34
karyawan dalam mengelola limbah tidak dipengaruhi oleh tujuan pribadi, dan karyawan mengelola limbah dipengaruhi oleh perusahaan. Objektivitas meliputi
antara lain transparansi terhadap temuan dalam pengelolaan limbah, dukungan bukti terhadap temuan dalam pengelolaan limbah, dan objektivitas karyawan
dalam pengelolaan limbah.
Gambar 6. Model analisis SEM kinerja perusahaan komponen alat berat dalam pengelolaan limbah.
Model SEM terdiri atas dua bagian, yaitu model variabel laten dan model variabel teramati. Berbeda dengan regresi biasa yang menghubungkan kausalitas antara
variabel yang teramati, dalam SEM juga dapat diketahui kausalitas antara variabel-variabel laten.
3.2.3. Tingkat Partisipasi Karyawan dalam Pengelolaan Limbah Industri Komponen Alat Berat
Analisis persepsi karyawan bertujuan untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kegiatan industri komponen alat berat, disamping untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut umur, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, lokasi pemukiman, jenis pekerjaan. Analisis kuantitatif
dilakukan dengan statistika non parametrik bebas sebaran karena tidak ada
INDEPEND
KINERJA OBJEKTIV
INTEGRIT ind1
ind2 ind ..n
obj1 obj2
obj...n int1
int2 int...n
35
asumsi pengetahuan apapun mengenai sebaran populasi Walpole, 1995. Uji kuantitatif terhadap persepsi karyawan menggunakan tabulasi, persentase, dan
grafik, sedangkan untuk menentukan faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kegiatan industri komponen alat
berat menggunakan analisis statistika deskriptif.
3.2.4. Rumusan Alternatif Bentuk Kemitraan Dalam Pengelolaan Limbah Industri Komponen Alat Berat Yang Tepat Bagi Pihak-pihak Terkait.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk kemitraan yang sesuai dalam pengelolaan limbah pada industri komponen alat berat, maka dilaksanakan diskusi secara
terfokus FGD. FGD merupakan metode khusus untuk mengorganisasi diskusi atau serangkaian diskusi Budiharsono et al., 2006. FGD menghasilkan struktur
hirarki, serta tingkat pengaruh dan kepentingan para pihak terkait. Struktur hirarki yang dihasilkan dalam FGD dianalisis dengan metode AHP menurut Saaty 1991.
Sementara analisis stakeholder dan interpretasi pihak-pihak terkait dilakukan terhadap tingkat pengaruh dan kepentingan para pihak.
FGD dilaksanakan di PT. Katsushiro pada tanggal 26 April 2008 yang dihadiri 10 orang partisipan yang terlibat langsung dalam pengelolaan limbah
khususnya limbah padat bernilai ekonomis di industri komponen alat berat Gambar 7. FGD dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam
dari sudut pandang dan pengalaman peserta, perasaan, persepsi, kepercayaan, pengetahuan, dan sikap berkaitan dengan topik yang diteliti. Dalam hal ini
diharapkan ada kesepahaman dan kesepakatan peserta untuk membentuk kemitraan dalam pengelolaan limbah bernilai ekonomi khususnya yang dihasilkan
oleh perusahaan komponen alat-alat berat. Dalam pelaksanaan FGD, diskusi difokuskan pada pertanyaan-pertanyaan spesifik sesuai dengan topik yang dikaji.
Menurut Budiharsono et al., 2006 terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan dalam pelaksanaan FGD. Beberapa keunggulan dalam pelaksanaan
FGD tersebut antara lain : 1. FGD memberikan penjelasan lebih, bukan hanya pada apa yang peserta FGD
pikirkan, tetapi juga mengapa mereka berpikir seperti itu. 2. Dapat mengungkapkan konsensus dan keragaman kebutuhan peserta,
pengalaman, keinginan, dan asumsi.
36
3. Memungkinkan interaksi kelompok sehingga peserta dapat membangun konsep atau pandangan yang komprehensif lebih mendalam dari setiap ide,
bukan hanya dari pandangan individual. 4. Komentar yang tak terduga dan perspektif baru dapat ditelusuri dengan
mudah. 5. Moderator dan peserta dapat mengekspresikan perasaannya secara langsung.
Sedangkan kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan FGD antara lain : 1. Sampel yang sedikit sehingga memungkinkan tidak representatif
2. Semua peserta harus hadir di tempat dan waktu yang sama. Hal ini sulit jika peserta berada pada cakupan wilayah yang berjauhan.
