3 Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan
pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.
4 Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya
historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu.
5 Laba didasarkan pada prinsip penandingan matching antara
pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan revenue, beban expense, keuntungan gain, dan kerugian loss. Defenisi dari
elemen-elemen laba tersebut telah dikemukakan Stice et.al 2004 : 230. a.
Pendapatan revenue adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya atau kombinasi dari
keduanya dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama
yang sedang dilakukan entitas tersebut.
b. Beban expense adalah arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva
atau timbulnya kewajiban atau kombinasi keduanya dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas
lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut.
c. Keuntungan gain adalah peningkatan dalam ekuitas aktiva bersih
dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang
mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.
d. Kerugian loss adalah penurunan dalam ekuitas aktiva bersih dari
transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang
mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.
3. Pertumbuhan Laba
Universitas Sumatera Utara
Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan rugi laba. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus
kinerja perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun
salah satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan
laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya Warsidi dan Agus Pramuka, 2000.
Pertumbuhan laba dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut.
Pertumbuhan Laba =
1 -
t 1
- t
t
Thn Laba
Thn Laba
- Thn
Laba
Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Dengan kata lain, laba merupakan ukuran kinerja dari
suatu perusahaan, sehingga semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, akan mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan tersebut.
4. Current Ratio
Rasio yang umum digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah raso lancar current ratio, dimana current ratio memberikan ukuran kasar tingkat
likuiditas perusahaan. Definisi current ratio menurut Kasmir 2008:134 merupakan “rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan”. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar
Universitas Sumatera Utara
yang dimilki perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Rasio lancar dapat dihitung dengan cara membandingkan aktiva
lancar dengan utang lancar atau menurut Harahap 2006 : 301 secara matematis, rumus untuk menghitung current ratio adalah:
current ratio =
Lancar Utang
Lancar Aktiva
Aktiva lancar current asset merupakan harta yang dimiliki perusahaan yang dapat dijadikan uang tunai dalam waktu yang singkat kurang satu
tahun. Komponen aktiva lancar lazimnya terdiri dari kas, kas di bank, surat- surat berharga piutang, persediaan, biaya dibayar di muka, dan aktiva lancar
lainnya. Kewaijaban lancar current liabilities merupakan kewajiban jangka pendek perusahaan yang harus dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun.
Komponen kewajiban lancar biasanya terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang deviden, pendapatan
diterima di muka, utang jangka panjang yang jatuh tempo serta utang jangka pendek lainnya. Dari hasil pengukuran rasio, apabila current ratio rendah
dapat dikatakan bahwa tingkat likuiditas perusahaan sedang tidak baik, namun apabila current ratio tinggi belum tentu mengindikasikan kondisi
perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Dalam praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar
yang standar adalah 2:1 Kasmir, 2008:135.
5. Debt to Equity Ratio