Verifikasi Validasi Model Kebijakan Implikasi Kebijakan

100

5.3. Verifikasi Validasi Model Kebijakan

Hasil verifikasi melalui studi komparatif dan wawancara mendalam mengindikasikan suatu proses pemahaman mengenai pendekatan sistem dalam PLIKAB. Secara keseluruhan validasi model PLIKAB secara berkelanjutan dapat merepresentasikan kondisi nyata terkait PLIKAB saat ini. Kesetaraan yang dibangun antar stakeholder masih sulit untuk diwujudkan di lapangan, sehingga peran masyarakat lokal sering terabaikan. Selain kesetaraan, masih terdapat konflik kepentingan dalam pemanfaatan PLIKAB oleh berbagai pihak terkait. Pemanfaatan PLIKAB secara ekstraktif oleh masyarakat diakibatkan desakan ekonomi yang perlu dicarikan solusinya. Pelaksanaan program pengelolaan seringkali tidak jelas dalam pembagian peran para stakeholder kuncinya. Jangka waktu pelaksanaan program pengelolaan harus ditentukan secara bertahap dan terukur. Model yang dibangun diharapkan bisa diimplementasikan pada PLIKAB saat ini dan masa yang akan datang.

5.4. Implikasi Kebijakan

Berdasarkan verifikasi yang dilakukan, perlu disusun strategi untuk memperkuat sistem yang telah disusun guna meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan. Perlu dilakukan manajemen konsensus dalam menentukan keputusan bersama berdasarkan kesepakatan antar pihak guna mencapai tujuan bersama. Hal ini untuk mengeliminasi ketidaksetaraan, ego sektoral dan konflik kepentingan di antara para pihak yang terkait PLIKAB. Pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar perusahaan menjadi fokus utama dalam menjalankan kebijakan PLIKAB. Penyusunan tahapan program dan penanggung jawabnya secara jelas dan transparan berdasarkan kesepakatan akan menghasilkan implementasi yang optimal saat pelaksanaannya. Model konseptual kebijakan PLIKAB dimulai dengan perlunya komunikasi dan kesepakatan antara para pihak terkait. Sebagai langkah awal kerangka musyawarah harus dibangun dengan memperhatikan kriteria kesetaraan equity.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian tentang pengembangan lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan studi kasus di kawasan industri Jababeka Cikarang dari ketiga Industri tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: • Kinerja manajemen perusahaan industri komponen alat berat terkait produktivitas sumberdaya manusia tidak hanya bisa dilihat dari ukuran finansial, tetapi juga perlu dilihat dari ukuran non finasial termasuk kinerja manajemen perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. Dalam menilai kinerja manajemen perusahaan diperlukan alat-alat sarana tools, antara lain: men, money, materials, machines, method, dan markets. • Berdasarkan model SEM nilai minimum fit Chi-square sebesar 87.95; P=0.00100 diketahui bahwa kinerja perusahaan dalam pengelolaan limbah sangat ditentukan oleh integritas karyawan dan objektivitas karyawan baru disusul kemudian oleh independensi karyawan dalam mengolah limbah. Faktor yang terpenting yang menentukan integritas karyawan dalam pengelolaan limbah dalam model tersebut adalah kejujuran, kebijaksanaan setiap individu, dan rasa tanggung jawab. Faktor terpenting dalam obyektivitas karyawan dalam pengolahan limbah adalah dukungan data yang akurat dalam setiap laporan pengelolaan limbah yang dilakukan perusahaan dan adanya transparansi pelaporan yang dilakukan perusahaan. Sedangkan faktor yang menentukan independensi karyawan adalah kepentingan perusahaan, rasa sukarela karyawan, dan keterbukaan antara perusahaan dan karyawan. • Partisipasi stakeholder karyawan dalam pengelolaan limbah industri komponen alat berat terbagi ke dalam dua jenis limbah, yaitu limbah padat dan cair bernilai ekonomi dan limbah padat dan cair yang tidak bernilai ekonomi. Tingkat partisipasi stakeholder terhadap pengelolaan limbah padat yang masih bernilai ekonomi dilihat dari sikap mereka terhadap penanganan limbah 84,04, pemanfaatan limbah tidak secara langsung 62,76,