PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARANG DESKRIPSI BERDASARKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 KEDALOMAN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARANG DESKRIPSI BERDASARKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V

SD NEGERI 3 KEDALOMAN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh MUSTIKAWATI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan media gambar seri dalam peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi dan meningkatkan hasil pembelajaran keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kedaloman Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 28 orang siswa SD Negeri 3 Kedaloman Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012.

Hasil analisis data adalah sebagai berikut: (1) kemampuan siswa mengarang deskripsi berdasarkan media gambar seri tergolong baik. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata kelas yaitu, 70,12, (2) pemanfaatan media gambar seri memiliki dampak positif dalam meningkatkan proses dan hasil pembelajaran keterampilan


(2)

menulis karangan deskripsi siswa kelas V SD Negeri 3 Kedaloman Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I (71,43%) dan siklus II (82,29%). Simpulan penelitian ini berlaku untuk populasi, yaitu siswa kelas V SD Negeri 3 Kedaloman Gunung Alip Kabupaten Tanggamus.


(3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARANG DESKRIPSI BERDASARKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V

SD NEGERI 3 KEDALOMAN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

MUSTIKAWATI

Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2012


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

PERSEMBAHAN ... vi

MOTO ... vii

SANWACANA ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keterampilan Menulis ... 8

2.1.1 Pengertian Menulis... 8

2.1.2 Tujuan Menulis ... 9

2.2 Mengarang... 11

2.2.1 Pengertian Menulis Karangan ... 11

2.2.2 Pengertian Kemampuan Menulis Karangan... 12

2.2.3 Bagian-bagian Karangan ... 13

2.2.4 Fungsi Mengarang ... 14

2.2.5 Tujuan Mengarang ... 14

2.2.6 Jenis-jenis Karangan ... 15

2.2.7 Kriteria Karangan yang Baik ... 16

2.2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Siswa .. dalam Mengarang ... 17

2.3 Karangan Deskripsi ... 17

2.3.1 Ciri-ciri Karangan Deskripsi ... 21

2.3.2 Unsur-unsur Karangan Deskripsi ... 21

2.3.3 Langkah-langkah dalam Mengarang Deskripsi ... 25

2.4 Media Pembelajaran ... 25

2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran ... 26

2.4.2 Ciri-ciri Media Pembelajaran ... 27


(5)

2.4.4 Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ... 29

2.4.5 Klasifikasi Media ... 30

2.5 Media Gambar ... 31

2.5.1 Kelebihan Media Gambar ... 31

2.5.2 Kekurangan Media Gambar ... 32

2.6 Media Gambar Seri sebagai Model Pembelajaran ... 33

2.7 Ciri-ciri Gambar yang Baik dan Peranannya sebagai Media Belajar ... 34

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 35

3.2 Subjek Penelitian ... 36

3.3 Tempat Penelitian ... 36

3.4 Waktu Penelitian ... 37

3.5 Indikator Kinerja ... 37

3.6 Prosedur Penelitian ... 37

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.8 Instrumen Penelitian ... 41

3.9 Teknik Analisis Data... 45

3.10 Tolok Ukur Penilaian ... 46

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 48

4.1.1 Prasiklus ... 49

4.1.2 Siklus I ... 49

4.1.2.1 Tahap Perencanaan ... 50

4.1.2.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 51

4.1.2.3 Tahap Pengamatan ... 53

4.1.2.4 Tahap Analisis dan Refleksi ... 63

4.1.3 Siklus II ... 65

4.1.3.1 Tahap Perencanaan ... 65

4.1.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 67

4.1.3.3 Tahap Pengamatan ... 68

4.1.3.4 Tahap Analisis dan Refleksi ... 78

4.2 Pembahasan ... 80

4.2.1 Kualitas Pembelajaran Keterampilan Menulis Deskripsi .. Meningkat ... 80

4.2.2 Kualitas Hasil Pembelajaran Menulis Deskripsi Meningkat . 83 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 86

5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Indikator Tes Kemampuan Mengarang Deskripsi ... 42

3.2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 44

3.3. Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 45

3.4. Tolok Ukur Penilaian Berdasarkan Standar PAP dan Skor Maksimal 100 ... 47

4.1. Distribusi Frekuensi Kemampuan Siswa Mengarang Deskripsi Siklus I ... 54

4.2. Distribusi Frekuensi Indikator Perincian Objek Siklus I ... 54

4.3 Distribusi Frekuensi Indikator Penggunaan Diksi Siklus I... 55

4.4 Distribusi Frekuensi Indikator Penggunaan Ejaan Siklus I ... 56

4.5 Distribusi Frekuensi Indikator Keefektifan Kalimat Siklus I ... 57

4.6 Distribusi Frekuensi Indikator Kepaduan Paragraf Siklus I ... 58

4.7 Distribusi Frekuensi Indikator Keruntutan Pendapat/Gagasan Siklus I ... 59

4.8 Nilai Skor Rata-Rata Kemampuan Siswa Menulis Karangan Deskripsi Siklus I ... 60

4.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Data Siklus I ... 61

4.10 Distribusi Frekuensi Kemampuan Siswa Mengarang Deskripsi Siklus II ... 69

4.11. Distribusi Frekuensi Indikator Perincian Objek Siklus II... 70

4.12 Distribusi Frekuensi Indikator Penggunaan Diksi Siklus II ... 71


(7)

4.14. Distribusi Frekuensi Indikator Keefektifan Kalimat Siklus II ... 73 4.15. Distribusi Frekuensi Indikator Kepaduan Paragraf Siklus II ... 74 4.16. Distribusi Frekuensi Indikator Keruntutan Pendapat/Gagasan

Siklus II ... 75 4.17. Nilai Rata-Rata Kemampuan Siswa Menulis Karangan Deskripsi ...

Siklus II ... 76 4.18. Rekapitulasi Hasil Analisis Data Siklus II... 78 4.19. Rekapitulasi Ketuntasan Siswa Menulis Karangan Deskripsi


(8)

MOTO

Keridhoan hati menuntun pada kekuatan bukan kelemahan. Mengakui kesalahan dan melakukan perubahan pada kesalahan adalah bentuk tertinggi dari penghormatan pada diri sendiri.

(Mutiara Amaly)

Doa adalah nyanyian hati yang selalu dapat membuka jalan kepada Singgasana Tuhan, meskipun terhimpit dalam tangisan jiwa.


(9)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Wini Tarmini, M.Hum. ……..………..

Sekretaris : Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Imam Rejana, M.Si. ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(10)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmannirrohim,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala, Tuhan semesta alam yang memunyai segala keindahan dan kesempurnaan yang abadi. Allah telah memberikan cinta dan kasih sayang kepada kita. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan karya ini kepada orang-orang yang kukasihi dan kucintai.

1. Kedua orangtua dan mertuaku yang telah memberi doa restu dan dorongan dalam menimba ilmu dan berkarya;

2. Suami dan anak-tercinta, atas doa dan dukungannya selama ini;

3. Teman-teman sejawat di SD Negeri 3 Kedaloman Kecamatan Gunung Alip; 4. Teman-teman seperjuangan mahasiswa S-1 dalam Jabatan Angkatan 2010

Misyati, Hartini, Roza Elya, Ernawati, dan Helfitasari.

Semoga Allah Subhanahuwata’ala senantiasa melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kita, sehingga kita selalu dapat menjalankan amanat-Nya dan menjadi umat-Nya yang selalu bersyukur dan bertaqwa pada-Nya. Amin


(11)

Judul PTK : Peningkatan Kemampuan Mengarang Deskripsi Berdasarkan Media Gambar Seri pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Kedaloman Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama Mahasiswa : Mustikawati

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013124006

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, Pembimbing 1

Dr. Wini Tarmini, M.Hum. NIP 196410141989032001

Pembimbing 2

Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. NIP 195106141981032001

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Drs. Imam Rejana, M.Si. NIP 194804211978031004


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di sebuah Desa Bedegung Sugih Waras, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim, pada 10 Nopember 1970. Penulis adalah anak keempat dari delapan bersaudara pasangan dari M. Bastari dan Husnah.

Jenjang pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 6 Tanjung Enim, lulus 1984, SMP PGRI Tanjung Enim lulus 1987, Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Talangpadang lulus 1990, dan Diploma III STKIP PGRI Bandar Lampung lulus 1994.

Tahun 1999, penulis mengajar di SD Negeri 2 Labu Kombong Kecamatan Ulu Belu sampai tahun 2003. Pada Juli 2003 penulis mulai mengajar di SD Negeri 3 Kedaloman Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus Bidang Studi Bahasa Indonesia hingga saat ini.

Tahun 2010, penulis mengikuti Program Pendidikan S-1 dalam Jabatan dari Dinas Pendidikan di FKIP Unila. Penulis sudah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) atau Program Pemantapan Mengajar (PKM) dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SD Negeri 3 Kedaloman tempat penulis mengajar yang beralamatkan di jalan Campangkanan Kedaloman, Kecamatan Gunung Alip, Kabupaten Tanggamus.