3. Dapat memperoleh data kualitatif yang sangat banyak sehingga menyulitkan untuk analisis data.
4. Informasi yang dikumpulkan lebih bias karena interpretasi subjektif dibandingkan metode kuantitatif
5. Individu yang banyak bicara dapat mendominasi diskusi. Pandangan dari peserta yang asertif kadang sulit diperoleh.
6. Kualitas diskusi dan manfaat informasi yang diperoleh sangat bergantung pada kemampuan moderator.
Untuk menghindari munculnya kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan FGD tersebut di atas, maka peran moderator sangat penting dalam menentukan
arah dan jalannya diskusi sehingga tujuan FGD dapat tercapai dengan baik. Seorang moderator harus menguasai topik yang dikaji, dapat mengarahkan
jalannya diskusi jika diskusi yang sedang berlangsung keluar dari rambu-rambu atau tujuan diskusi, dan mampu menggali dan menggugah perasaan peserta
diskusi sehingga peserta dapat mengeluarkan pendapatnya sesuai dengan yang diketahui dan diinginkan tanpa rasa takut dan pengaruh dari argumen peserta
lainnya. Menurut Budiharsono et al., 2006 ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan FGD, yaitu: 1. Saat mendesain FGD, perlu mempertegas bahwa diskusi tersebut untuk
menemukan solusi. Abaikan aspek keberpihakan. 2. Saat mendesain FGD, perhatikan : siapa peserta; bagaimana melibatkan
37
mereka; pertanyaan apa yang akan ditanyakan; bagaimana mengumpulkan data; dan bagaimana menganalisis dan melaporkan hasil.
3. Buat pertanyaan umum dan spesifik. Jika semuanya hanya pertanyaan umum, akan sulit untuk memperoleh respon detail dari peserta. Sebaliknya jika
semuanya pertanyaan khusus, akan diperileh informasi yang “bigger picture” 4. Pilih moderator yang mengetahui cara bekerja dengan kelompok sehingga
tercipta partisipasi dan interaksi diantara peserta. 5. Pilih anggota kelompok yang mewakili populasi. Kelompok yang homogen
akan membantu menciptakan rasa nyaman dan kompatibilitas diantara peserta.
6. Batasi jumlah peserta antara 10 – 20 orang. Jumlah ini memungkinkan setiap orang untuk berpartisipasi, namun cukup untuk memberikan keragaman
opini. Perhatikan kelompok kecil ketika membutuhkan pandangan yang lebih mendalam dan detail, atau jika peserta menguasai perosalan upayakan dia
memberikan kontribusi yang besar. 7. Observer atau recorder harus merekam semua komentar yang dikemukakan
oleh setiap kelompok disarankan menggunakan audio tipe atau vidio recorder dan mencatat semua isyarat atau perilaku yang signifikan.
8. Audio atau vidio tapes seringkali merupakan sumber utama untuk memperoleh data FGD, dimana alat ini lebih efisien dan efektif dalam
membantu pelaksanaan FGD. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan FGD meliputi rencana seluruh
kegiatan FGD, menentukan tipe-tipe kelompok groups yang dibutuhkan, seleksi moderator dan tim lapangan, membuat panduan untuk moderator dan format
untuk mencatat tanggapan, melatih tim lapangan, persiapan untuk peserta FGD, melaksanakan FGD, dan melakukan analisis dan interpretasi hasil-hasil FGD
Budiharsono, et al., 2006. Tahap 1: Membuat rencana seluruh kegiatan FGD. Dalam tahap ini, kegiatan yang
direncanakan menyangkut bagaimana membangun kemitraan antar perusahaan komponen alat berat dalam pengelolaan limbah padat
bernilai ekonomi, selanjutnya dibuat rencana bentuk-bentuk kemitraan. Dalam tahap ini juga dipertimbangkan apakah dalam pelaksanaan FGD
38
diperlukan staf pendamping atau staf lapangan. Tahap 2: Menentukan tipe-tipe kelompok groups yang dibutuhkan. Dalam tahap
ini, tipe kelompok ditentukan melalui metode sampling seleksi kriteria dimana peserta dalam kelompok ditentukan berdasarkan bagian atau
divisi yang khusus menangani limbah dan mempunyai kewenangan dalam mengambil keputusan berhubungan dengan pengelolaan limbah.
