Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penyakit Malaria

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan.

2. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauhmana peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit malaria di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan Kab. Mandailing Natal.

3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit malaria di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan Kab. Mandailing Natal.

4. Manfaat Penelitian

4.1. Bagi Pelayanan Desa Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbang saran bagi sistem pelayanan desa dan juga bagi aparat desa untuk pencegahan penyakit malaria di Desa Gunung Manaon Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, sehingga lebih meningkatkan kualitas hidup. 4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan Universitas Sumatera Utara Penelitian ini diharapkan menjadi dasar pertimbangan khususnya keperawatan komunitas untuk mengembangkan strategi promosi kesehatan kepada masyarakat untuk pencegahan penyakit malaria. 4.3. Bagi Penelitian Keperawatan Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya dalam pencegahan penyakit malaria. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Penyakit Malaria

Penyakit malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium termasuk Protozoa dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. 1.1.Etiologi Malaria biasanya berkembang dengan adanya interaksi seseorang yang sehat dengan penderita, penularannya selalu bersifat sporadic, penyebab utama penularan malaria ini meliputi peperangan, perpindahan penduduk, pertumbuhan dan perkembangan bangsa serta bepergian ke daerah endemik. 1.1.1 Pejamuinang Host Malaria mempunyai dua inang yaitu, manusia intermediate host, nyamuk Anopheles Defenitive host. 1. Manusia intermediate host Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan terhadap gigitan nyamuk. Bayi di daerah endemik malaria mendapat perlindungan antibody maternal yang diperoleh secara Universitas Sumatera Utara transplasental. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan menambah risiko terkena malaria. Malaria pada wanita hamil mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan ibu dan anak antara lain berat badan lahir yang rendah, abortus, partus prematur, dan kematian janin intrauterin. Malaria kongenital sebenarnya sangat jarang dan kasus ini berhubungan dengan kekebalan yang rendah pada ibu. Secara proporsional, insiden malaria kongenital lebih tinggi di daerah prevalensi. Faktor-faktor genetik pada manusia sangat mempengaruhi terjadinya malaria dengan pencegahan invasi parasit ke dalam sel, mengubah respon imunologik atau mengurangi keterpaparan terhadap vektor. Beberapa faktor genetik bersifat protektif terhadap malaria ialah : a. golongan darah Duffy negative, b. hemoglobin S yang menyebabkan sickle cell anemia, c. thalasemia alfa dan beta, d. hemoglobinopati lainnya HbF dan HbE, e. defisiensi G-6-PD glucose-6-phosphate dehydrogenase, f. ovalositosis. 2. Nyamuk Anopheles Defenitive host Nyamuk Anopheles di seluruh dunia meliputi kira-kira 2000 spesies, sedang yang dapat menularkan malaria kira-kira 60 spesies. Di Indonesia menurut pengamatan terakhir ditemukan kembali 80 spesies Anopheles, sedang yang ditemukan sebagai vektor malaria adalah 16 spesies dengan tempat perindukan yang berbeda-beda. Untuk kelangsungan hidupnya Universitas Sumatera Utara nyamuk memerlukan tiga tempat hidup, hubungan antara ketiga tempat hidup tersebut yaitu tempat berkembang biak, tempat istirahat, dan tempat mencari darah. Nyamuk Anopheles biasanya aktif mencari darah pada malam hari, ada yang mulai senja sampai tengah malam, ada yang mulai tengah malam sampai menjelang pagi hari. 1.1.2 Penyebab Agent Penyebab malaria adalah genus Plasmodium. Ada 4 macam plasmodium yaitu 1. Plasmodium falciparum malaria tropika, 2. Plasmodium vivax malaria tertiana, 3. Plasmodium malarie malaria kuartana, dan 4. Plasmodium ovale. Plasmodium falciparum malaria tropika merupakan spesies yang paling berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat. Parasit malaria memerlukan dua macam fase untuk kelangsungan hidupnya. Fase malaria dalam badan manusia disebut fase aseksual yang terdiri atas fase di luar sel darah merah dan fase dalam sel darah merah yang terbagi