Kebijakan pengadaan Bahan pustaka

Dalam buku Antologi Kepustakawanan Indonesia 2006: 107 mengatakan bahwa: Pemikiran dalam lingkup perpustakaan perguruan tinggi dalam menyiapkan dirinya untuk menyambut masyarakat informasi: 1. Perpustakaan semakin meningkat perannya menjadi tempat belajar secara kolaboratif-aktif sebagai tambahan atas cara pembelajaran yang tradisional. Perpustakaan akan menjadi semacam loboratorium yang mendukung penelitian bersama maupun studi pribadi. Untuk itu perpustakaan harus menyediakan ruangan yang cukup maksud tersebut. 2. Perpustakaan perlu merancang ruang intruksional khusus dilengakapi dengan perlengkapan pebeljaran interaktif. 3. Perpustakaan tetap maju dengan integrasi koleksi tercetak dan sumber- sumber informasi elektronik. 4. Perpustakaan tetap memerlukan ruangan khusus untuk mendokumentasikan kekayaan intelektual kelembagaan. 5. Perpustakaan perlu menyediakan suasana sosial yang mengundang kreatifitas bagi semua orang. Oleh karena itu, dengan adanya pemikiran di atas dalam mengadakan bahan pustaka perlu adanya kebijakan mengenai koleksi-koleksi yang akan disediakan di perpustakaan.

2.2 Kebijakan pengadaan Bahan pustaka

Sekarang memasuki elektronik ramai diperbincangkan sehubungan dengan serbuan teknologi informasi TI yang menuntut pustakawan untuk lebih menguasai dunia perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat . Dengan demikian secara tidak langsung perpustakaan dituntut mengembangkan koleksi yang relevan untuk pengguna. Pada perpustakaan perguruan tinggi, kebijakan pengadaan bahan pustaka hendaknya dilaksanakan seoptimal mungkin. Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi 2004: 47 mengatakan bahwa: Kebijakan pengembangan koleksi hendaknya selalu dapat mencerminkan fungsi perpustakaan sebagai penunjang pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat PP. No. 30, Th. 1990, pasal 34 sebagai unsur penunjang tridarma perguruan tinggi tersebut, perpustakaan merumuskan tujuan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Mengadakan buku, jurnal dan pustaka lainnnya untuk dipakai oleh dosen, mahasiswa, dan staf pengajar lainnnya bagi kelancaran program pengajaran dan penelitian di perguruan tinggi. 2. Mengusahakan, menyimpan, dan merawat pustaka yang bernilai sejarah, yang memiliki kandungan informasi local, dan yang dihasilkan oleh sivitas akademika untuk dimanfaatkan kembali sebaga sumber pembelajaran learning resources 3. Menyediakan sarana temu kembali untuk menunjang pemakaian bahan pustaka. 4. Menyediakan tenaga yang profesional serta penuh dedikasi untuk melayani kebutuhan pengguna perpustakaan, dan bila perlu mampu memberikan pelatihan cara penggunaan bahan pustaka. 5. Bekerja sama dengan perpustakaan lain untuk mengembangkan program perpustakaan. Dalam situs http:massofa.wordpress.com20080120pengadaan-bahan-pustaka.. Dengan judul Pengadaan bahan pustaka Bag.1 CARI ILMU BORNEO menyatakan bahwa: Dalam mencapai sasaran, perpustakaan perlu meletakkan dasar-dasar kebijakan dalam pengembangan koleksi yang tertulis berfungsi sebagai: a. Pedoman bagi para selektor untuk bekerja lebih terarah b. Sarana komunikasi untuk memberitahu pada para pemakai, administrator, dewan pembina dan pihak lain, apa cakupan dan ciri-ciri koleksi yang telah ada dan rencana untuk pengembangaan selanjutnya. c. Sarana perencanaan untuk membantu dalam proses alokasi dana. Sejalan dengan perkembangan zaman yang berorientasi kepada sistem teknologi, maka pengadaan bahan pustaka berkembang pula. Sekarang pengadaan koleksi di perpustakaan dapat dilakukan dengan menggunakan sistem jaringan.koleksi-koleksi perpustakaan dapat diakses secara on-line, pengarang dapat diidentifikasi dengan memiliki alamat email. Pengadaan koleksi perpustakaan dengan cara ini menggeser pola layanan perpustakaan, dan tentunya akan mempengaruhi kebijakan pengadaan pengadaan bahan pustaka. Dalam hal pengadaan koleksi bahan pustaka juga mempunyai kendala yaitu biaya atau anggarannya. Namun seiring dengan perkembangan zaman, yang berbasis lektronik perpustakaan dapat melakukan pengadaan bahan pustaka dengan sistem jaringan penggunaan elektonik atau computer. Dalam buku Antologi Kepustakawanan Indonesia 2006: 257 mengatakan bahwa pokok terpenting dalam kebijakan pengadaan bahan pustaka dalam sistem jaringan adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Awal dari pengadaan pustaka adalah dengan mengumpulkan semua publikasi instansi sendiri baik dalam bentuk lain seperti elektronik maupun digital. Harus dikumpulkan juga semua “gray literature” yang muncul dalam lembaga sendiri. 2. Semua pengadaan pustaka dari luar selanjutnya adalah pada pustaka yang memang diperlukan oleh pemangku kepentingan take holder. a. Dalam perpustakaan penelitian pemangku kepentingan adalah peneliti. b. Dalam perpustakaan perguruan tinggi adalah sivitas akademika. c. Dalam perpustakaan sekolah adalah pengajar dan pelajar. d. Dalam perpustakaan umum adalah masyarakat luas. e. Perpustakaan Nasional hendaknya menjadi benteng terakhir dari kebutuhan nasional. 3. Sistem jaringan hendaknya dapat secara bersama merancang sistem pembelian yang memungkinkan perpustakaan anggota mendapatkan harga seekonomis mungkin. 4. Semua koleksi hendaknya dikelola menuju pengelolaan berkomputer dalam suatu sistem basis data. Format basis data local ditentukan oleh masing-masing perpustakaan sesuai kemampuan. 5. Semua anggota jaringan hendaknya membuka basis datanya untuk dapat diakses oleh anggota lainnya melalui internet. 6. Dalam hal ini perlu disepakati format komunikasi tertentu. Dengan demikian secara nyata akan terbangun catalog induk on-line yang akan berguna bagi semua anggota jaringan. Pengadaan dengan sistem jaringan dapat membantu pihak perpustakaan dalam hal biaya dan koleksi perpustakaan yang didapatkan lebih relevan.

2.3 Seleksi Bahan pustaka