24 Harun, dan Boland Niftrik mengenai pribadi Allah yang esa dalam tiga cara
berada, dalam ajaran kekristenan disebut Tritunggal.
127
Tritunggal itu ada di dalam keesaan dan keesaan itu ada di dalam Tritunggal.
128
Pemahaman Allah dalam kekristenan ini tentunya sangat bertendensi pada dogma Trinitas, dimana
teologi yang dibangun adalah trinitas-teosentis. Tentunya pemahaman Allah ajaran Tauhid dan kekristenan sangatlah
bertolak belakang dalam hal mengintepretasikan Allah. Pembedaan antara ajaran Tauhid dengan kekristenan terletak pada kristosentrisme dan pneumasentrisme,
dimana dalam ajaran Tauhid tidaklah menekankan kedua pemahaman tersebut bahkan menolak dan hanya menekankan mono-teosentrisme. Sedangkan
monoteisme yang dibangun dalam kekristenan adalah trinitas-teosentris, yang didalamnya terdapat unsur teosentrisme, kristosentrisme, dan pneumasentrisme.
129
Karena menurut Niftrik dan Boland, penyataan Allah dengan tiga cara berada tidak boleh dilepaskan atau dipisah-pisahkan satu sama lain, oleh karena keesaan
Allah yang Tritunggal adalah keesaan-hakekat, keesaan hakiki.
130
Disamping itu, menurut Verkuyl pengakuan ketritunggalan Allah tidaklah menghancurkan
pengakuan tentang keesaan Allah.
131
4. 2. Kajian kritis teologis terhadap pemahaman Yesus
Pemahaman Yesus dalam ajaran Tauhid adalah Anak Allah, ciptaan Allah yang sulung yakni seorang makhluk surgawi yang disebut dengan Malaikat,
kemudian diutus Allah dalam misi penyelamatan manusia, sebagaimana yang telah dijanjikan Allah kepada manusia. Sehingga Yesus disebut sebagai Malaikat
Perjanjian. Oleh karena diutus dan diurapi oleh Allah, Yesus disebut sebagai Mesias.
132
Ajaran Tauhid sendiri berangkat dari kaum Yudeo-Kristen yang sedikit banyak pemahaman imannya dipengaruhi oleh iman Yahudi yang bersifat
monoteime-teosentris. Secara teologis mereka mengikuti ajaran Yesus Kristus,
127
Bandingkan J. Verkuyl, Aku percaya, 43, Harun Hadiwijono, Iman Kristen, 103 dan G.C. van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, 184.
128
J. Verkuyl, Aku percaya, 47.
129
Emanuel Gerrit Singgih, Iman Politik dalam era Reformasi di Indonesia, Jakarta: Gunung Mulia 2002, 176.
130
G.C. van Niftrik dan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, 184-185.
131
J. Verkuyl, Aku Percaya, 43.
132
Lihat bagian 3.2 Yesus dalam ajaran Tauhid.
25 beriman kepada YHWH, Allah Abraham dan menuruti perintah Allah dengan
taat.
133
Kaum Yudeo-Kristen percaya Yesus Kristus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.
134
Sementara itu, pemahaman Yesusdalam kekristenan telah diperdebatan secara dialektis dalam sebuah konsili ekumenis selama berabad-abad. Hingga
diputuskan dan ditetapkan dalam konsili Nicea bahwa Yesus satu hakekat homo- ousia dengan Allah, yang kemudian dituangkan dalam sebuah Pengakuan Iman
kredo yang dipakai gereja-gereja hingga saat ini.
135
Secara teologis pemahaman iman yang dihasilkan dalam konsili ekumenis berangkat dari pemahaman akan
Allah dan Yesus kristologi atas dan kristologi bawah. Pembedaan antara ajaran Tauhid dengan kekristenan, secara teologis
terletak pada pemahaman kristologi. Titik tolak pemahaman kristologi dalam ajaran Tauhid yang berangkat dari pemahaman iman kaum Yudeo-Kristen adalah
sebuah pemahaman yang berangkat dari pengalaman iman mereka terhadap Yesus yang kemudian dikonsep dan dibahasakan menjadi sebuah iman percaya
kristologi bawah. Sehingga dengan tegas dalam ajaran Tauhid menolak adanya kesatuan Yesus dengan Allah, oleh karena Yesus adalah ciptaan Allah, bukan
Allah, yang diangkat menjadi Anak Allah bukan Allah Anak. Hal ini sangatlah bertolak belakang dengan kekristenan, karena dalam kekristenan penekanan
terhadap pemahaman iman akan Allah dan Yesus adalah homo-ousia sezat, sehakikat, sehingga hakekat Yesus adalah Allah, Yesus adalah pribadi Allah dari
cara-Nya berada. Secara teologis ketika pengikut ajaran Tauhid ini berangkat dari
pemahaman Yudeo-Kristen yang adalah pengikut Yesus Kristus dan menyebut dirinya sebagai orang Kristen, akan tetapi tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan
Allah homo-ousia adalah sebuah kekeliruan, karena dalam teologi Soedarmo mengenai orang Kristen adalah orang yang mengikut Kristus, yang berarti bahwa
ia menyerahkan hidupnya kepada Kristus, mengakui Dia sebagai Tuhannya 1Kor 12:2, Mat 16:16 dan berusaha melayani Dia dengan segenap hatinya.
136
133
Tjahjadi Nugroho, Manusia Yesus Kristus, 57.
134
Tjahjadi Nugroho, Manusia Yesus Kristus, 58.
135
Lihat bagian 2.1 Pemahaman Tuhan dalam sejarah kekristenan.
136
R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi Jakarta: Gunung Mulia 1996, 49.
26
4. 3. Kajian kritis teologis terhadap Roh Kudus