dalam : 1 fase sisogoni yang menimbulkan demam dan 2 fase gametomi yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penular penyakit bagi nyamuk malaria. Dalam tubuh nyamuk terjadi fase seksual yang disebut sprogoni karena menghasilkan sprosoit yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia. 1.1.3 Lingkungan Enviroment Universitas Sumatera Utara Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat Ferry Makhfudli, 2009. Kesehatan lingkungan mempelajari dan menangani hubungan manusia dengan lingkungan dalam keseimbangan ekosistem dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pencegahan terhadap penyakit dan gangguan kesehatan dengan mengendalikan faktor lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Interaksi lingkungan dengan pembangunan saat ini maupun yang akan datang saling berpengaruh Friaraiyatini, Keman, Yudhastuti, 2006. a. Lingkungan Fisik Faktor geografi dan meteorologi di Indonesia sangat menguntungkan transmisi malaria di Indonesia. Pengaruh suhu ini berbeda-beda bagi setiap spesies. Pada suhu 26,7 C masa inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari untuk Plasmodium falciparum dan 8-11 hari untuk Plasmodium vivax, 14- 15 hari untuk Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. 1.Suhu Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimum berkisar antara 20 C dan 30 C. Makin tinggi suhu sampai batas tertentu, maka makin pendek masa inkubasi ekstrinsik dan sebaliknya Universitas Sumatera Utara makin rendah suhu, maka makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. 2. Kelembaban Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60 merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi, nyamuk lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria. 3. Hujan Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadinya epidemik malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung dari jenis dan deras hujan, jenis vektor, dan jenis tempat perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk Anopheles. 4. Ketinggian Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah. Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian di atas 2000 meter jarang ada transmisi malaria. Hal ini bisa berubah bila terjadi pemanasan bumi dan pengaruh dari El-Nino. Di pegunungan Papua, yang dulu jarang ditemukan malaria, kini lebih sering ditemukan malaria. Ketinggian paling tinggi masih memungkinan Universitas Sumatera Utara transmisi malaria ialah 2500 meter di atas permukaan laut di Bolivia. 5. Angin Kecepatan dan arah angina dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia. 6. Sinar matahari Pengaruh sinar matahari terhadap larva nyamuk berbeda-beda. Anopheles sundaicus lebih suka tempat yang teduh, Anopheles hyrcanus sp dan Anopheles pinctulatus sp lebih suka tempat yang terbuka. Anopheles barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun yang terang. 7. Arus air Anopheles barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis atau lambat. Anopheles minimus menyukai aliran air yang deras, dan Anopheles letifer menyukai air tergenang. 8. Kadar garam Anopheles sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya 12-18 da tidak berkembang pada kadar garam 40 keatas. Namun, di Sumatera Utara ditemukan pula perindukan Anopheles sundaicus dalam air tawar. b. Lingkungan Biologik Tumbuhan bakau, lumut, ganggang, dan tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar Universitas Sumatera Utara matahari atau melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti iakn kepala timah, gambusia, nila, mujair, dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Adanya ternak seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila ternak tersebut tidak dikandangkan tidak jauh dari rumah. c. Lingkungan Sosial Budaya Kebiasaan untuk di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk. Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah, dan menggunakan obat nyamuk. Berbagai kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan, pertambangan, dan pembangunan pemukiman baru sering mengakibatkan perubahan lingkungan yang menguntungkan penularan malaria man-made malaria. Peperangan dan perpindahan penduduk dapat menjadi faktor penting untuk meningkatkan malaria. Meningkatnya pariwisata dan perjalanan dari daerah endemik mengakibatkan meningkatnya kasus malaria yang diimport Suriadi,1999. 