(13)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan PTK dengan judul Peningkatan Kemampuan Mengarang Deskripsi Berdasarkan Media Gambar Seri pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Kedaloman Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad Salallahu’alihiwasalam, serta para sahabat, keluarga, dan pengikutnya yang senantiasa setia sampai akhir zaman. Amin.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan PTK ini. Oleh karena itu, dengan segenap jiwa sebagai wujud rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan atas segala bantuan, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Dr. Wini Tarmini, M. Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang tak henti-hentinya memberikan dorongan, saran, dan bimbingan demi kesempurnaan penulisan PTK ini;

2. Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan saran-saran mulai pembuatan proposal hingga penyelesaian PTK ini dengan penuh kesabaran;

3. Dr. Edy Suyanto, M.Pd. selaku Ketua Program Studi sekaligus Pembimbing


(14)

dengan penuh ketegasan dan motivasi yang kuat sehingga penulis terpacu untuk menyelesaikan PTK ini;

4. Drs. Imam Rejana, M.Si. selaku Dosen Pembahas dan sekaligus Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan tuntunan dan masukan sehingga PTK ini menjadi lebih sempurna;

5. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

6. keluarga besar SD Negeri 3 Kedaloman, Kecamatan Gunung Alip, Kabupaten

Tanggamus terutama kepala sekolah, teman sejawat, teman-teman guru dan staf TU, siswa-siswi atas kerja sama dan kemudahan yang penulis dapatkan selama melaksanakan PKM dan PTK ini.

Penulis menyadari dalam penulisan PTK ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Karena itu, penulis mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan PTK ini. Harapan penulis, semoga karya kecil ini bisa bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.

Bandarlampung, Juni 2012 Penulis,


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Belajar bahasa menekankan pada empat keterampilan, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Keterampilan berbahasa dapat diperoleh dan dikuasai dengan praktik dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti juga melatih keterampilan berpikir (Dawwon dalam Tarigan, 2008:1). Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila dibuat kondisi yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang diinginkan. Hal ini merupakan tugas seorang guru agar pada diri siswa dapat tumbuh minat yang kuat untuk mengikuti pelajaran. Dengan adanya motivasi yang kuat pada diri siswa maka pelajaran dapat diserap dan diendapkan lebih baik (Soemanto, 1998:193).

Suatu ide atau gagasan dapat dituangkan melalui bahasa tulis. Menuangkan gagasan berarti memberi bentuk kepada sesuatu yang dirasakan dalam pikiran, berupa rangkaian kata yang tersusun dengan sebaik-baiknya sehingga gagasan yang dilakukan dapat dipahami dan dipetik manfaatnya dengan mudah oleh


(16)

pembaca. Menuangkan gagasan secara tertulis disebut mengarang (Widyamartaya, 1990: 31).

Kemampuan menulis dapat mendorong siswa untuk menemukan suatu topik dan mengembangkan gagasan menjadi suatu karangan. Melalui kegiatan menulis akan terbentuk proses berpikir dan berkreasi yang berperan dalam mengolah gagasan. Gagasan yang dituangkan dalam kegiatan menulis harus logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik.

Sebagai alat komunikasi, bahasa tersusun atas satuan-satuan yang fungsional, mulai dari satuan terkecil, setingkat lebih besar, dan seterusnya hingga pada batas tertentu yang dalam bahasa tulis disebut karangan.

Mengarang berarti menggunakan bahasa untuk menyatakan isi hati atau buah pikiran secara menarik yang mengena kepada pembaca. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kemampuan membuat karangan deskripsi karena mengarang selain untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar secara sistematis juga dapat memperluas wawasan siswa (Heuken, 2008: 10).

Pada pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa masih merasa kesulitan untuk mengemukakan gagasannya secara lisan maupun tulisan. Dalam membuat karangan tersebut, siswa tampak belum mampu mengekspresikan idenya secara optimal. Berdasarkan data ulangan harian siswa, untuk pelajaran bahasa Indonesia pada materi menulis karangan deskripsi, siswa kelas V SD Negeri 3 Kedaloman didefinisikan masih banyak siswa belum tuntas, ini terlihat dari 28 siswa hanya 11 siswa yang mencapai ketuntasan minimal atau 39,28% dan


(17)

selebihnya masih di bawah KKM yang ditentukan, yaitu 60,00. Dengan demikian dari data tersebut hasil pembelajaran bahasa Indonesia khususnnya menulis karangan deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kedaloman, Kecamatan Gunung Alip, Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012 masih di bawah standar yang diharapkan.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah tidak menggunakan media dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan pilihan media yang menarik sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.

Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran atau didikan yang ada dalam kurikulum (Sadiman, 2005: 11-12).

Dari pendapat tersebut, jelaslah bahwa media pembelajaran merupakan komponen dan sarana pembelajaran yang mempunyai peranan sangat besar dalam menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran. Bersama dengan komponen dan sarana pembelajaran yang lain, media pembelajaran dapat mempertinggi efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat lebih ditingkatkan.


(18)

Banyak sekali macam dan jenis media serta sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, baik secara sengaja diadakan, disediakan, diprogramkan, maupun yang secara kebetulan dimanfaatkan dalam pembelajaran untuk suatu tujuan tertentu. Berdasarkan hal tersebut, dalam pembelajaran mengarang, guru dapat lebih leluasa untuk menentukan bahan ajar dan sumber belajar yang sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya. Dalam hal ini, guru harus mengetahui seperti apakah media pembelajaran yang memiliki pengaruh besar terhadap kemampuan mengarang.

Penggunaan media, lebih-lebih media gambar berseri dalam pembelajaran keterampilan menulis deskripsi, akan dapat memotivasi siswa dalam proses pembelajaran, walaupun bukan satu-satunya, berkontribusi terhadap konteks bahasa yang digunakan, menjelaskan secara objektif atau menginterpretasikan, dan dapat memberikan informasi (Arsyad, 2007).

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Penulis memanfaatkan media gambar seri, yaitu gambar yang digunting kemudian ditempelkan pada papan tulis. Di samping itu, alasan penulis memilih karangan deskripsi sebagai bahan kajian karena dalam pembelajarannya dapat menggunakan media gambar seri. Dengan menggunakan media gambar seri tersebut, siswa dapat dengan mudah mengungkapkan ide/gagasan dan menuangkannya dalam bentuk tulisan.

Dari berbagai permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi berdasarkan media gambar seri.


(19)

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Kedaloman, Kecamatan Gunung Alip, Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a) Bagaimanakah peningkatan kemampuan mengarang deskripsi berdasarkan media gambar seri pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kedaloman, Kecamatan Gunung Alip, Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012;

b) Apakah media gambar seri dapat meningkatkan proses dan hasil belajar mengarang deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kedaloman, Kecamatan Gunung Alip, Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, penulis uraikan sebagai berikut. a) Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi

berdasarkan media gambar seri pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kedaloman, Kecamatan Gunung Alip, Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012; b) Mendeskripsikan peningkatan proses dan hasil belajar mengarang deskripsi

berdasarkan media gambar seri pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kedaloman, Kecamatan Gunung Alip, Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012.


(20)

1.4 Kegunaan penelitian

Setelah penelitian ini dilakukan, peneliti berharap hasilnya akan berguna sebagai berikut.

1.4.1 Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoretis, yakni dapat menambah referensi penelitian dibidang keterampilan berbahasa, khususnya mengarang deskripsi sehingga penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan teori pembelajaran mengarang.

1.4.2 Secara Praktis

Hasil penelitian ini untuk memberikan informasi kepada pembaca, khususnya siswa, guru dan calon guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, serta lembaga pendidikan (sekolah).

a) Bagi Siswa

Dapat lebih mudah menemukan dan mengembangkan ide dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media gambar seri.

b) Bagi Guru

Manfaat yang dapat diambil bagi guru dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia adalah menambah wawasan guru

tentang keterampilan menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media gambar seri;

2. Agar guru lebih mudah dalam menyampaikan materi yaitu secara praktis, efektif dan efesien dalam mencapai hasil pembelajaran yang maksimal;


(21)

3. Pemilihan alternatif media pembelajaran yang menarik dan variatif bagi guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam meningkatkan pembelajaran mengarang.

c) Bagi Sekolah

Manfaat bagi sekolah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Adanya peningkatan kualitas pembelajaran keterampilan berbahasa, terutama keterampilan menulis karangan dengan menggunakan media gambar seri; 2. Sebagai pemberi informasi tentang hasil dari penggunaan media gambar seri


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Keterampilan Menulis

Pembelajaran bahasa Indonesia terdiri atas komponen kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Komponen kebahasaan berisi materi lafal, ejaan, tanda baca, kosakata, struktur, paragraf, dan wacana. Komponen pemahaman berisi materi menyimak/mendengarkan dan membaca, sedangkan komponen penggunaan berisikan materi berbicara dan menulis (Depdikbud, 1993). Untuk dapat mengembangkan kemampuan dan menggunakan komponen-komponen tersebut, siswa dilatih melalui pembelajaran keterampilan-keterampilan berbahasa, termasuk pembelajaran keterampilan menulis.

2.1.1 Pengertian Menulis

Menulis adalah kegiatan penulisan tunggal jika yang ditulis ialah sebuah karangan. yang sederhana, pendek, dan bahannya sudah siap. Akan tetapi, sebenarnya, menulis itu suatu proses, yaitu proses penulisan (Sabarti Akhadiah, 1988 : 2 ), sedangkan menurut Tarigan (2008), menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini


(23)

tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.