Tahap 3: Menyeleksi moderator dan tim lapangan. Dalam tahap ini, dilakukan seleksi moderator yang didasarkan pada pengetahuan dan
pengalamannya serta menguasai topik yang akan didiskusikan. Tahap 4: Membuat panduan untuk moderator dan format untuk mencatat
tanggapan. Dalam tahap ini, dibuat panduan pelaksanaan FGD terutama untuk moderator dalam mengarahkan jalannya FGD, selain itu juga
dibuat format untuk mencatat tanggapan-tanggapan dari peserta FGD. Panduan FGD yang dibuat berdasarkan tujuan FGD untuk mencari
bentuk-bentuk kemitraan pengelolaan limbah padat berniali ekonomi pada perusahaan komponan alat berat
Tahap 5: Melatih tim lapangan. Dalam tahap ini, tim lapangan diberikan pengarahan-pengarahan terkait dengan tugasnya pada saat kegiatan FGD
dilaksanakan. Terutama dalam mencatat tanggapan-tanggapan dari peserta FGD. Selain itu, dalam tahap ini juga dilakukan penyempurnaan
panduan FGD. Tahap 6: Membuat persiapan untuk peserta FGD. Dalam tahap ini, ditetapkan
waktu pelaksanaan FGD yang dilaksanakan pada tanggal 28 April 2008 pukul 09.00 WIB sampai selesai. Karena tempat domisili setiap peserta
saling berjauhan maka beberapa peserta tidak sempat datang tepat pada waktu yang ditentukan sehingga pelaksanaan FGD mundur sekitar 1
jaum dari waktu yang telah ditentukan dan selesai pada pukul 13.30 WIB.
Tahap 7 : Melaksanakan FGD. Pada tahap in, FGD dilaksanakan tepat pada jadwal yang telah ditntukan
yaitu pada tanggal 28 April 2008. Sebelum dilaksanakan diskusi, terlebih dahulu diadakan perkenalan dimana setiap peserta memperkenalkan
39
identitas dirinya masing-masing yang didahului oleh moderator. Selanjutnya pengarahan dari penggagas kegiatan FGD dalam hal ini
Budi Setyo Utomo selaku Mahasiswa Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan PSL Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor IPB yang sedang melaksanakan penelitian terkait sistem manajemen lingkungan dalam pengelolaan limbah oleh Industri
komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat, dimana salah satu tujuannya adalah mengkaji bentuk kemitraan dalam
pengelolaan limbah. Diskusi dilaksanakan dengan proses sebagai berikut:
• Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian, serta menjelaskan hasil studi pustaka dan hasil temuan awal di lapangan,
baik hasil survei awal, maupun pengamatan langsung di lingkungan industri komponen alat berat.
• Peneliti menjelaskan rancangan awal model kebijakan pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan
kemitraan masyarakat. • Peserta secara bergantian memberikan masukan secara umum
tentang hasil kajian awal peneliti untuk membangun asumsi yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan industri komponen alat
berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat. • Peneliti memberikan tanggapan balik secara umum tentang asumsi-
asumsi yang dikemukakan peserta. Selain itu peneliti memberikan fokus pembahasan aspek-aspek yang terkait pengelolaan lingkungan
industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat secara sistematis.
• Pemandu mengarahkan fokus pembahasan secara sistematis sesuai arahan peneliti dan ketertarikan peserta.
• Peserta memberikan masukan tentang aspek-aspek yang terkait pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat berbasis
partisipasi dan kemitraan masyarakat secara sistematis.
40
• Seluruh peserta dan peneliti mendiskusikan satu persatu aspek-aspek yang terkait pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat
berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat, sehingga diperoleh masukan yang aktual dan komprehensif bagi penyusunan
kebijakannya. • Hasil diskusi kemudian dibacakan pada akhir diskusi.
Tahap 8: Analisis dan interpretasi hasil-hasil FGD Pada tahap ini dilakukan analisis dan interpretasi hasil pelaksanan FGD.
Hasil analisis ini secara khusus disajikan dalam bab yang sedang dibahas dalam disertasi ini
Hal-hal yang dibicarakan dalam FGD difokuskan pada upaya untuk membentuk kemitraan dalam pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh tiga 3
perusahaan besar yang bergerak pada komponen alat berat. Selanjutnya membahas struktur hierarki pengembangan sistem manajemen lingkungan
komponen alat berat yang diantaranya menyangkut bentuk kemitraan. Struktur hierarki sistem pengembangan sistem manajemen lingkungan
komponen alat berat disusun atas lima 5 level yaitu : 1 fokus yaitu pengembangan sistem manajemen lingkungan industri komponen alat berat
berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat; 2 faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan sistem manajemen lingkungan yang meliputi faktor
sumberdaya manusia SDM, teknologi, permodalan, pemasaran, dan kebijakan perusahaan; 3 aktor yang berperan yaitu Jababeka infrastruktur, perusahaan PT.
