BAB 4 HASIL PENELITIAN
Populasi penelitian adalah siswa kelas X dan IX SMA N 3 Medan yang sedang menjalani perawatan ortodonti cekat yang berjumlah 130 siswa. Seluruh siswa
tersebut diberikan kuesioner dan yang dikembalikan kepada peneliti berjumlah 93 kuesioner. Kemudian dilakukan pemilihan sampel dengan cara purposive sampling
yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi, berdasarkan rumus besar sampel pada bab 3 kemudian diambil 50 sampel yang memenuhi syarat sebagai sampel penelitian.
Dari penelitian ini didapatkan beberapa data distribusi dan data korelasi sebagai berikut. Pada tabel 7 berikut ini menunjukkan distribusi responden berdasarkan jenis
kelamin.
Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin No.
Jenis Kelamin n
1. Laki-Laki
6 12
2. Perempuan
44 88
Dari 50 sampel yang diteliti, persentase siswa yang melakukan perawatan ortodonti berdasarkan jenis kelamin adalah siswa perempuan sebesar 88 44 orang
sedangkan siswa laki-laki sebesar 12 6 orang. Distribusi responden berdasarkan kuesioner terdiri dari 8 delapan alasan
yang akan dinilai, yaitu: apakah keinginan untuk melakukan perawatan ortodonti berasal dari diri sendiri, alasan melakukan perawatan ortodonti karena adanya
kelainan susunan letak gigi
,
kesadaran akan adanya kelainan atau ada yang salah
Universitas Sumatera Utara
dengan susunan letak gigi,
k
eparahan kelainan susunan letak gigi sehingga butuh perawatan ortodonti
, k
elainan susunan gigi yang dialami menyebabkan gangguan pengunyahan dan berbicara
, k
elainan susunan gigi yang dialami dapat mengganggu penampilan dan pergaulan
,
apakah memakai kawat gigi itu sebuah Trend
, dan
keinginan untuk melakukan perawatan ortodonti karena adanya Trend pemakaian ortodonti cekat. Berikut jawaban dan persentasi jumlah responden pada setiap
jawaban yang dapat dilihat pada tabel 8 berikut.
Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan penilaian sikap
No. Indikator Penilaian Sikap
YA TIDAK
n n
1. Keinginan untuk melakukan perawatan
ortodonti berasal dari diri sendiri 44
88 6
12 2.
Alasan melakukan perawatan ortodonti karena adanya kelainan susunan letak gigi
48 96
2 4
3. Merasa ada kelaian atau ada yang salah
dengan susunan gigi-geligi 47
94 3
6 4.
Kelainan susunan gigi yang dialami parah, sehingga butuh perawatan ortodonti
27 54
23 46
5. Kelainan susunan gigi yang dialami
menyebabkan gangguan pengunyahan dan berbicara
9 18
41 82
6. Kelainan susunan gigi yang dialami dapat
mengganggu penampilan dan pergaulan 23
46 27
54 7.
Memakai kawat gigi itu sebuah Trend 32
64 18
36 8.
Keinginan untuk melakukan perawatan ortodonti karena adanya Trend pemakaian
kawat gigi 20
40 30
60
Jawaban yang benar dari delapan pertanyaan dalam kuesioner di atas berdasarkan kecenderungan sikap yang dianggap benar secara teori. Untuk
Universitas Sumatera Utara
pertanyaan nomor 1-6 jawaban yang benar adalah “YA” dan untuk pertanyaan nomor 7 dan 8 jawaban yang benar adalah “TIDAK”.
Siswa yang melakukan perawatan ortodonti berdasarkan keinginan dari diri sendiri sebesar 88 44 orang, sedangkan 12 6 orang lainnya berasal dari orang
lain. Alasan tersbesar siswa melakukan perawatan ortodonti adalah karena adanya kelainan susunan letak gigi, yakni sebesar 96 48 orang dari jumlah responden.