Robert (Suriamiaharja, 1996:1), mengatakan bahwa menulis adalah menempatkan simbol–simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol–simbol grafiknya.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan, menulis merupakan kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa sebagai medium yang telah disepakati bersama untuk diungkapkan secara tertulis. Menulis juga merupakan suatu kegiatan yang ekspresif dan produktif. Oleh karena itu, keterampilan menulis harus sering dilatih secara rutin dan berkesinambungan disertai dengan praktik yang teratur agar keterampilan menulis dapat dicapai dengan baik.

2.1.2 Tujuan Menulis

Tujuan menulis adalah memproyeksikan sesuatu mengenai diri seseorang. Tulisan mengandung nada yang serasi dengan maksud dan tujuannya. Menulis tidak mengharuskan memilih suatu pokok pembicaraan yang cocok dan sesuai, tetapi harus menentukan siapa yang akan membaca tulisan tersebut dan apa maksud dan tujuannya.

Tarigan (1994: 23-24) mengemukakan bahwa, tujuan menulis (the writer‘s intention) adalah respons atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan


(24)

diperoleh dari pembaca. Berdasarkan batasan di atas dapat dikatakan bahwa tujuan menulis adalah (1) tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif “informative discourse”, (2) tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif “persuasive discourse”, (3) tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik “literary discourse”, (4) tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif “expressive discourse”.

Hartig (Tarigan 1994:24-25) mengungkapkan, tujuan menulis meliputi (1) tujuan penugasan “assignment purpose”, yaitu menulis karena ditugaskan, (2) tujuan altruistik “altruistic purpose”, yaitu menyenangkan pembaca, (3) tujuan persuasif “persuasive purpose”, yaitu meyakinkan pembaca dan kebenaran gagasan yang diutamakan, (4) tujuan informasional “informational purpose”, yaitu memberi informasi kepada pembaca, (5) tujuan pernyataan diri “self-expressive purpose”, yaitu memperkenalkan diri sebagai pengarang kepada pembaca, (6) tujuan kreatif “creative purpose”, yaitu mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian, (7) tujuan pemecahan masalah “problem-solving purpose”, yaitu mencerminkan serta menjelajahi pikiran-pikiran agar dimengerti dan diterima oleh pembaca.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa menulis untuk melatih diri siswa memiliki kompetensi menulis.


(25)

2.2 Mengarang

Mengarang adalah menggunakan bahasa untuk menyatakan isi hati atau buah pikiran secara menarik yang mengena kepada pembaca (Heuken, 2008: 10). Mengarang merupakan kegiatan untuk menyatakan isi hati dan buah pikiran secara menarik (Natawijaya 1987: 9). Pendapat lain mengatakan mengarang adalah menyusun atau mengkoordinasikan buah pikiran atau ide ke dalam rangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa tulis (Ambari, 1979: 175). Dari beberapa pendapat tersebut, penulis mengacu pada pendapat Ambari, yakni mengarang adalah menyusun atau mengkoordinasikan buah pikiran atau ide ke dalam rangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa tulis.

2.2.1 Pengertian Menulis Karangan

Menulis karangan merupakan formulasi beberapa paragraf yang tersusun dengan sistematis, koheren, uniti, ada bagian utama pengantar, isi, dan penutup, ada progresi, semua memperbincangankan sesuatu serta hidup dalam tulisan yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca dan bisa dipahami orang lain. Tarigan (1987: 20). Pendapat lain menyebutkan bahwa menulis karangan merupakan formulasi beberapa paragraf yang tersusun secara sistematis, koheren, uniti, ada bagian utama pengantar, isi, dan penutup yang semuanya memperbincangkan sesuatu secara tertulis dalam bahasa yang sempurna (Tarigan, 1987:20). Ada juga yang mengemukakan menulis karangan adalah mengungkapkan sesuatu secara jujur, tanpa rasa emosional yang berlebihan, realistis, dan tidak menghamburkan kata-kata secara tidak perlu (Caraka, 1996 : 8).


(26)

Dari beberapa pendapai tersebut, penulis mengacu pada pendapat Tarigan yang mengemukakan bahwa menulis karangan merupakan formulasi beberapa paragraf yang tersusun dengan sistematis, koheren, uniti, ada bagian utama pengantar, isi, dan penutup, semua memperbincangkan sesuatu secara tertulis dalam bahasa yang sempurna.

2.2.2 Pengertian Kemampuan Menulis Karangan

Kemampuan adalah kesiapan, kesanggupan yang dimiliki seseorang untuk melaksanakan tugas secara baik dan berhasil serta menguasai permasalahan yang akan disampaikan kepada orang lain dalam situasi yang sesuai (Mukhrin, 1981: 39). Kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk melakukan sesuatu (Depdikbud, 1997: 623).

Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam bahasa untuk menyampaikan maksud serta kesan tertentu dalam keadaan yang sesuai. Hal ini berarti kemampuan memiliki unsur kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan untuk melakukan sesuatu tindakan (Nababan, 1981:39). Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, keuletan, dan kekayaan (Poerwadarminta, 1984: 828)

Dari beberapa pengertian di atas, penulis mengacu pada pendapat Nababan yang mengatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam bahasa untuk menyampaikan maksud serta kesan tertentu dalam keadaan yang sesuai.


(27)

Jadi, yang dimaksud kemampuan menulis karangan dalam penelitian ini adalah keterampilan yang dimiliki seseorang dalam menggunakan bahasa untuk mengungkapkan ilmu pengetahuan, informasi dan buah pikiran ke dalam bentuk tulisan yang tersusun secara sistematis dan padu dalam bahasa yang sempurna sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kemampuan mengarang deskripsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh siswa dalam mengarang deskripsi. Dalam hal ini penulis menggunakan media gambar berseri.

2.2.3 Bagian-Bagian Karangan

Bagian-bagian karangan meliputi pendahuluan, isi, dan penutup. Adapun fungsi dari bagian karangan adalah sebagai berikut.

1. Pendahuluan

Pendahuluan berfungsi sebagai (a) menarik minat pembaca, (b) mengarahkan perhatian pembaca, (c) menjelaskan secara singkat ide pokok atau tema karangan, (d) menjelaskan bila dan bagaimana suatu hal diperbincangkan.

2. Isi

Isi berfungsi untuk menghubungkan antara bagian pendahuluan dan bagian penutup. Pada bagian ini merupakan pembahasan dari ide pokok sebuah karangan. 3. Penutup

Pada bagian penutup berfungsi sebagai (a) simpulan dari sebuah karangan, (b) penekanan untuk bagian-bagian tertentu, (c) titik klimaks dari suatu karangan, (d) pelengkap, dan (e) sebagai perangsang bagi pembaca untuk melakukan sesuatu tentang apa yang teiah dilakukan atau diceritakan penulls pada karangannya.


(28)

2.2.4 Fungsi Mengarang

Ada beberapa fungsi mengarang menurut Marwoto (1987: 19), yaitu sebagai berikut.

a) Memperdalam suatu ilmu dan penggalian hikmah pengalaman-pengalaman;

b) Membuktikan sekaligus menyadari potensi ilmu pengetahuan, ide, dan pengalaman hidupnya;

c) Bisa menyumbangkan pengalaman hidupnya dan ilmu pengetahuan serta

ide-idenya yang berguna bagi masyarakat;

d) Untuk meningkatkan prestasi kerja serta memperluas media profesi;

e) Memperlancar mekanisme kerja masyarakat intelektual, dialog ilmu

pengetahuan dan humaniora, pelestarian, pengembangan, dan penyempurnaan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai hayati humaniora tersebut.

2.2.5 Tujuan Mengarang

Mengarang bertujuan mengungkapkan pikiran, gagasan, dan maksud kepada orang lain secara jelas dan efektif. Menurut Widyamartaya (1991: 130), tujuan mengarang dapat dibedakan sebagai berikut.

a) Memberi tahu dan memberi informasi;

b) Menggerakkan hati, menggerakkan perasaan, mengharukan; karangan yang memang ditunjukkan untuk menggugah perasaan atau memengaruhi dan membangkitkan simpatik;


(29)

2.2.6 Jenis-Jenis Karangan

Dilihat dari bentuk pengembangannya, karangan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu karangan dalam bentuk (1) narasi, (2) eksposisi, (3) argumentasi, dan (4) deskripsi (Widagdho, 1994: 106). Pendapat lain menyatakan bahwa karangan dapat dibedakan atas empat jenis, yaitu karangan dalam bentuk narasi, eksposisi, argumentasi, dan deskripsi (Parera, 1993: 5). Nursisto (1999: 37) berpendapat bahwa karangan dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu karangan narasi, deskripsi, persuasi, argumentasi, dan eksposisi.

Pembagian jenis-jenis karangan tersebut hanya bersifat teoretis karena pada kenyataannya sulit ditemukan karangan yang sepenuhnya naratif atau ekspositoris. Deskripsi murni hampir tidak dijumpai lagi dalam praktik menulis. Begitu pula eksposisi murni, yang ditemui adalah keempat jenis karangan secara bergantian digunakan dalam suatu karangan atau wacana.

Deskripsi berisi gambaran tentang suatu hal/kejadian. Cara penulisan karangan ini adalah dengan menggambarkan sesuatu sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengarkan, atau merasakan sebagaimana dipersepsikan oleh pancaindera. Eksposisi adalah karangan yang berusaha menguraikan atau memberikan penjelasan tentang suatu topik yang bertujuan memberikan informasi atau petunjuk pada pembaca. Argumentasi yakni karangan yang bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat dengan data atau fakta sebagai bukti. Dalam karangan ini, pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Sedangkan narasi adalah rangkaian peristiwa atau


(30)

kejadian dalam urutan waktu tertentu. Narasi juga dapat berupa cerita yang dipaparkan berdasarkan plot/alur.

