Kualitas Asap Cair Kadar Fenol

0,5 1 1,5 2 2,5 3 K adar P h enol 200 300 400 Suhu Pirolisa oC Campuran TK BS

4.1.2. Kualitas Asap Cair Kadar Fenol

Hasil analisa asap cair dari bahan pengasap campuran tempurung kelapa dan batang ubi kayu yang diproduksi pada suhu pirolisis berbeda menghasilkan kadar fenol yang berbeda. Rata-rata kadar fenol asap cair pada suhu pirolisis 200 ºC, 300 ºC dan 400 ºC berturt-turut adalah 0.29, 1.96 dan 2.0. Secara jelas kadar fenol asap cair bahan pengasap campuran yang diproduksi dari berbagai suhu pirolisis disajikan pada Gambar 15. Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa kadar fenol makin bertambah dengan meningkatnya suhu pirolisis. Peningkatan ini akibat semakin banyak terjadi degradasi lignin dan selulosa pada suhu yang lebih tinggi. Kayu atau bahan pengasap mengandung berbagai komponen utama seperti hemiselulosa, selulosa dan lignin. Lignin adalah bagian kayu paling keras sehingga baru akan terurai pada suhu yang tinggi. Menurut Simon et al, 2005 pirolisis lignin akan menghasilkan fenol dan turunannya yang penting sebagai bahan pengawet dalam asap cair. Jika dibandingkan dengan asap cair dari tempurung kelapa dan batang ubi kayu yang diproduksi secara terpisah, kadar fenol bahan pengasap campuran berada diantara keduanya, lebih tinggi dari kadar fenol asap cair batang ubi kayu Gambar 15. Kadar fenol asap cair bahan pengasap campuran pada berbagai suhu pirolisis 2 4 6 8 10 12 T o ta l As a m 200 300 400 Suhu Pirolisa oC Campuran TK BS tetapi lebih rendah dari asap cair tempurung kelapa Tabel 14. Namun secara umum untuk semua asap cair, baik yang produksi dari bahan pengasap campuran maupun secara terpisah menunjukkan peningkatan kadar fenol dengan bertambahnya suhu pirolisis. Tabel 14. Kadar fenol asap cair beberapa bahan pengasap pada berbagai suhu pirolisis Suhu Pirolisis o C Kadar Fenol Campuran BS + TK TK BS 200 0.29±0.13 0.60±0.12 0.08±0.02 300 0.90±0.16 1.55±0.73 0.34±0.00 400 1.96±0.05 2.76±0.00 0.60±0.12 TK : Tempurung Kelapa BS : Batang ubi kayu Total Asam Hasil analisa asap cair dari bahan pengasap campuran tempurung kelapa dan batang ubi kayu yang diproduksi pada suhu pirolisis berbeda menghasilkan kadar asam yang tidak jauh berbeda. Rata-rata kadar total asam asap cair pada suhu pirolisis 200 ºC, 300 ºC dan 400 ºC berturt-turut adalah 7.32, 8.72 dan 9.03. Secara jelas total asam asap cair bahan pengasap campuran yang diproduksi dari berbagai suhu pirolisis disajikan pada Gambar 16. Gambar 16. Kadar total asam asap cair bahan pengasap campuran pada berbagai suhu pirolisis Gambar diatas memperlihatkan kadar asam makin bertambah dengan meningkatnya suhu pirolisis, tetapi peningkatannya sangat kecil terutama menjelang suhu pirolisis 400 ºC. Hal ini mungkin karena semakin kecil selulosa yang terurai pada suhu yang lebih tinggi. Penguraian terbesar terjadi menjelang suhu 300 ºC dimana pada suhu tersebut merupakan suhu optimal degradasi selulosa. Menurut Pearson dan Tauber 1973 dalam Tampubolon 1983 terurainya lignin dan terbentuknya fenol paling banyak pada temperatur diatas 310 o C, sedangkan pada suhu dibawahnya yang paling banyak adalah senyawa- senyawa asam. Jika dibandingkan dengan asap cair dari tempurung kelapa dan batang ubi kayu yang diproduksi secara terpisah, kadar asam bahan pengasap campuran berada diantara keduanya, lebih tinggi dari kadar fenol asap cair batang ubi kayu tetapi lebih rendah dari asap cair tempurung kelapa Tabel 15. Namun secara umum untuk semua asap cair, baik yang produksi dari bahan pengasap campuran maupun secara terpisah menunjukkan peningkatan kadar asam dengan bertambahnya suhu pirolisis. Tabel 15. Kadar total asam asap cair beberapa bahan pengasap pada berbagai suhu pirolisis Suhu Pirolisis o C Kadar Asam Campuran BS + TK TK BS 200 7.32±0.52 9.45±0.16 6.24±0.57 300 8.72±0.20 10.03±0.99 6.48±0.08 400 9.03±0.15 10.15±0.49 6.65±0.16 TK : Tempurung Kelapa BS : Batang ubi kayu Kadar Benzoapiren Hasil analisa menggunakan GC-MS menunjukkan bahwa Benzoapyren tidak ditemukan pada asap cair bahan pengasap campuran yang diproduksi pada semua suhu pirolisis baik 200 ºC, 300 ºC maupun 400 ºC Lampiran 9a. Hal yang sama juga terjadi pada asap cair pembanding Lampiran 9b. Tidak ditemukannya Benzoapyren dalam penelitian ini kemungkinan disebabkan karena kandungannya sangat rendah atau memang sudah tidak ada dalam asap cair akibat proses redestilasi. Selain itu belum bakunya teknik preparasi sampel dengan pelarut yang tepat merupakan salah satu faktor yang diduga berperan dalam ketelitian ekstraksi benzopyren. Menurut Pszczola 1995 dalam Darmaji 2002 redestilasi merupakan salah satu cara pemurnian terhadap asap cair, yaitu proses pemisahan kembali suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Redestilasi asap cair dilakukan untuk menghilangkan senyawa yang berbahaya seperti poliaromatik hidrokarbon PAH dan tar. Benzoapyren mempunyai titik didih yang cukup tinggi yaitu 312 ºC Jaya et al. 1997 dan diduga tidak akan teruapkan pada saat redestilasi dengan suhu 125 ºC. Hasil analisa ini menunjukkan bahwa tujuan yang diharapkan dari proses pembuatan asap cair untuk mengurangi resiko kesehatan bagi manusia akibat kandungan senyawa karsinogen sudah terpenuhi dengan tidak ditemukan Benzoapyren dalam asap cair. 4.2. Penelitian Tahap II 4.2.1. Penelitian Pendahuluan