1.2.Klasifikasi Penyakit Universitas Sumatera Utara Ada empat spesies plasmodium penyebab malaria pada manusia, yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Masing-masing spesies plasmodium menyebabkan infeksi malaria yang berbeda-beda. Plasmodium vivax merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria vivaxtertian. Plasmodium falciparum menimbulkan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resistensi dengan pengobatan menyebabkan malaria falciparumtropika. Plasmodium malariae jarang dan dapat menimbulkan sindrom nefrotik dan menyebabkan malaria malariaequartana. Dan Plasmodium ovale memberikan infeksi yang paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale. Umumnya, gejala yang disebabkan Plasmodium falciparum lebih berat dan lebih akut dibandingkan dengan jenis plasmodium lain, sedangkan gejala yang disebabkan oleh Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale paling ringan Prabowo, 2004. Selama perkembangan di dalam sel darah merah, P. falciparum mengekspor berbagai jenis protein pada permukaan sel darah merah terinfeksi. Protein dapat mempengaruhi sistem imun pada tubuh manusia melalui mekanisme variasi antigen. Selain itu, sel darah yang terinfeksi tersebut dapat melekat cytoadhesion pada reseptor sel-sel endothelial tubuh manusia sehingga terhindar dalam mekanisme clearance pada sistem imun host Noviyanti, 2010. Universitas Sumatera Utara Malaria dapat menimbulkan berbagai komplikasi termasuk anemia. Anemia yang diderita ibu hamil dapat menyebabkan perdarahan bahkan kematian saat persalinan, berat bayi lahir rendah, dan gangguan pertumbuhan pada anak yang mengakibatkan mundurnya kemampuan kognitif dan kemampuan memahami pelajaran di sekolah. Oleh karena itu, jika Indonesia berhasil bebas dari malaria, akan didapat peningkatan kesehatan masyarakat dan mutu generasi penerus bangsa Depkes RI, 2010. Berbagai langkah dan upaya ini diharapkan akan meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang bermutu. Dengan demikian masyarakat semakin dekat dengan pelayanan kesehatan dan siap-siaga dalam menghadapi berbagai tantangan di bidang kesehatan termasuk malaria dan penyakit potensial wabah lainnya, menurunkan angka kesakitan penyakit menular, menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balita, guna mencapai visi Kementerian Kesehatan “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan” Depkes RI, 2010. Faktor lain yang turut memperparah kondisi malaria di dunia, termasuk di Indonesia adalah akibat resistensi nyamuk terhadap insektisida dan obat anti malaria. Zaman dulu DDT merupakan insektisida yang sangat ampuh membunuh nyamuk malaria dan berhasil menekan kasus malaria di berbagai belahan bumi. Namun belakangan diketahui bahwa ternyata nyamuk telah menjadi kebal dengan DDT dan juga pengaruh negatif DDT terhadap kematian serangga lain yang ternyata secara ekologis berguna bagi manusia Dinkes, 2006. Universitas Sumatera Utara 1.3.Patologi dan Gejala Perjalanan penyakit malaria terdiri dari serangan demam yang disertai oleh gejala lain dan diselingi oleh periode bebas penyakit. Gejala khas demamnya adalah periodisitasnya. Masa tunas intrinsik pada malaria adalah waktu antara sporozoit masuk dalam badan hospes sampai timbulnya gejala demam, biasanya berlangsung antara 8-37 hari, tergantung pada spesies parasit terpendek untuk P. falciparum, terpanjang untuk P. malariae, pada beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Masa tunas intrinsik parasit malaria yang ditularkan oleh nyamuk kepada manusia adalah 12 hari untuk malaria falsiparum, 13-17 hari untuk malaria vivaks dan ovale, dan 28-30 hari untuk malaria malariae kuartana. Di samping itu juga tergantung pada cara infeksi yang mungkin disebabkan oleh tusukan nyamuk atau secara induksi, misalnya melalui transfuse darahyang mengandung stadium aseksual. Masa pra-paten berlangsung sejak saat infeksi sampai ditemukan parasit malaria dalam darah untuk pertama kali, karena jumlah parasit telah melewati ambang mikroskopik FK UI, 1996. Serangan demam malaria biasanya dimulai dengan gejala prodromal, yaitu lesu, sakit kepala, tidak nafsu makan, kadang-kadang disertai dengan mual dan muntah. Serangan demam yang khas terdiri dari beberapa stadium: 1. Stadium menggigil dimulai dengan perasaan dingin sekali, sehingga