2.2.7 Kriteria Karangan yang Baik

Sebuah karangan dapat dikatakan baik, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a) Tema karangan

Tema dalam sebuah karangan merupakan salah satu faktor yang menentukan karangan menjadi baik. Berhasil atau tidaknya kegiatan menulis karangan ditentukan dengan menarik atau tidaknya tema yang dipilih (Caraka, 1996: 9). Tema yang baik adalah tema yang memiliki kejelasan, kesatuan, keutuhan, dan keaslian. Sebuah tema akan menjadi jelas apabila memiliki hubungan yang jelas. Keutuhan yang memiliki satu gagasan sentral berarti adanya kesatuan tema. Keutuhan pengembangan tema, artinya tema diperinci secara logis, teratur, dan utuh.

b) Bahasa Karangan

Dalam karangan bahasa yang diutamakan hendaknya tidak hanya memperlihatkan isi, alur, dan strategi tetapi juga harus memperlihatkan bahasa sebagai media pengungkapan. Mengenai bahasa karangan, Natia (1983: 3) mengemukakan bahwa:

a) bahasa karangan hendaknya tepat, hemat, cermat, padat, dan singkat; b) karangan tersusun oleh kafimat-kahmat efektif;

c) karangan menggunakan bahasa yang sesuai dengan gagasan dan kaidah yang


(31)

c) Keselarasan Antara Isi dengan Judul

Judul sebuah karangan harus dapat mewakili secara singkat isi yang terdapat di dalam karangan. Judul dikatakan baik apabila memenuhi kriteria yaitu (a) singkat, (b) provokatif, dan (c) relevan dengan isi karangan (Keraf, 2001: 111).

2.2.8 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Siswa dalam

Mengarang

Untuk dapat mengarang dengan baik, menurut Keraf (1982: 2) ada beberapa faktor yang memengaruhi, yaitu:

a) menguasai pengetahuan bahasa yang meliputi penguasaan gaya bahasa; b) memiliki kemampuan penalaran yang baik;

c) memiliki pengetahuan yang baik dan mantap mengenai objek garapannya.

2.3 Karangan Deskripsi

Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya (Yunus, 2002: 45). Sasaran yang ingin dicapai oleh seorang penulis deskripsi adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya daya khayal (imajinasi) pada para pembaca seolah-olah mereka melihat sendiri objek tadi secara keseluruhan sebagaimana yang dialami secara fisik oleh penulisnya (Keraf, 1982: 93). Karangan deskripsi adalah salah satu bentuk karangan yang hidup dan berpengaruh. Karangan deskripsi berhubungan dengan pancaindera. Untuk menulis karangan deskripsi yang baik, siswa harus dekat dengan objek dan merasakannya dengan pancaindera (Parera, 1993: 3).


(32)

Karangan deskripsi selalu berusaha melukiskan dan mengemukakan sifat, tingkah laku seseorang, suasana, dan keadaan suatu tempat atau sesuatu yang lain (Widagdho, 1994: 109). Selain itu, Wibowo (2001: 54) berpendapat bahwa karangan deskripsi merupakan bentuk tulisan yang mengutamakan kemampuan penulisannya dalam melukiskan atau merinci sesuatu (peristiwa, kejadian, atau keadaan) secara objektif. Dengan cara ini, seolah-olah pembaca dapat melihat langsung peristiwa tersebut. Deskripsi adalah karangan yang melukiskan sifat, tingkah laku, suasana atau keadaan suatu tempat, dan hal-hal lain kesan dari penglihatan atau pengalaman pancaindera (Natia, 1984: 12).

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, penulis mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Parera (1993: 3) yang mendefinisikan karangan deskripsi sebagai salah satu bentuk karangan yang hidup dan berpengaruh. Karangan deskripsi berhubungan dengan pancaindera. Untuk menulis karangan deskripsi, siswa harus dekat dengan objek dan merasakannya dengan pancaindera. Oleh karena itu, agar siswa merasa dekat dengan objeknya, peneliti memilih kartu gambar dan lingkungan sekolah sebagai media sehingga siswa mampu menuangkan hasil pengamatan dalam bentuk karangan deskripsi yang baik.

Pada dasarnya deskripsi merupakan eksposisi juga, sehingga ciri umum yang dimiliki eksposisi juga dimiliki oleh deskripsi (Raharjo, 1990: 20), sedangkan menurut Maizar (1991: 20), ciri yang membedakan deskripsi dengan eksposisi antara lain sebagai berikut.


(33)

2. Deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sensitif dan membentuk imajinasi pembaca;

3. Deskripsi disampaikan dengan gaya memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah;

4. Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan sehingga objeknya adalah benda, alam, wacana, dan manusia.

Karangan deskripsi terbagi menjadi dua, yaitu: deskripsi sugestif dan deskripsi teknis atau deskripsi ekspositoris. Dalam deskripsi sugestif penulis bermaksud menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca, pengalaman karena perkenalan langsung dengan objeknya. Di pihak lain, deskripsi ekspositoris atau deskripsi teknis hanya bertujuan untuk memberikan identifikasi atau informasi mengenai objeknya sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu atau berhadapan dengan objek (Keraf, 1982:94).

Contoh Karangan Deskripsi

Anjingku Brandon

Aku memiliki dua ekor anjing. Salah satunya adalah jenis Rottweiler. Namanya Brandon. Sebelum lebih jauh mengenal anjingku, mari kita mengenal sejarah Rottweiler. Anjing dari jenis Rottweiler seringkali dijadikan anjing pekerja. Misalnya, untuk menggiring domba, sebagai pembawa pesan di saat perang, membantu pekerjaan polisi, juga untuk menjaga rumah.


(34)

Tadinya, anjing dikenal di Jerman Timur sekitar 1900 tahun yang lalu. Jika berdiri, tingginya sekitar 55 sampai 70 cm diukur sampai bahunya. Dan beratnya sekitar 34 sampai 41 kg. Rotweiler memiliki bulu yang pendek, yang melekat dengan kulitnya, teksturnya tebal dan warnanya hitam. Seringkali memiliki bayangan warna coklat tua dan coklat muda di sekitar pipi, dada, kaki dan sekitar mata.

Ekornya terletak dekat dengan badannya. Seringkali, ekor ini dipotong sewaktu Rottweiler masih kecil, sehingga hingga dewasa, ekornya tidak akan tumbuh lagi. Dinamakan Rottweiler, sesuai dengan salah satu pusatkota peternakan abad pertengahan di Jerman yang bernama Rottweil, Rottweiler digunakan sebagai penggiring hewan ternak dan pengawal pengiriman barang.

Ketika menggiring hewan ternak menggunakan anjing dilarang di Jerman sekitar abad ke-20, Rottweiler digunakan sebagai anjing pengirim pesan, dan kemudian berkembang menjadi anjing polisi. Kemampuan sebagai anjing polisi, menghindarkan Rottweiler dari kepunahan. Saat ini, keturunan Rottweiler sering digunakan untuk membantu pekerjaan polisi dan juga dibesarkan sebagai anjing peliharaan. Brandon, anjing Rottweilerku, sudah berusia 10 bulan saat ini. Pertama kali diambil, usianya 3 bulan. Saat ini beratnya sudah 38 kg. Bulu di tubuhnya hampir seluruhnya berwarna hitam, nampak mengkilat. Bulu di sekitar kakinya berwarna coklat muda. Ekornya pendek, karena sudah dipotong sejak diambil. Wajahnya terkesan galak. Dan yang paling membuat aku suka, suara gonggongannya sangat berwibawa. Suaranya berat dan keras. Siapa pun orang asing yang mendengarnya akan merasa takut.

Sehari-harinya, Brandon ditempatkan di sebuah kandang yang luasnya cukup untuk dia berjalan-jalan, namun tidak cukup untuk dia meloncat-loncat. Orangtuaku mengajaknya berjalan-jalan hanya di hari libur, karena di hari lain, orangtuaku bekerja. Mungkin karena kurang aktivitas, setiap kali Brandon dikeluarkan dari kandang, dia akan sangat gembira. Kegembiraannya ditunjukkan dengan meloncat ke orang yang mengeluarkannya dari kandang, dengan mulutnya terbuka menunjukkan giginya yang runcing dan besar.

Seringkali, ibuku tergigit, atau ayahku tercakar. Namun kedua orangktuaku tetap menyayangi si Brandon. Aku pun juga kadang-kadang mencoba menarik tali pengikatnya. Namun tenagaku belum cukup kuat untuk menahannya. Biar pun begitu, aku juga tetap menyayangi anjingku, Brandon.


(35)

2.3.1 Ciri-Ciri Karangan Deskripsi

Ciri-ciri karangan deskripsi menurut Keraf (1982:98), diantaranya sebagai berikut. a) Berisi perincian-perincian sehingga objek seolah-olah terpancang di depan

mata pembaca;

b) Dapat menimbulkan kesan dan daya khayal pembaca;

c) Berisi penjelasan yang menarik minat serta perhatian orang lain atau pembaca;

d) Menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada

objek;

e) Menggunakan bahasa yang cukup hidup, kuat, dan bersemangat serta konkret.