Sedangkan siswa yang merasa ada kelainan dengan susunan gigi mereka sebesar 94 47 orang dan yang merasa kelainan tersebut cukup parah adalah sebesar 54 27
orang. Sebagian besar siswa yang merasa kelainan susunan gigi yang dialaminya
tidak menyebabkan gangguan pengunyahan dan berbicara adalah sebesar 82 41 orang. Sedangkan siswa yang merasa kelainan susunan gigi tersebut dapat
mengganggu penampilan dan pergaulan adalah 46 23 orang dan yang tidak sebesar 54 27 orang. Siswa yang menyetujui bahwa memakai kawat gigi itu
adalah trend sebesar 64 32 orang. Dan yang keinginannya untuk melakukan perawatan ortodonti karena adanya trend pemakaian kawat gigi sebesar 40 20
orang. Distribusi responden berdasarkan kategori sikap atas penilaian kuesioner
dapat dilihat pada tabel 9 berikut. Sikap dikategorikan “Buruk” apabila memiliki nilai di bawah 40 dari nilai tertinggi, yakni nilai 1-3. Sikap dikategorikan “Sedang”
apabila memiliki nilai di antara 40-75 dari nilai tertinggi, yakni nilai 4-6. Sedangkan sikap dikategorikan “Baik” apabila nilai di atas 75 dari nilai tertinggi,
yakni nilai 7-8.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan hasil penilaian sikap
Kategori Sikap n
Baik 11
22 Sedang
29 58
Buruk 10
20
Siswa yang memiliki sikap baik sebesar 22 11 orang, siswa dengan sikap yang sedang sebesar 58 29 orang, sedangkan siswa yang memiliki sikap buruk
sebesar 20 10 orang. Dari pengukuran 50 model studi sampel yang disimpan dokter gigi, dokter
gigi spesialis, atau tukang gigi didapatkan distribusi penilaian DHC dari indeks IOTN yang dapat dilihat pada tabel 10 berikut.
Tabel 10. Distribusi penilaian DHC dari IOTN DHC
n Grade 1
6 12
Grade 2 15
30 Grade 3
9 18
Grade 4 18
36 Grade 5
2 4
Siswa yang berada dalam kelomok Grade 1 DHC adalah sebesar 12 6
orang, Grade 2 sebesar 30 15 orang, Grade 3 sebesar 18 9 orang, Grade 4
sebesar 36 18 orang, dan Grade 5 sebesar 4 2 orang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara sikap dan tingkat
kebutuhan perawatan ortodonti yang dinilai sesuai dengan DHC dari indeks IOTN. Hasil penelitian yang diperoleh untuk melihat hubungan kedua variabel dapat dilihat
pada tabel 11 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11. Nilai DHC berdasarkan kategori sikap responden Kategori Sikap
DHC n
Pearson Chi-Square
1 2
3 4
5 Buruk
3 5
1 1
10 20
0,000 Sedang
3 8
6 11
1 29
58 Baik
2 2
6 1
11 22
Siswa yang memiliki “Sikap Buruk” sebesar 20 10 orang, memiliki Grade 1 sebanyak 1 siswa, Grade 2 sebanyak 5 siswa, Grade 3 dan Grade 4 sebanyak 1
siswa, dan tidak ada siswa yang dikategorikan Grade 5. Sedangkan siswa yang memiliki “Sikap Sedang” sebesar 58 29 orang, memiliki Grade 1 sebanyak 3
siswa, Grade 2 sebanyak 8 siswa, Grade 3 sebanyak 6 siswa, Grade 4 sebanyak 11 siswa, dan Grade 5 sebanyak 1 siswa. Siswa yang memiliki “Sikap Baik” sebesar
22 11 orang, memiliki 0 jumlah siswa dengan Grade 1, sedangkan Grade 2 dan Grade 3 sebanyak 2 siswa, Grade 4 sebanyak 6 siswa, dan Grade 5 sebanyak 1 siswa.