menggigil. Penderita menutupi badannya dengan baju tebal dan dengan Universitas Sumatera Utara selimut. Nadinya cepat, tetapi lemah, bibir dan jari-jari tangannya menjadi biru, kulitnya kering dan pucat. Kadang-kadang disertai dengan muntah. Pada anak sering disertai kejang-kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam. 2. Stadium puncak demam dimulai pada saat perasaan dingin sekali berubah menjadi panas sekali. Muka menjadi merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala makin hebat, biasanya ada mual dan muntah, nadi penuh dan berdenyut keras. Perasaan haus sekali pada saat suhu naik sampai 41 C 106 F atau lebih. Stadium ini berlangsung selama 2 sampai 6 jam. 3. Stadium berkeringat dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempat tidurnya basah. Suhu turun dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan waktu bangun merasa lemah tetapi sehat. Stadium ini berlangsung 2-4 jam. Serangan demam yang khas ini sering dimulai pada siang hari dan berlangsung 8-12 jam. Setelah itu terjadi stadium apireksia. Lamanya serangan demam ini untuk tiap spesies tidak sama. Gejala infeksi yang timbul kembali setelah serangan pertama biasanya disebut relaps. Relaps dapat bersifat : a. rekrudesensi relaps jangka pendek yang timbul karena parasit dalam darah daur eritrosit menjadi banyak. Demam timbul lagi dalam waktu 8 minggu sesudah serangan pertama hilang. b. rekurens relaps jangka panjang yang timbul karena parasit daur Universitas Sumatera Utara eksoeritrosit dari hati masuk dalam darah dan menjadi banyak, sehingga demam timbul lagi dalam waktu 24 minggu atau lebih setelah serangan pertama hilang. Bila infeksi malaria tidak menunjukkan gejala diantara serangan pertama dan relaps, maka keadaan ini dapat disebut periode laten klinis, walaupun mungkin ada parasitemia dan gejala lain seperti splenomegali. Periode laten parasit terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati. 1.4.Penatalaksanaan 1.4.1. Upaya Pencegahan Berbeda dengan penyakit lain, malaria tidak dapat disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit. Malaria menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena parasit dapat tinggal dalam tubuh manusia seumur hidup. Usaha pembasmian penyakit malaria di Indonesia belum mencapai hasil yang optimal karena beberapa hambatan, yaitu tempat perindukan nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak, serta keterbatasan sumber daya manusia, infrastruktur, dan biaya. Oleh karena itu, usaha yang paling mungkin dilakukan adalah usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan terhadap penularan parasit Prabowo, 2004. Program pencegahan penyakit malaria dapat didefinisikan sebagai usaha terorganisasi untuk melaksanakan berbagai upaya menurunkan Universitas Sumatera Utara penyakit dan kematian yang disebabkan oleh malaria, sehingga tidak menjadi masalah kesehatan yang utama. Pencegahan malaria dilakukan terhadap perorangan maupun masyarakat yaitu: 1 mengobati penderita dan penduduk yang peka, yang berdiam di daerah endemik, 2 mengobati karier malaria menggunakan primakuin, karena mampu memberantas bentuk gametosit. Namun penggunaan obat ini tidak boleh dilakukan secara missal karena mempunyai efek samping, 3 pengobatan pencegahan pada orang yang akan masuk ke daerah endemis malaria, 4 memberantas nyamuk Anopheles yang menjadi vector penularnya dengan menggunakan insektisida yang sesuai dan memusnahkan sarang-sarang nyamuk Anopheles, 5 menghindari diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu jika tidur, atau menggunakan repellen yang diusapkan pada malam hari pada kulit badan jika berada di luar rumah pada malam hari Soedarto, 2008. Pembasmian malaria berlangsung dalam 4 fase, yaitu : a. Fase persiapan: pengenalan wilayah, penyediaan tenaga, bahan, alat, kendaraan. b. Fase penyerangan : penyemprotan rumah dengan insektisida yang mempunyai efek residual disertai dengan PCD dan ACD. c. Fase konsolidasi : fase ini dimulai jika API Annual Parasite Incidence kurang dari 1 . Kegiatan terpenting adalah PCD dan ACD. Fase ini berakhir jika selama 3 tahun berturut-turut tidak ditemukan lagi kasus malaria “indigenous”. d. Fase pemeliharaan maintenance: fase Universitas Sumatera Utara ini dapat berjalan beberapa tahun untuk mempertahankan hasil yang dicapai sampai dinyatakan bebas malaria oleh tim WHO setelah beberapa syarat dipenuhi antara lain berfungsinya suatu jaringan pelayanan kesehatan primer. Dalam tahapan pencegahan penyakit peran tenaga kesehatan, keluarga atau orang-orang dalam lingkungan terdekat sangat penting dan dibutuhkan. Berbagai kegiatan yang dapat dijalankan untuk mengurangi malaria meliputi: 1. menghindari atau mengurangi kontakgigitan nyamuk Anopheles pemakaian kelambu, penjaringan rumah, repelon, obat nyamuk, dan lain-lain. 2. membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan berbagai insektisida. 