2.3.2 Unsur-Unsur Karangan Deskripsi

Kualitas karangan dapat dilihat berdasarkan unsur-unsur yang membangun sebuah karangan. Unsur-unsur kebahasaan tersebut antara lain: isi, aspek kebahasaan, dan teknik penulisan (Akhadiah, 1999:2).

a) Isi Karangan

Isi karangan merupakan gagasan yang mendasari keseluruhan karangan. Dalam mengarang deskripsi, isi karangan harus berdasarkan hasil pengamatan. Penulis berusaha memindah kesan pengamatan dan perasaannya kepada pembaca sehingga seolah-olah pembaca melihat atau merasakan sendiri tentang objek yang disampaikan, dan berupaya lebih memperlihatkan perincian tentang objek (Maizar, 1991:120). Karangan dikembangkan secara maksimal dengan menggambarkan objek apa adanya. Karangan diungkapkan secara jujur, tidak dimuati emosi, dan realistis (Nursisto, 1999:50). Pembaca merasa seakan-akan pengarang ada di dekatnya sehingga terjadi kontak dan timbul jalinan yang akrab


(36)

antara pembaca dan pengarang. Isi karangan yang baik didukung oleh (a) pengoperasian gagasan, yaitu kepaduan hubungan antarparagraf, (b) kesesuaian isi dengan tujuan penulisan, dan (c) kemampuan mengembangkan topik. Pengembangan topik yang baik adalah pengembangan secara tuntas, rinci, dan tunggal (Akhadiah, 1999:6).

Untuk menentukan patokan penilaian terhadap isi karangan, penulis mengacu pada pendapat Maizar. Pendapat tersebut sangat sesuai untuk dijadikan sebagai patokan penilaian mengingat karangan deskripsi harus melibatkan pancaindera untuk melakukan pengamatan terhadap objek yang ada.

b) Aspek Penyajian Bahasa

Mengarang tidaklah hanya memperhatikan isi, alur, strategi, tetapi juga harus memperhatikan bahasa sebagai media pengungkap. Menurut Natia (1984:33) bahasa karangan harus memenuhi kriteria sebagai berikut.

a. Bahasa karangan harus tepat, hemat, cermat, padat, dan singkat; b. Karangan tersusun oleh kalimat-kalimat efektif;

c. Karangan menggunakan bahasa yang sesuai dengan suasana dan kaidah yang

berlaku.

Selain hal-hal di atas, pengarang juga harus memperhatikan tata cara penulisan bahasa Indonesia yang meliputi, isi (kesesuaian isi dengan topik karangan, kesatuan paragraf dan kepaduan paragraf), bentuk tulisan, dan ejaan yang disempurnakan (penggalan kata, penulisan kata, penggunaan tanda baca, dan penggunaan huruf kapital).


(37)

Faktor pendukung yang lain adalah pilihan kata (diksi), ketepatan struktur kalimat, akuratnya pemilihan kata penghubung, pengorganisasian ide yang padu, kesesuaian menentukan contoh atau ilusi, dan lain-lain. Penggunaan kata-kata dan istilah harus tepat dan bervariasi. Penyusunan kalimat panjang dan pendek dalam karangan berselang-seling dan tidak terdapat penggunaan kata-kata yang sama secara berulang-ulang dengan cara mencari sinonimnya.

Di dalam mengarang deskripsi, ejaan harus diperhatikan. Hal yang tercakup di dalamnya adalah kesanggupan pengarang untuk memenuhi berbagai kaidah berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Pembentukan kata, penyusunan kalimat, serta penguasaan ejaan dan tanda baca harus tepat.

Penggunaan ejaan sangat penting dalam kegiatan menulis. Di dalam bahasa tulis, tanda baca digunakan untuk melambangkan suatu maksud tertentu dan menggambarkan lagu bahasa. Oleh karena itu, dalam komunikasi masyarakat pemakai bahasa harus mengetahui dan mematuhi semua aturan yang telah ditetapkan dalam ejaan. Tanda baca dapat membantu menjelaskan maksud atau makna kalimat. Dengan tanda baca, penulis dapat menyampaikan maksud kalimat dengan lebih mudah. Oleh karena itu, penggunaan tanda baca yang salah dapat mengakibatkan maksud kalimat menjadi berubah. Dalam mengarang tidak boleh mengabaikan hal-hal kecil, seperti penulisan tanda titik dan koma. Kita harus cermat dalam memilih kata maupun menyusun kalimat.


(38)

c) Penataan Gagasan

Penataan gagasan karangan dapat dilihat dari kerapian karangan, keterkaitan judul dengan isi karangan, kesan umum yang menarik bagi pembaca serta karangan yang kohesif.

Dalam mengarang deskripsi, gagasan juga harus ditata dengan baik, dalam artian pendapat atau gagasan yang dikemukakan harus runtut. Karangan harus menjelaskan inti permasalahan dan tidak berbelit-belit. Perpindahan pembahasan dari satu masalah ke masalah lain berlangsung secara mulus tanpa menimbulkan kesenjangan.

Pokok-pokok pikiran harus dikemukakan dan dikembangkan dengan jelas sehingga permasalahan yang dibicarakan dalam karangan dapat dipahami oleh pembaca secara tepat dan benar (Nursisto, 1999:47). Karangan deskripsi juga harus kohesif, yaitu karangan memunyai kesatuan. Di dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan tema atau gagasan pokoknya karena akan menyulitkan pembaca.

Pengembangan tema yang baik adalah pengembangan secara tuntas, rinci, dan tunggal. Tema dalam sebuah karangan merupakan salah satu faktor yang menentukan karangan menjadi baik. Berhasil atau tidaknya kegiatan menulis karangan ditentukan oleh menarik tidaknya tema yang dipilih (Caraka, 1993:9). Setiap paragraf dalam karangan tidak boleh terlepas dari temanya atau selalu relevan dengan tema, semua paragraf harus terfokus pada tema dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan.


(39)

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas, penulis menetapkan bahwa untuk menata gagasan dalam sebuah karangan deskripsi diharapkan siswa mampu mengemukakan pendapatnya secara runtut dan jelas. Selain itu, siswa juga diharapkan mampu menuangkan gagasannya dalam bentuk paragraf yang padu dan relevan dengan tema karangan.

2.3.3 Langkah-Langkah dalam Mengarang Deskripsi

Untuk menyusun karangan deskripsi secara sistematis, menurut Raharjo (1990:6) perlu dilakukan dengan langkah-langkah, yaitu:

(1) menentukan tema atau topik karangan; (2) menentukan tujuan penulisan;

(3) menentukan data-data yang diperlukan; (4) membuat kerangka karangan;

(5) mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan deskripsi.

2.4 Media Pembelajaran

Media merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut guru dituntut agar dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakan (Arsyad, 2007:2). Sejalan dengan hal itu, berikut akan dikemukakan pengertian media, ciri-ciri media, manfaat media, kriteria media, dan pengklasifikasiannya.


(40)

2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2007:3). Gerlach dan Ely (Aryad, 2005: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memeroleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru sebagai media yang menyampaikan materi secara langsung , buku teks, dan lingkungan sekolah juga merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi (Sadiman dkk., 2006:7).

Gagne dan Briggn (Arsyad 2007:4) mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri atas buku, kaset, film, tape recorder, video camera, video recorder, slide (gambar bingkai), foto gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dalam pengertian lainnya, media adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar


(41)

guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik, 1994:12). Media adalah suatu alat yang merupakan saluran “channel” yang berfungsi untuk menyampaikan suatu pesan “massage” atau informasi dari suatu sumber “resauce” kepada penerima “receiver”(Soeparno: 1980:1).

Dari beberapa pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat Hamalik yang menyatakan media pembelajaran merupakan alat, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengefektifkan proses interaksi dalam pembelajaran.

2.4.2 Ciri-Ciri Media Pembelajaran

Gerlach dan Ely (Arsyad, 2007: 12) mengemukakan tiga ciri media pembelajaran yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (kurang efisien) melakukannya.

a. Ciri Fiksatif “Fixative Property”

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Ciri ini penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat. Peristiwa yang kejadiannya hanya sekali (dalam satu dekade atau satu abad) dapat diabadikan dan disusun kembali untuk keperluan pembelajaran.

b. Ciri Manipulatif “Manipulative Property”

Transpormasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan


(42)

kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan

gambar time-lapse recording. Kemampuan media dari ciri manipulatif

memerlukan perhatian sungguh-sungguh karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan penafsiran yang tentu saja akan membingungkan dan bahkan menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap mereka ke arah yang tidak diinginkan. Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu.

c. Ciri Distributif “Distributive Property”

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat diproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan di berbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang di suatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.

2.4.3 Manfaat Media Pembelajaran

Arsyad (2007:26-27) mengemukakan bahwa manfaat media pembelajaran antara lain sebagai berikut.

a) Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar;


(43)

b) Meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan minat dan pengetahuannya;

c) Mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu;

d) Memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungan.

Dari manfaat media pembelajaran yang disebutkan di atas, sangat terasa peranannya dalam kegiatan pembelajaran, khususnya dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan media gambar seri.

2.4.4 Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Menurut Arsyad (2007: 75-76), ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media, antara lain sebagai berikut.

a) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor; b) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau

generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara aktif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa;


(44)

c) Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan;

d) Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan kriteria utama. Apa pun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya; e) Pengelompokkan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum

tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan;

f) Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang.