Katsushiro Indonesia , PT. Hanken Indonesia, dan PT. United Tractors Pandu Engineering, lembaga keuangan, dan masyarakat yaitu karyawan perusahaan; 4
tujuan yang ingin dicapai yaitu kualitas lingkungan yang terjaga dan terkendali, peningkatan pendapatan masyarakat karyawan, peningkatan daya saing, dan
minimalisasi konflik; dan 5 alternatif kebijakan sebagai bentuk kemitraan dalam pengelolaan limbah.
Adapun strukur hierarki pengembangan sistem manajemen lingkungan Industri komponen alat berat dalam pengelolaan limbah berbasis partisipasi dan
kemitraan masyarakat seperti disajikan pada Gambar 7.
41
Gambar 7. Struktur hierarki pengembangan sistem manajemen lingkungan industri komponen alat berat.
Gambar 8. Tahap-tahap analisis AHP.
MODEL PENGELOLAAN LINGKUNGAN INDUSTRI KOMPONEN ALAT BERAT
BERBASIS PARTISIPASI DAN KEMITRAAN MASYARAKAT
KUALITAS LINGKUNGAN
TERJAGA PENINGKATAN
PENDAPATAN MASYARAKAT
PENINGKATAN DAYA SAING
MINIMISASI KONFLIK
FA K
TO R
F O
KUS
AKT O
R
T UJ
UA N
PERUSAHAAN KOPERASI
MASYARAKAT Karyawan
JABABEKA INFRASTRUKTUR
A LTE
R N
A TI
F BERMITRA DENGAN
MEMBENTUK BADAN USAHA SHARING SAHAM SAMA RATA
BERMITRA DENGAN MEMBENTUK BADAN USAHA SHARING SAHAM
TERBESAR DARI PERUSAHAAN YANG MENGHASILKAN LIMBAH TERBESAR
SDM TEKNOLOGI
MODAL PEMASARAN
KEBIJAKAN PERUSAHAAN
Mulai Penentuan Tujuan dan
Alternatif Penyusunan Pohon
Hierarki Pembobotan Kriteria
Hierarki Perbandingan Berpasangan
Perhitungan inkonsistensi Pembobotan Kriteria
Hierarki
I nkonsistensi 0,1
Entri Nilai Kriteria untuk masing-masing
Alternatif
Sintesis Hierarki
Bobot priorit as masing- masing alternat if
Selesai
42
Struktur hirarki yang dihasilkan dalam FGD, dianalisis dengan metode AHP melalui lima tahap Gambar 8, sebagai berikut :
1. Penentuan tujuan pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya secara optimal.
2. Penyusunan pohon hirarki dari kriteria-kriteria penilaian alternatif keputusan Gambar 8;
3. Pembobotan tingkat kepentingan masing-masing kriteria melalui tiga tahap, yaitu: tahap penentuan tingkat kepentingan kriteria terhadap penentuan nilai
indikator pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya melalui metode perbandingan berpasangan, tahap penilaian bobot masing-masing
kriteria, dan penilaian konsistensi penentuan tingkat kepentingan kriteria. Skala kepentingan relatif ditentukan berdasarkan urutan tingkat kepentingan
kriteria penilaian tujuan Tabel 1. 4. Entri data survei lapangan ke dalam parameter hirarki;
5. Sintesis hirarki untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan. Tabel 1. Skala penilaian kepentingan relatif
Nilai dalam Angka
Skala Kepentingan Keterangan
1 Sama penting
Kedua faktor mempunyai dukungan yang sama pentingnya terhadap tujuan
3 Agak penting
Terlihat nyata pentingnya faktor tersebut dibanding faktor lainnya, tetapi tidak
meyakinkan
5 Lebih penting
Jelas dan nyata faktor tersebut lebih penting dari yang lainnya
7 Sangat penting
Jelas, nyata dan terbukti faktor tersebut jauh lebih penting dari yang lain
9 Sangat penting
sekali Jelas, nyata dan terbukti secara
meyakinkan faktor tersebut sangat penting dalam permufakatan
2,4, 6, 8 Nilai tengah antara
dua skala kepentingan yang
berurutan Jika diperlukan nilai kompromistis
3.3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data