3. membunuh jentik kagiatan antilarva baik secara kimiawi larvisida maupun biologik ikan, tumbuhan, jamur, bakteri. 4. mengurangi tempat perindukan source reduction. 5. mengobati penderita malaria jika sudah ada anggota keluarga yang terkena malaria. 6. Pemberian pengobatan pencegahan profilaksis. 7. vaksinasi masih dalam tahap riset dan clinical trial. Peran keluarga sangat vital untuk pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria. Orang tua harus memberikan dan mengajarkan apa itu arti kebersihan dan manfaatnya kepada anak-anaknya. Mulai dari hal-hal kecil seperti cuci tangan sebelum makan, mandi yang bersih, dan sebagainya Suriadi,1999. Tujuan pengendalian malaria di daerah-daerah yang endemik malaria adalah menurunkan serendah-rendahnya dampak malaria Universitas Sumatera Utara terhadap kesehatan masyarakat dengan menggunakan semua sumber daya yang tersedia Sembel, 2009. Untuk mengatasi penyakit malaria, yang harus dilakukan adalah memutuskan mata rantai penularan penyakit. Oleh karena itu, untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit harus memutuskan hubungan antara ketiga faktor penyebab penyakit agent, host, dan enviroment . Untuk melenyapkan faktor penyebab agent berkembang biak, maka harus melenyapkan tempat hidup agent yaitu nyamuk Anopheles, dan membunuh kuman yang ada dalam tubuh manusia dengan cara pengobatan. Upaya yang dilakukan adalah penemuan dan pengobatan penderita malaria. Lingkungan tempat perindukan nyamuk harus dilenyapkan dengan cara tidak membiarkan adanya genangan- genagan air di lingkungan manusia Dinkes Prov Maluku, 2009. Pengendalian dengan cara sanitasi, yaitu membersihkan sarang- sarang pembiakan nyamuk, harus dilakukan secara serentak oleh seluruh masyarakat. Pengendalian malaria dibutuhkan koordinasi dengan berbagai elemen seperti Departemen KesehatanDinas Kesehatan di tingkat provinsi dan kabupatenkota, organisasi internasional misal WHO dan UNICEP, agen-agen pemerintah dan non-pemerintah, sektor- sektor privat, dan masyarakat Sembel, 2009. Aktivitas-aktivitas utama yang dapat dilakukan untuk intervensi pengendalian malaria antara lain adalah pendidikan kesehatan terhadap Universitas Sumatera Utara komunitas untuk diberi informasi tentang apa yang harus dibuat untuk mencegah dan mengobati malaria, pelatihan dan supervisi pekerjaan- pekerjaan kesehatan, serta penyediaan peralatan dan bahan mikroskop, obat-obat, kelambu untuk memberi kesempatan kepada pekerja-pekerja dan masyarakat melakukan intervensi Sembel, 2009. 1.4.2. Pengobatan Suatu obat mempunyai beberapa kegunaan yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti spesies parasit malaria, respon terhadap obat tersebut, adanya kekebalan parsial manusia, resiko efek toksik, juga sebab lain yang sederhana seperti ada tidaknya obat tersebut di pasaran, pilihan dan harga obat. Penggunaan obat antimalaria yang utama ialah sebagai pengobatan pencegahan profilaksis, pengobatan kuratif terapeutik dan pencegahan transmisi. Pada pemberantasan penyakit malaria, penggunaan obat secara operasional tergantung pada tujuannya. Bila obat antimalaria digunakan oleh beberapa individu untuk pencegahan infeksi maka disebut proteksi individu atau profilaksis individu. Bila obat digunakan sebagian atau seluruh penduduk disebut proteksi dengan obat secara kolektif. Dalam program pemberantasan malaria cara pengobatan juga penting seperti pengobatan presumtif, pengobatan radikal dan pengobatan masal. Pengobatan presumtif adalah tindak pencegahan yang terbatas pada beberapa individu. Pengobatan radikal dilakukan dengan tujuan membasmi semua infeksi yang ada dan mencegah timbulnya relaps. Universitas Sumatera Utara Sedangkan pengobatan masal dilakukan di daerah dengan endemisitas tinggi FKUI, 1996.

2. Peran Serta Masyarakat