2.4.5 Klasifikasi Media

Anderson (Sadiman, 2006: 89) mengklasifikasikan media antara lain (1) media audio, (2) media cetak, (3) media cetak bersuara, (4) media visual diam, (5) media visual dengan suara, (6) media visual gerak, (7) objek, (8) sumber manusia dan lingkungan, dan (9) media komputer.

Berdasarkan klasifikasi di atas, media yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah media visual diam dalam bentuk gambar seri. Media gambar seri merupakan media yang didesain dengan cara menempelkan gambar dari guntingan majalah, koran, atau buku-buku bekas kemudian gambar tersebut


(45)

ditempelkan pada papan tulis secara berseri atau bersambung sehingga siswa dapat menggunakan daya khayalnya sesuai dengan keadaan yang terdapat pada gambar.

2.5 Media Gambar

Media gambar adalah gambar yang tidak diproyeksikan, terdapat di mana-mana, baik di lingkungan anak-anak maupun orang dewasa, mudah diperoleh dan ditunjukkan kepada anak-anak (Hamalik, 1994: 81). Media gambar adalah salah satu jenis media visual yang berupa gambar, yang merupakan sarana penyampai pesan (Sulaeman, 1988:17).

Dari pengertian-pengertian tersebut, penulis mengacu pada pendapat Hamalik yang mengartikan media gambar sebagai gambar yang tidak diproyeksikan, terdapat di mana-mana, dan mudah diperoleh dan ditunjukkan kepada anak-anak.

2.5.1 Kelebihan Media Gambar

Menurut Hamalik (1994: 63),media gambar memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut.

a) Gambar bersifat konkret. Melalui gambar para siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang dibicarakan atau didiskusikan dalam kelas;

b) Gambar mengatasi ruang-ruang dan waktu. maksudnya dengan media gambar siswa tidak harus mendatangi suatu tempat tertentu untuk melihat dan menyaksikan keadaannya secara langsung karena hanya akan menghabiskan banyak waktu dan biaya. Dengan media gambar siswa dapat melihat situasi daerah/tempat tersebut dengan jelas dan lebih efisien;


(46)

c) Gambar mengatasi kekurangan daya mampu panca indera manusia. Melalui media gambar dapat menggambarkan objek secara jelas seolah-olah melihat langsung objek pada gambar;

d) Gambar dapat digunakan untuk menjelaskan suatu masalah. Misalnya gambar suatu daerah yang sedang dilanda banjir. Dari gambar tersebut dapat dibuat karangan deskripsi tentang keadaan tersebut;

e) Gambar-gambar mudah didapat dan murah. Dalam penelitian ini, gambar yang

digunakan penulis diperoleh dari buku-buku yang sudah tidak terpakai yang digunting lalu ditempelkan pada kartu remi sebagai alas dasar;

f) Gambar mudah digunakan untuk perseorangan.

2.5.2 Kekurangan Media Gambar

Selain memiliki kelebihan-kelebihan, menurut Sadiman (2006: 31) media gambar juga memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut antara lain sebagai berikut. a) Gambar hanya menekankan persepsi mata;

b) Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran;

c) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Kekurangan yang pertama adalah gambar hanya menekankan pada persepsi mata. Maksudnya, siswa hanya dapat memanfaatkan indera penglihatan untuk menyaksikan apa yang ditampilkan pada gambar tanpa melibatkan indera yang lain seperti pendengaran dan penciuman. Misalnya, gambar lingkungan pasar tradisional, siswa tidak dapat mendengarkan suara hiruk-pikuk para penjual dan


(47)

pembeli atau mencium bau busuk yang ditimbulkan sampah-sampah pasar tersebut. Kelemahan yang kedua yakni gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran. Maksudnya, gambar yang objeknya terlampau banyak akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit karena siswa harus melukiskan secara rinci dan tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan. Selanjutnya kekurangan yang ketiga, yaitu ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar, artinya gambar yang disajikan tidak sesuai dengan ukuran kelas yang normal.

2.6 Media Gambar Seri sebagai Model Pembelajaran

Media gambar seri sebagai salah satu model pembelajaran, harus memiliki kriteria tertentu. Kriteria pemilihan media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, harus sesuai dengan taraf berfikir anak didik. Demikian pula dalam pembelajaran menulis karangan di SD. Penggunaan media gambar seri dirasakan sangat tepat untuk membantu siswa dalam keterampilan mengarang. Dengan melihat gambar, siswa dapat menarik isi kesimpulan dari gambar tersebut, kemudian dapat menguraikan dalam bentuk tulisan (Sadiman, 2006:60).

Berkaitan dengan penggunaan media gambar seri, Soeparno (1980:63), mengemukakan bahwa penggunaan media gambar seri untuk melatih anak menentukan pokok pikiran yang mungkin akan menjadi karangan–karangan. Senada dengan pernyataan tersebut, Tarigan (1997:210) mengemukakan bahwa mengarang melalui media gambar seri berarti melatih dan mempertajam daya imajinasi siswa.


(48)

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa cerita gambar seri adalah cara atau daya upaya dalam menyusun atau menulis suatu tulisan atau karangan dengan menerjemahkan isi pesan visual (gambar seri) ke dalam bentuk tulisan.

2.7 Ciri–ciri Gambar yang Baik dan Peranannya sebagai Media Belajar

Gambar yang baik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar adalah yang memiliki ciri–ciri sebagaimana dikemukakan Sudirman (1991:219) yaitu, (1) dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu, (2) memberi kesan kuat dan menarik perhatian, (3) merangsang orang yang melihat untuk ingin mengungkapkan tentang obyek–obyek dalam gambar, (4) berani dan dinamis, dan (5) ilustrasi tidak terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami. Gambar sebagai media pengajaran juga memiliki peranan, diantaranya (1) dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran dan membantu siswa dalam belajar, (2) menarik perhatian anak sehinga terdorong untuk lebih giat belajar, (3) dapat membantu daya ingat siswa (retensi), dan (4) dapat disimpulkan dan digunakan lagi apabila diperlukan pada saat yang lain (Sudirman 1991 : 220).

Berdasarkan uraian di atas, hendaknya guru mempertimbangkan penggunaan media gambar seri dalam melaksanakan proses pembelajaran menulis karangan, karena gambar dapat merangsang imajinasi siswa dalam bercerita tentang gambar yang dilihatnya, sehingga diharapkan siswa tersebut mampu menulis karangan sesuai dengan tema, ide, pengalaman dan kejadiannya (Permana, 2009 :18-19).


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), ruang lingkupnya adalah pembelajaran di dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan media gambar seri dalam menulis karangan deskripsi.

Dalam konsep PTK terdiri atas empat tahap yaitu, perencanaan, tindakan, observasi, dan refieksi. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.1. Model PTK. Kemmis S, and Mc. Taggart. (Dikutip Arikunto, 2010 : 132)

Keterangan : 1 = Perencanaan 2 = Pelaksanaan

3 = Observasi/Pengamatan 4 = Refleksi I

5 = Perencanaan Ulang 6 = Pelaksanaan II

7 = Observasi/pengamatan II 8 = Refleksi II


(50)

Penjelasan alur di atas adalah sebagai berikut.

a) Perencanaan, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran;

b) Pelaksanaan tindakan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa;

c) Pengamatan (observasi), dengan mengamati hasil atau dampak dari

penggunaan media gambar seri. observasi dibagi dalam dua siklus dimana masing-masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir pembelajaran;

d) Refleksi, peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. Berdasarkan hasil refleksi tersebut kemudian dapat diputuskan apakah dilanjutkan pada siklus berikutnya ataukah tidak.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Kedaloman, Tanggamus dengan jumlah 28 siswa terdiri atas laki-laki 11 orang dan perempuan 17 orang.

3.3 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Kedaloman, yang beralamat di jalan Campang Kanan Kedaloman, Kecamatan Gunung Alip, Kabupaten Tanggamus.


(51)

3.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2011/2012. Pelaksanaan PTK sesuai dengan jadwal pelajaran, dan penelitian akan berlangsung sampai mencapai indikator yang telah ditentukan.

3.5 Indikator Kerja

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini pada aspek proses dan hasil pembelajaran. Dari segi proses 75% siswa aktif dalam pembelajaran. Sementara itu, dari segi hasil dapat berhasil jika siswa mendapat nilai 60 atau lebih, sebanyak 75%.

3.6 Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncakanan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas dua kali pertemuan, tiap-tiap pertemuan terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

3.6.1 Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan tindakan apa yang harus dilakukan, untuk pertama kali kita sebagai peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian, untuk melakukan tindakan kelas, kemudian menyiapkan indikator yang akan di teliti beserta tolak ukur keberhasilan penelitian yang akan dilaksanakan. Kemudian mencari guru yang akan dijadikan kolaborasi, yang paham tentang mata pelajaran yang akan menjadi sumber PTK.


(52)

Pada penelitian ini yang dijadikan tolak ukur pelaksanaan media pembelajaran, yaitu mengarang dengan menggunakan media gambar seri, yaitu (a) siswa mampu membuat karangan dengan menggunakan media gambar seri, (b) Siswa mampu menyusun cerita gambar seri dengan tidak mengulang kata–kata lalu, (c) Siswa mampu membuat karangan sesuai dengan topik. Menurut Sudarsono, penetapan tindakan dalam penelitian didasarkan atas, (a) kajian teori atau penelitian yang relavan, (b) kesanggupan guru yang akan diteliti, (c) kemampuan siswa (d) fasilitas dan sarana prasarana yang tersedia atau yang memadai, (e) iklim suasana dikelas dan fasilitas di sekolah, atas dasar kelima asfek di atas maka penulis memilih media pembelajaran mengarang dengan menggunakan media gambar seri untuk menyelesaikan permasalahan tentang pembelajaran mengarang deskripsi.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksaaan tindakan yang dilaksanakan dalam pembelajaran adalah kinerja guru dalam melaksanakan atau menerapkan media gambar seri dan aktivitas siswa selama dilaksanakan atau diterapkan media gamabar seri, guru memberikan mata pelajaran tentang mengarang deskripsi dengan menggunakan media gambar seri, dengan tahapan sebagai berikut.

a) Kegiatan Awal (10 menit)

Tahapan awal pembelajaran, guru menyampaikan materi pembelajaran tentang mengarang deskripsi, lalu guru menerangkan cara mangarang dengan menggunakan media gambar seri.


(53)

Guru memperlihatkan materi pembelajaran mengarang deskripsi dengan menggunakan media gambar seri, guru memperlihatkan bahan yang akan diajarkan yaitu gambar seri.

b)Kegiatan Inti (50 menit)

Tahapan inti pembelajaran siswa membuat karangan dengan menggunakan gambar seri yang sudah disediakan di depan kelas, siswa diberi keleluasaan untuk membuat karangan deskripsi dengan gamabar yang telah disediakan di depan kelas, sehingga siswa akan berkereasi atau akan membuat karangan menurut pengamatan siswa tentang gambar yang dipampang di papan tulis.

c) Kegiatan Akhir (10 menit)

Guru mengumpulkan hasil kreasi atau hasil karangan siswa, lalu guru bersama– sama siswa mengoreksi hasil karangan yang dibuat siswa dengan media pembelajaran mengarang dengan menggunakan media gambar seri. Sesudah mendapatkan hasilnya, lalu guru mengulangi pelajaran yang sudah disampaikan tadi, sehingga siswa akan lebih memahami materi pelajaran yang diajarkan.

3.6.3 Tahap Observasi/Pengamatan

Kegiatan observasi dilaksanakan pada waktu penelitian atau pada waktu pelaksanaan tindakan, penerapan media gambar seri akan dilaksanakan oleh guru sebagai peneliti dan kolaborator sebagai observer yang akan mengobservasi tentang kinerja guru praktikan selama penerapan media gambar seri dan mengobservasi aktivitas siswa dalam pembelajaran berlangsung.


(54)

Observasi yang dilakukan harus mendapatkan data yang sesungguhnya, nyata sesuai dengan fakta di lapangan, pada saat kegiatan pembelajaran di kelas harus mencatat hasilnya, pada tahapan ini diharapkan dapat dikenali sedini mungkin apakah tindakan akan mengarah terhadap terjadinya perubahan positif dalam proses belajar sesuai dengan yang diharapkan dan untuk menilai apakah pelaksanaan pembelajaran telah sesuai dengan yang sudah direncanakan.

3.6.4 Tahap Refleksi

Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang terjadi yang dilakukan dengan (a) pada saat memikirkan tindakan yang akan dilakukan (b) ketika tindakan sedang dilakukan, (c) setelah tindakan dilakukan, adapun kegiatan yang dilakukan pada saat merefleksi, melakukan analisis, dan mengevaluasi atau mendiskusikan data yang harus diperoleh, penyusunan rencana tindakan yang hasil diperoleh melalui kegiatan observasi.

Data yang telah dikumpulkan dalam observasi harus secepatnya dianalisis atau diinterprestasikan (diberi makna) sehingga dapat segera diberi tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan, jika diinterprestasikan data tersebut belum mencapai tujuan yang diharapkan maka peneliti dan observer melakukan langkah– langkah perbaikan untuk diterapkan pada siklus selanjutnya. Akan tetapi jika pada pelaksanaan refleksi terhadap hal–hal dianggap baik, maka hal-hal yang baik tersebut harus terus digali.


(55)

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh melalui langkah-langkah sebagai berikut. a. Tes

Untuk memeroleh data mengenai kemampuan mengarang deskripsi berdasarkan media gambar seri pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kedaloman tahun pelajaran 2011/2012, penulis menggunakan tes tertulis. Tes yang diberikan yaitu membuat karangan deskripsi dengan panjang karangan minimal empat paragraf. Alokasi waktu yang digunakan untuk mengerjakan tes ini selama dua jam pelajaran (2 x 35 menit).

b. Observasi

Pedoman observasi atau pengamatan ini di isi selama pembelajaran berlangsung dengan cara memberi tanda ceklis () pada setiap aspek yang diamati siswa dengan kategori (keadaan kelas) apakah kurang, cukup, baik atau baik sekali. c. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan hasil lembar kerja siswa. Teknik dokumentasi digunakan untuk mencari data-data yang mendukung permasalahan yang akan diteliti.

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran berisi


(56)

kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran.

2. Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran

Adapun lembar observasi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran pada penelitian ini adalah (a) indikator penilaian kemampuan mengarang diskripsi berdasarkan media gambar dan (b) lembar observasi aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.

Perincian skor dan indikator yang dinilai pada kemampuan mengarang deskripsi berdasarkan media gambar seri seperti yang tercantum pada tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Indikator Tes Kemampuan Mengarang Deskripsi Berdasarkan Media Gambar Seri

No Indikator Deskriptor Penilaian Skor Skor

Maksimal 1. Isi

Karangan 1. Perincian Objek a. Semua objek yang ada

digambarkan secara rinci 5

5 b. Terdapat satu sampai dengan dua

objek yang tidak digambarkan

secara rinci 4

c. Terdapat tiga sampai dengan empat objek yang tidak

digambarkan secara rinci 3

d. Terdapat lima sampai dengan enam objek yang tidak

digambarkan secara rinci 2

e. Semua objek yang ada tidak

digambarkan secara rinci 1

2. Penyajian

Bahasa A. Penggunaan Diksi a. Diksi yang digunakan tepat dan

sangat variatif 5

5 b. Diksi yang digunakan tepat dan

cukup variatif 4

c. Diksi yang digunakan tepat

namun kurang variatif 3

d. Diksi yang digunakan kurang


(57)

e. Diksi yang digunakan tidak tepat

dan tidak variatif 1

B. Penggunaan Ejaan

a. Semua penggunaan ejaan tepat 5

5 b. Terdapat satu sampai dengan dua

ejaan yang tidak tepat 4

c. Terdapat tiga sampai dengan lima

ejaan yang tidak tepat 3

d. Terdapat enam sampai dengan

delapan ejaan yang tidak tepat 2

e. Lebih dari delapan ejaan yang

tidak tepat 1

C. Keefektifan Kalimat

a. Semua kalimat yang digunakan

efektif 5

5 b. Terdapat satu sampai dengan dua

kalimat yang tidak efektif 4

c. Terdapat tiga sampai dengan

empat kalimat yang tidak efektif 3

d. Terdapat lima sampai dengan

enam kalimat yang tidak efektif 2

e. Lebih dari enam kalimat yang

tidak efektif 1

D. Kepaduan Paragraf

a. Semua bagian paragraf padu 5

5 b. Terdapat satu bagian paragraf

yang tidak padu 4

c. Terdapat dua bagian paragraf

yang tidak padu 3

d. Terdapat tiga bagian paragraf

yang tidak padu 2

e. Semua paragraf tidak padu 1

3. Penataan

Gagasan 1. Keruntutan Pendapat/Gagasan a. Pendapat/gagasan dikemukakan

dengan sangat runtut 5

5

b. Pendapat/gagasan dikemukakan

dengan runtut 4

c. Pendapat/gagasan dikemukakan

dengan cukup runtut 3

d. Pendapat/gagasan dikemukakan

dengan kurang runtut 2

e. Pendapat/gagasan dikemukakan

dengan tidak runtut 1


(58)

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 sampai dengan 100 adalah sebagai berikut.

Nilai akhir =skor maksimum (30) × skor ideal 100perolehan skor

Untuk mengukur aktivitas siswa selama pembelajaran, peneliti menyiapkan penilaian pada lembar observasi aktivitas siswa pada tabel 3.2 sebagai berikut. Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Aktivitas dalam Pembelajaran < 42 43 - 53 54 - 65 66 - 77 > 78 Persentase (%) Kategori 1 Siswa aktif

memberikan respon terhadap apersepsi yang diberikan guru

2 Siswa aktif dan

antusias dalam mengikuti pembelajarn menulis

3 Siswa aktif

membuat kerangka karangan dan mengembangkan nya.

4 Siswa aktif dalam membacakan karangan

deskripsi di depan kelas

Jumlah Keterangan :

> 78% : Sangat Aktif

66% - 77% : Aktif

54% - 65% : Sedang/Cukup Aktif 43% - 53% : Kurang Aktif


(59)

Selain aktivitas siswa yang dinilai selama kegiatan pembelajaran, aktivitas guru juga dinilai oleh observer. Untuk mengukur aktivitas guru selama pembelajaran, dapat disajikan lembar observasi aktivitas guru pada tabel 3.3 sebagai berikut. Tabel 3.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Aspek 1 2 3 4 5 Skor

I Persiapan Pembelajaran

1. Persiapan rencana pelaksanaan pembelajaran 2. Kesiapan alat peraga/media yang digunakan II Kegiatan Awal

1. Melakukan absensi siswa

2. Apersepsi

3. Mengemukakan tujuan pembelajaran

4. Menjelaskan deskripsi singkat materi pelajaran III Kegiatan Inti

1. Penguasaan materi pembelajaran

2. Pengelolaan kelas

3. Pemanfaatan media pembelajaran

4. Partisipasi/Aktivitas dalam pembelajaran

5. Menggunakan bahasa yang baik dan benar

6. Melakukan pemantauan aktivitas belajar siswa IV. Kegiatan Akhir

1. Melakukan evaluasi

2. Melibatkan siswa dalam proses menyimpulkan

Jumlah Maksimal 70

Keterangan :

> 78 : Sangat baik

66 - 77 : Baik

54 - 65 : Sedang/Cukup baik

43 - 53 : Kurang

< 42 : Sangat kurang

3.9Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu teknik pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai


(60)

dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap pertemuannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir pembelajaran. Langkah-langkah teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengoreksi hasil tes siswa;

2. Memberi skor pada hasil tes siswa berdasarkan indikator yang telah ditetapkan; 3. Menghitung skor tiap aspek yang diperoleh siswa dengan ketentuan yang telah

ditetapkan;

4. Menghitung skor rata-rata yang diperoleh seluruh siswa dengan rumus

=

N X X

Dengan : X = Nilai rata-rata

 X = Jumlah semua nilai siswa  N = Jumlah siswa

(Sudjana, 2005: 423)

5. menghitung tingkat kemampuan dengan cara membandingkan skor rata-rata yang dicapai dan tolok ukur penilaian.

3.10 Tolok Ukur Penilaian

Skor yang diperoleh langsung dari hasil koreksi masih bersifat mentah, skor tersebut belum memiliki makna. Agar skor tersebut memiliki makna, harus diolah


(61)

terlebih dahulu menjadi nilai. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penilaian acuan patokan untuk mengolah skor yang diperoleh siswa. PAP (Penilaian Acuan Patokan) adalah standar penilaian yang bersifat mutlak. Makna sebuah skor ditafsirkan berdasarkan patokan yang telah ditetapkan sebelum tes dilaksanakan. Patokan itu berupa tolok ukur untuk memperoleh nilai tertentu atau tolok ukur kelulusan. Ada beberapa teknik pengolahan skor menjadi nilai yakni: nilai berskala lima, nilai berskala sepuluh, nilai standar Z, dan nilai standar T. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan nilai berskala lima berdasarkan PAP dengan nilai maksimal 100.

Tabel 3.4 Tolok Ukur Penilaian Berdasarkan Standar PAP dan Skor Maksimal 100

Rentangan Skor Nilai Mutu Tingkat Kemampuan

≥ 78 66 − 77 54 − 65 42 − 53 < 42

A B C D E

4 3 2 1 0

Sangat baik Baik Sedang Kurang Sangat kurang


(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Februari 2012 di SD Negeri 3 Kedaloman, Kecamatan Gunung Alip, Kabupaten Tanggamus. Sampel yang digunakan adalah kelas V yang berjumlah 28 siswa. Data penelitian yang diperoleh berupa data observasi pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran dan data tes tertulis pada setiap siklus.

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan aktivitas siswa yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan media gambar seri dalam meningkatkan prestasi belajar mengarang deskripsi. Data tes tertulis untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran mengarang berdasarkan media gambar seri. Selama penelitian ini, peneliti bekerjasama dengan teman sejawat sebagai kolaborator, yaitu Fadil, S.Pd. Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dilaksanakan peneliti dalam dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap yang meliputi: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi, dan (4) tahap analisis dan refleksi. Masing-masing siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 jam pelajaran (4 x 35 menit).


(63)

Hasil penelitian yang diuraikan pada bagian ini meliputi hasil tes tertulis dan nontes baik pada siklus I dan siklus II. Hasil tes tertulis berupa penilaian kemampuan siswa dalam mengarang deskripsi berdasarkan gambar seri, sedangkan hasil nontes berupa hasil observasi. Hasil yang berupa tes disajikan dalam bentuk data kuantitatif, sedangkan hasil penelitian nontes disajikan dalam bentuk deskriptif data kualitatif. Sistem penyajian dalam bentuk tabel dan analisis yang berupa tafsiran terhadap isi tabel tersebut. Selanjutnya, untuk data nontes dipaparkan dalam bentuk rangkaian kalimat.

4.1.1 Prasiklus

Penelitian ini dilandasi adanya fenomena yang terjadi pada siswa SD Negeri 3 Kedaloman dalam menulis karangan deskripsi yang masih kurang pemahamannya. Kurangnya pemahaman siswa tersebut bisa dicermati dari hasil karangannya yang didalamnya masih terdapat banyak kesalahan dalam bidang isi karangan, bahasa yang digunakan, teknik penulisan, ejaan dan tanda baca, kesatuan gagasan, diksi dan judul karangan. Berdasarkan data ulangan harian siswa kelas V pada materi mengarang deskripsi didefinisikan masih banyak siswa yang belum tuntas.

4.1.2 Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dengan kompetensi dasar menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan, yang merupakan tahapan pembelajaran yang berkesinambungan mulai dari pendahuluan/kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup/kegiatan akhir.


(64)

Hasil penelitian pada siklus I ini berupa hasil tes untuk mengukur pemahaman menulis karangan deskripsi berdasarkan media gambar seri dan hasil nontes yang berasal dari hasil observasi aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

4.1.2.1Tahap Perencanaan (Planning)

Sebelum melakukan tindakan, peneliti terlebih dahulu mengupayakan permohonan izin kepada Perguruan Tinggi Universitas Lampung (Unila), untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK). Hal ini merupakan langkah awal untuk dapat diberikan oleh Kepala Sekolah dalam melaksanakan penelitian tujuannya adalah agar peneliti mendapat perlakukan yang baik dari Kepala Sekolah. Secara rinci ada beberapa hal yang dipersiapkan dalam penelitian ini dalam tahapan ini sebagai berikut.

1. Membuat rencana pembelajaran sesuai materi yang diajarkan;

2. Membuat instrumen penelitian;

3. Membuat silabus;

4. Membuat lembar kerja sesuai materi.

Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di dalamnya mencakup, (1) tujuan pembelajaran, (2) materi pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4) langkah-langkah pembelajaran, (5) sumber belajar, dan (6) penilaian.

Langkah-langkah kegiatan di RPP merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam proses pembelajaran dengan memanfaatkan media gambar seri. Peneliti


(65)

dan teman sejawat menyiapkan instrumen lain, yaitu lembar aktivitas siswa dan lembar aktivitas guru dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia.

4.1.2.2Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Setelah tahapan perencanaan sudah selesai, dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan siklus I. Pelaksanaan tindakan kelas pertemuan pertama dilaksanakan hari Selasa, 31 Januari 2012 jam pelajaran ke-1 dan ke-2. Pada tahap pelaksanaan kegiatannya menekankan pada menulis karangan deskripsi berdasarkan gambar seri yang ditunjukkan guru. Tujuan pembelajarannya adalah siswa mampu menentukan judul karangan dan membaca karangan yang dibuat sendiri. Sumber belajar yang digunakan adalah buku paket, lembar kerja siswa, dan buku penunjang lain yang relevan serta media gambar seri.

Kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas V pada jam pelajaran bahasa Indonesia. Kegiatan dilaksanakan sebagai berikut. Kegiatan awal, guru memberi salam dan menanyakan tentang keadaan siswa pada hari ini. Guru melakukan apersepsi dan motivasi sebelum memulai pelajaran. Guru menjelaskan tujuannya pembelajaran yang hendak dicapai. Kemudian guru menyampaikan materi pembelajaran tentang mengarang deskripsi, lalu guru menerangkan cara mangarang deskripsi dengan menggunakan media gambar seri.

Selanjutnya pada kegiatan inti, pembelajaran siswa membuat karangan deskripsi dengan menggunakan gambar seri yang sudah disediakan di depan kelas, siswa diberi keleluasaan untuk membuat karangan deskripsi dengan gambar yang telah disediakan di depan kelas, sehingga siswa akan berkereasi atau akan membuat


(1)

FOTO-FOTO PENELITIAN

Gambar 5. Observer mengamati kegiatan pembelajaran meliputi aktivitas siswa dan aktivitas guru

Gambar 6. Setiap siswa membacakan hasil karangan deskripsinya di depan kelas.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELENGKAPI PUISI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS III SEMESTER GANJIL SD NEGERI 4 TALANGPADANG KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 51

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELENGKAPI PUISI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS III SEMESTER GANJIL SD NEGERI 4 TALANGPADANG TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 55

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT UNDANGAN MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 TANGKIT SERDANG PUGUNG TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 23 120

PENINGKATAN KEMAMPUAN PARAFRASA MELALUI TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VI-A SD NEGERI 4 TALANGPADANG TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 4 68

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARANG DESKRIPSI BERDASARKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 KEDALOMAN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 157

ENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARANG DESKRIPSI BERDASARKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 KEDALOMAN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 122

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PURWODADI GISTING TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 2 63

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

2 12 61

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN PENGALAMAN MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN 2 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 20