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut sejalan, semakin baik sikap siswa tersebut semakin tinggi pula tingkat
kebutuhan perawatan ortodontinya. Secara statistik terlihat adanya hubungan bermakna antara sikap dan tingkat kebutuhan perawatan ortodonti, dengan hasil uji
Pearson Chi-Square tersebut menunjukkan bahwa p-value =0.000 0.05. Dalam penelitian ini juga diteliti apakah ada atau tidaknya hubungan sikap
siswa yang berhubungan dengan trend pemakaian piranti ortodonti cekat terhadap tingkat kebutuhan perawatan mereka, hal ini dapat dilihat pada tabel 12 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 12. Nilai DHC berdasarkan pengaruh trend pemakaian piranti ortodonti cekat Pengaruh trend
pemakaian piranti ortodonti cekat
DHC n
Pearson Chi-Square
1 2
3 4
5
Tidak dipengaruhi trend 4
7 17
2 30
60 0,000
Dipengaruhi trend 6
11 2
1 20
40
Siswa yang dipengaruhi trend pemakaian piranti ortodonti cekat adalah siswa yang melakukan perawatan ortodonti dengan alasan trend yakni sebesar 40 20
orang, memiliki Grade 1 sebanyak 6 siswa, Grade 2 sebanyak 11 siswa, Grade 3 sebanyak 2 siswa, Grade 4 sebanyak 1 siswa, dan tidak ada siswa yang dikategorikan
Grade 5. Sedangkan siswa yang tidak dipengaruhi oleh trend untuk melakukan perawatan adalah sebesar 60 30 orang, ditemukan tidak adanya siswa yang
memiliki Grade 1, sedangkan Grade 2 sebanyak 4 siswa, Grade 3 sebanyak 7 siswa, Grade 4 sebanyak 17 siswa, dan Grade 5 sebanyak 2 siswa.
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan trend pemakaian piranti ortodonti cekat dengan tingkat kebutuhan perawatan sejalan, siswa yang tidak
dipengaruhi oleh trend memang memiliki tingkat kebutuhan perawatan yang tinggi, sedangkan sebagian besar siswa yang dipengaruhi trend memiliki tingkat kebutuhan
yang rendah, namun ada juga dari mereka yang memang membutuhkan perawatan ortodonti. Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara trend pemakaian
piranti ortodonti cekat dan tingkat kebutuhan perawatan ortodonti, dimana hasil uji
Pearson Chi-Square tersebut menunjukkan bahwa p-value =0.000 0.05. dari hasil
Universitas Sumatera Utara
tersebut dapat dilihat secara ringkas hubungan trend pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kebutuhan perawatan, hal ini dapat dilihat pada tabel 13 berikut.
Tabel 13. Kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan pengaruh trend pemakaian piranti ortodonti cekat
Dipengaruhi oleh Trend Kebutuhan Perawatan
n Butuh
Tidak Butuh Dipengaruhi trend
14 28 6 12
20 40
Tidak dipengaruhi trend 30 60
30 60
Siswa yang dipengaruhi trend pemakaian piranti ortodonti cekat yang dikategorikan “Butuh Perawatan” Grade 2-5 DHC adalah sebanyak 14 siswa, dan
yang dikategorikan “Tidak Butuh Perawatan” Grade 1 DHC sebanyak 6 siswa. Sedangkan siswa yang tidak dipengaruhi oleh trend pemakaian piranti ortodonti cekat
yang dikategorikan “Butuh Perawatan” Grade 2-5 DHC adalah sebanyak 30 siswa, dan tidak ada siswa yang tidak membutuhkan perawatan. Dapat disimpulkan bahwa
memang benar ditemukan tujuan pencarian perawatan ortodonti yang salah yakni menjadikan sebuah trend dengan ditemukannya 6 orang siswa yang dikategorikan
“Tidak Butuh Perawatan” yang dikarenakan trend untuk melakukan perawatan dan adanya 14 orang siswa yang memang membutuhkan perawatan walaupun alasan
perawatan ortodonti mereka tidak tepat.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN