Strategi Pemberdayaan Industri Kecil

pendapatan. Industri kecil tidak hanya dilihat sebagai suatu kelompok unit usaha yang seharusnya terintegrasi sepenuhnya didalam dunia usaha nasional secara nyata. Industri kecil harus dilihat sebagai unit usaha yang terintegrasi sepenuhnya dengan industri menengah dan besar d idalam industri nasional. Peranan pemerintah juga harus berubah. Peranan pemerintah dalam mendukung industri kecil dan menengah hanyalah sebagai fasilisator, stimulator, regulator, dan stabilisator. Hal utama yang perlu dilakukan pemerintah, khususnya pemerintah daerah setempat, bukan memberikan segala macam fasilitas-fasilitas kemudahan seperti credit schemes dengan suku bunga murah, melainkan menghilangkan segala market distortions, termasuk pemerintah harus hand-off dari segala macam pengaturan-pengaturan tata niaga yang kenyataanya selama ini hanya memperbesar distorsi pasar yang lebih merugikan industri kecil itu sendiri.

2.6 Strategi Pemberdayaan Industri Kecil

Strategi pemberdayaan yang telah diupayakan selama ini untuk pemberdayaan industri kecil dapat diklasifikasikan dalam beberapa aspek utama berikut : 1. Aspek manajerial, yang meliputi: peningkatan produktifitas, omset, tingkat utilitas, atau tingkat hunian; peningkatan kemampuan pemasaran; dan pengembangan sumber daya manusia. 2. Aspek permodalan, yang meliputi: bantuan modal penyisihan 1-5 keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyaalurkan kredit bagi usaha kecil minimum 20 dari portofolio kredit bank dan kemudahan kredit KUPEDES, KUK, KIK, KMKP, KCK, Kredit MiniMidi, dan KKU. Universitas Sumatera Utara 3. Pengembangan program kemitraan dengan usaha besar, baik lewat Bapak-Anak angkat, PIR, keterkaitan hulu-hilir forward linkage, keterkaitan hilir-hulu backward linkage, modal ventura, maupun subkontrak. 4. Pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan, apakah berbentuk PIK Pemukiman Industri Kecil, LIK Lingkungan Industri Kecil, atau SUIK Sarana Usaha Industri Kecil yang didukung oleh UPT Unit Pelayanan Teknis dan TPI Tenaga Penyuluh Industri. 5. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB Kelompok Usaha Bersama dan KOPINKRA Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan. Harus diakui telah banyak upaya pembinaan dan pemberdayaan usaha kecil yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang concern dengan pengembangan usaha kecil. Namun, upaya pembinaan usaha kecil sering tumpang tindih dan dilakukan sendiri- sendiri. Perbedaan persepsi mengenai usaha kecil pada gilirannya menyebabkan pembinaan usaha kecil masih terkotak-kotak atau sector oriented, di mana masing- masing instansi pembina menekankan pada sektor atau bidang binaannya sendiri-sendiri. Akibatnya, dua hal terjadi: 1 ketidakefektifan arah pembinaan serta 2 ketiadaan indicator keberhasilan yang seragam, karena masing-masing instansi Pembina berupaya mengejar target dan sasaran sesuai dengan kriteria yang telah mereka tetapkan sendiri. Karena egoisme sektoral atau departemen, dalam praktek sering dijumpai ‘persaingan’ antar organisasi Pembina. Pengusaha kecilpun sering mengeluh karena hanya selalu menjadi ‘objek’ binaan tanpa ada tindak lanjut atau pemecahan masalah mereka secara langsung. Universitas Sumatera Utara Assauri 1993 mengusulkan untuk mengembangkan interorganizational process dalam pembinaan usaha kecil. Dalam praktiknya, struktur jaringan dlam kerangka organisasi pembinaan usaha kecil dpat dilakukan dalam bentuk incubator bisnis dan PKPK Pusat Konsultasi Pengusaha kecil. PKPK adalah ide Departemen Koperasi dan PPK, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai wadah pengembangan pengusaha kecil menjadi tangguh dan atau menjadi pengusaha menengah melalui kerja sama dengan perguruan tinggi dan koordinasi antarinstansi. Saat ini, tercatat sudah ada 16 PKPK di Indonesia, yang tersebar di 13 propinsi, dan konon diperluas hingga 21 perguruan tinggi pada 18 propinsi. Kegiatan semacam ini merupakan suatu terobosan yang tepat mengingat potensi pengusaha kecil di Indonesia sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Tabel 1 : Lembaga-lembaga Pendukung Pengembangan Usaha Kecil UK Lembaga Pendukung Peran Yang Dilakukan Program atau Intervensi 1. Pemerintah 1.1 Deperin Perumusan Kebijakan pengembangan, implementasi program, dan penyediaan fasilitas  Pendidikan dan pelatihan  Penelitian dan pengembangan teknoproduksi.  Pelayanan teknis melalui UPT  Pelayanan informasi dan konsultasi  Perantara UK dengan bapak angkat 1.2 Depdikbud  Peningkatan SDM melalui semua jalur: formal, informal, dan nonformal  Konsep link dan match antara dunia  Orientasi pendidikan sangat bias  Program magang  Pelatihan melalui pendidikan masyarakat  Pembinaan melalui kursus- kursus informal  Perhatian terfokus pada usaha menengah-besar-formal, belum ada program yang berorientasi pada UK 1.3 Depnaker  Pembinaan dan penempatan tenaga kerja  Perumusan kebijakan ketenagakerjaan  Pelatihan melalui BLK  Pengembangan pusat informasi  Penetapan KUM dan monitoring-nya  Pengembangan usaha kecil dan usaha mandiri lebih ditujukan mengatasi penganggur Universitas Sumatera Utara Lembaga Pendukung Peran Yang Dilakukan Program atau Intervensi ketimbang pengembangan usaha 1.4 Depsos Pembinaan UK sebagai bagian upaya pengentasan kemiskinan Pelatihan-pelatihan 1.5 Depkeu  Merancang kebijakan ekonomi yang kondusif bagi pengembangan UK  Mekanisme control terhadap implementasi kebijakan yang telah diambil masih sangat minim  Kontrolpelayanan finansial bagi usaha kecil  Pembentukan dan pembinaan UK, antgara lain melalui alokasi 1-5 dana keuntungan BUMN  Penyederhanaan produser pelayanan finansial. 1.6 Bappenas  Perencanaan dan pengawasan pembangunan dengan titik berat pada pengentasan kemiskinan  Mekanisme kontrol terhadap lembaga pelaksana IDT sangat lemah  Pemetaan desa miskin  Inpres desa tertinggal IDT dengan orientasi penggunaan dana untuk kegiatan produktif 1.7 Depkop dn PPK  Merumuskan kebijakan pengembangan UK  Berfungsi sebagai koordinator dalam gerakan pengembangan ekonomi rakyat  Pningkatan SDM  Pelayanan konsultsi bekerja sama dengan perguruan tinggi  Mengembangkan koperasi sebagai salah satu wadah kegiatan ekonomi rakyat 1.8 Pemda bersama Bappeda dan Dinas Tata kota  Pengaturan perizinan usaha  Pengaturan tata kota  Penyediaan fasilitas tempat usaha sentra atau pusat perdagangan  Lokalisasi UK seringkali sangat merugikan karena memisahkan UK dari sestem sosial yang ada. 2. LSM  Lembaga pelayanan alternative bagi usaha kecil yang berfungsi sebagai lembaga perantara untuk menjembatani keterbatasan pemerintah dan swasta dalam menjangkau usaha kecil  Sangat berpotensi menjadi partner UK karena kedekatan hubungannya dengan UK  Koordinasi antar LSM maupun lembaga pendukung lainnya sangat minim  Lingkup kerja terbatas serta ada ketergantungan finansial dan teknisi ahli yang akan mengancam keberlanjutan lembaga  Pengembangan berbagai kelompok swadaya masyarakat  Pelatihan teknis produksi dan pengolahan atau administrasi  Penelitian dan konsultasi  Intervensi efektif hanya dalam wilayah kerjanya  Masih belum menjangkau kelompok usaha kecil yang betul-betul marjinal 3. Lembaga swasta dan perorangan Peningkatan SDM melalui pendidikan dan pelatihan  Pengembangan SDM  Perantara dalam pasar kerja 4. Lembaga Penelitian di Perguruan Tinggi Penelitian dan pengembangan teknologi produksi serta sumber daya manusia  Pengembangan skema pelayanan finansial di pedesaan  Pelatihan dan teknis menajemen untuk pedagang kecil  Konsultasi dan pembinaan 5. Asosiasi Pengusaha Kecil Terlibat langsung dalam negosiasi, perumusan kebijakan, dan evaluasi Pengorganisasian PK harus dibangun dengan tujuan spesifik Universitas Sumatera Utara

2.7 Pola Kemitran Bisnis