13 i. Tulangan tarik Pasal 21.7.5
ii. Tulangan tekan Pasal 12 c. Bila tulangan longitudinal balok menerus melewati hubungan balok-kolom,
dimensi kolom yang sejajar terhadap tulangan balok tidak boleh dari 20 kali diameter batang tulangan balok logitudinal terbesar untuk beton normal
normalweig . Untuk beton ringan lightweight, dimensinya tidak boleh
kurang dari 26 kali diameter batang tulangan. 2. Tulangan Transversal Pertemuan balok-kolom
Tulangan transversal pertemuan balok-kolom pada SRPMK diatur menurut SNI 2847- 2013 Pasal 21.7.2,
sebagai berikut: a. Tulangan transversal berbentuk sengkang tertutup harus dipasang di dalam
daerah hubungan balok-kolom. b. Pada hubungan balok-kolom dimana balok-balok, dengan lebar setidak-
tidaknya sebesar
4 3
lebar kolom, merangka pada keempat sisinya harus dipasang tulangan transversal setidak-tidaknya sejumlah 0,5. Tulangan
transversal ini dipasang di daearah hubungan balok-kolom setinggi balok terendah yang merangka ke hubungan tersebut. Pada daerah tersebut, spasi
tulangan transversal yang ditentukan sebesar
x
s dapat diperbesar menjadi 150 mm.
c. Pada hubungan balok-kolom, dengan lebar balok lebih besar daripada lebar kolom, tulangan transversal sebesar
sh
A harus dipasang pada hubungan tersebut, untuk memberikan kekangan terhadap tulangan longitudinal balok
yang berada di luar daerah inti kolom.
3. Kuat Geser Pertemuan Balok-Kolom Kuat Geser pertemuan balok-kolom pada SRPMK diatur menurut SNI 2847-2013
Pasal 21.7.4.
14
BAB III METODE PENELITIAN
3. 1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara analitis untuk mengetahui pengaruh eksentrisitas pertemuan balok-kolom menggunakan program FEA ANSYS. Tahapan penelitiannya dapat
dilihat pada Gambar 3. 2.
Gambar 3. 2.Bagan rancangan penelitian
15 1. Langkah awal adalah melakukan verifikasi pemodelan hasil pengujian eksperimen dari
salah satu model benda uji pertemuan balok-kolom eksentrik yang dilakukan oleh Kusuhara, et.al 2004 dengan program FEA ANSYS.
2. Hasil analisis dengan program FEA ANSYS dibandingkan dengan hasil uji eksperimen. Apabila hasil analisis dengan program FEA ANSYS sama atau mendekati
hasil uji eksperimen, maka analisis dengan program FEA ANSYS selanjutnya dapat digunakan.
3. Menentukan variasi model yang akan digunakan dalam penelitian. 4. Langkah selanjutnya, model dibuat dan dianalisis menggunakan program FEA
ANSYS. 5. Hasil analisis kemudian dibandingkan satu sama lain untuk mendapatkan perilaku
yang terjadi pada pertemuan balok-kolom dengan variasi model yang telah ditentukan. 6. Setelah melakukan pembacaan hasil dan perbandingan maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah yang ada.
3. 2 Verifikasi Model 3.2.1 Benda uji eksperimen
Verifikasi pemodelan dilakukan untuk mengetahui keakuratan dari teknik pemodelan 3D dari software ANSYS yang dipergunakan dalam pemodelan pertemuan balok kolom
akibat beban gempa. Adapun data eksperimen diambil dari hasil uji eksperimen Kusuhara, et.al 2004. Dari 216 model benda uji Kusuhara et al 2004, diambil benda uji BJ5 IS
13920:1993 yang merupakan pertemuan balok-kolom eksentrik. Dimensi kolom 200 x 200 mm dan balok 200 x 200 mm. Diameter sengkang yang digunakan pada balok 6 mm dan kait
yang disediakan 80 mm 75mm dengan sudut tekuk 135°. Jarak sengkang pada tumpuan 40 mm dan jarak sekangang lapangan 80 mm. Panjang pengangkuran untuk balok diperoleh 785
≈ 800 mm.
Setup pengujian yang dilakukan oleh Kusuhara et.al 2004 seperti terlihat pada Gambar 3. 3a dan kondisi kerusakan dari benda uji setelah pengujian terlihat pada Gambar
3.5b. Pada pengujian laboratorium, beban aksial tetap sebesar 130 kN yaitu 30 dari beban