kisaran kedua hewan tersebut. Kisaran nilai hematokrit luak Jawa jantan adalah 25.50-40.76 , sedangkan kadar hematokrit luak Jawa betina sekitar 23.48-38.08 . Nilai hematokrit luak Jawa ini memiliki kemiripan dengan nilai hematokrit kucing 30-45 Rebar 2000. Keadaan tersebut sebanding dengan kisaran jumlah BDM dan kadar hemoglobin luak yang berada pada batas bawah kisaran jika dibandingkan dengan kisaran hematologi anjing, kucing, dan luak dari Thailand. Hematokrit atau Packed Cell Volume PCV adalah persentase volume butir darah merah dalam 100 ml darah Cunningham 2002. Hematokrit menggambarkan volume atau besar kecilnya ukuran sel darah merah Frandson 1992, bukan menggambarkan jumlah sel darah merah yang dihitung karena banyak kelainan bentuk morfologi sel darah merah yang dapat mempengaruhi besarnya nilai hematokrit. Menurut Nuraini 2006, jumlah sel darah merah memiliki hubungan berbanding lurus dengan nilai hematokrit. Semakin tinggi jumlah sel darah merah maka semakin tinggi pula nilai hematokrit yang diperoleh. Beberapa contoh kelainan morfologi sel darah merah seperti sel teardrop, anemia bulan sabit, anemia mikrositik dan anemia makrositik dapat menyebabkan perubahan volume darah merah Hoffbrand 2005. Pola fluktuasi nilai hematokrit luak Jawa jantan dan betina ini sebanding dengan pola fluktuasi jumlah BDM dan kadar hemoglobin yang diperoleh. Colville dan Joanna 2002 mengatakan bahwa nilai hematokrit sebanding dengan jumlah butir darah merah dan kadar hemoglobin. Menurut Mbassa dan Poulsen 1993 nilai hematokrit dipengaruhi oleh waktu, tempat, dan kondisi hewan pada saat pengambilan darah. Sedangkan Jain 1993 mengatakan bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh waktu dan kecepatan sentrifugasi. Bervariasinya nilai hematokrit ini juga dipengaruhi oleh tempat pengambilan darah. Pada hewan normal hematokrit dari darah vena lebih besar dari pada darah dari arteri, karena hidrasi dan butir-butir darah merah dan ukurannya yang bertambah Stockham dan Scott 2008. Pengaruh nilai hematokrit terhadap viskositas darah yaitu semakin tinggi jumlah sel darah merah artinya semakin tinggi nilai hematokrit, berarti semakin banyak gesekan yang terjadi antara berbagai lapisan darah dan geseken ini menentukan vikositas darah Guyton dan Hall 1999. Hematokrit merupakan indikasi proporsi sel dan cairan di dalam darah. Hematokrit yang rendah dapat mengindikasikan beberapa kelainan antara lain anemia, hemoragi, kerusakan sumsum tulang, kerusakan sel darah merah, malnutrisi, myeloma, dan artritis. Sebaliknya nilai hematokrit yang tinggi mengindikasikan keadaan dehidrasi eritrositosis maupun polisitemia di vena Rebar 2000.

4.4. Indeks Eritrosit Luak Jawa Saat Datang dan Selama Proses Adaptasi